Sebab hari itu si tuan ceria menjamah
Lalu siapa yang gengsi, mengepal suara aksi?
Jangan-jangan adalah hujan?
Maka lekas luntur wajah-wajah kami yang mengaku idealis.
Sebab hari itu,
maka sekumpulan tuan berseragam ikut ambil bagian,
pasang badan pun laras panjang
Atau sebatas itu saja kenikmatan demokrasi bangsa ini, tuan?
Kenang..
genangan pun kian meronta dari selokan-selokan sempit,
menuntut aksi harus bubar…
Sudah kubilang, kami bukan musuh yang pantas dihadang senjata,
Sebab kau bukan Tirani lagi.
Sungguh jangan nodai demokrasi negeri,
Sekali lagi, biarkan kami, biarkan.. tuan.
Menyuarakan keresahan yang menghianati ratusan malam yang harusnya nyenyak.
Mengepal dosa-dosa kita ke langit, seraya luntur bersama keringat juang, juga hujan.
Meneriakkan “Setuju” akan keadilan.
Lantas bagaimana?
Sebab ruang kelas, koridor, kantin, pun sekretariat lembaga tak mampu lagi kami kelabui.
Juga gengsi..
Sebab hari itu, Demokrasi menjelma sunyi..
Penulis : Ibnu khair
Mahasiswa Departemen Ilmu Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya
Angkatan 2015