“Saya berjanji bahwa pendapatan terbesar kita bukan dari UKT (Uang Kuliah Tunggal) atau SPP tapi melalui unit bisnis yang kita kembangkan melalui kemitraan, kontribusi, dan alumni,”Prof Dwia Ariestina Pulubuhu MA.
Kalimat di atas dilontarkan Prof Dr Dwia Ariestina Pulubuhu MA setelah Majelis Wali Amanat (MWA) mengumumkan bahwa dirinya terpilih kembali menjadi Rektor Unhas, Kamis 1 Maret 2018.
Kini Unhas memang telah membentuk unit bisnis berupa PT Inovasi Benua Maritim (PT IBM). Ke depannya, PT IBM akan mengembangkan sayap bisnisnya mulai dari pembangunan hotel, e-commerce, Tour and Travel, pengembangan bisnis Meiwa Breeding Centre di Enrekang.
Selain itu Direktorat Riset dan Inovasi juga akan ‘menjual’ produk inovasi dari dosen di Celebes-mall.com. semua hal itu dilakukan Unhas sebagai upaya untuk mencari dana operasional kampus.
Namun upaya-upaya ini mendapat berbagai tanggapan dari civitas akademika. Seperti Prof Dr Ridwan Amiruddin SKM MKes MScPh, mengatakan pembukaan PT IBM adalah satu upaya untuk menggali potensi yang luas dan memberikan manfaat yang seluas luasnya kepada masyarakat.
“Dengan potensi SDM yang mumpuni Unhas dituntut untuk menggelar upaya pencarian dana seluas luasnya di luar SPP, termasuk terobosan pengembangan bidang-bidang usaha strategis,” ujar Kepala Penjaminan Mutu Fakultas Kesehatan Masyarakat ini.
Selain itu, salah satu mahasiswa Fakultas Teknik, Amrang mengatakan pendirian PT IBM ini cukup efektif karena Unhas melepaskan diri dari subsidi pemerintah, sudah punya inisiatif untuk mendapatkan pemasukan sendiri. Namun, Amrang juga berpendapat pendirian PT IBM ini juga punya sisi yang tidak efektif.
“Jika adanya PT IBM ini tidak berdampak baik bagi mahasiswa Unhas sendiri, contohnya jika bisnis ini tidak bisa menanggulangi/menutupi subsidi pemerintah untuk proses perkuliahan mahasiswa,” ujar mahasiswa angkatan 2015 ini.
Setali tiga uang, Didi Muslim Sekutu. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum ini menyampaikan pendapat yang hampir sama. Didi mengatakan universitas sudah mencari dana dari luar, maka konsekuensinya pasti mahasiswa jangan dibebankan dengan pembayaran SPP/UKT tinggi. Kata Didi Muslim, harus ada jaminan bahwa SPP/UKT tidak bakal dinaikkan.
“Harus ada komitmen bahwa SPP itu tidak naik, (Harapannya) tidak ada nepotisme di dalam, yang kedua semoga ini bisa berjalan maksimal sebagai sumber pendapatan universitas, dan tentu kalau sudah ada unit bisnis muaranya yang menghadirkan uang dalam bentuk materi, maka harus dijamin bahwa tidak ada SPP naik,” ujar Didi Muslim Sekutu.
Ibrahim Kamal, Kordinator Eksternal Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (BEM FMIPA) mengatakan pendapatnya tentang pengembangan unit bisnis di Unhas. Menurutnya pendidikan sangat salah jika diarahakan ke komersialisasi.
“Pendidikan memang salah kalau diarahkan ke komersialisasi, pendidikan (sekarang) itu diarahkan bagaimana untuk mendapatkan keuntungan, itu yang terjadi. bahkan di penelitian pun begitu,” ujar Ibrahim Kamal saat ditemui identitas di FMIPA.
Lebih lanjut Ibrahim menyampaikan pendapatnya bahwa Unhas hari ini hanya ingin meraup keuntungan. Itu yang paling fatal, kata Ibrahim, berpikir semua aktivitasnya memperoleh uang.
“Basis riset bukan lagi kepentingan masyarakat, basis riset tidak mengarahkan pada kepentingan masyarakat dan apa yang dibutuhkan masyarakat, yang menjadi momok besar ialah kepentingan perusahaan,” ujar mahasiswa kimia ini.
Terkait SPP/UKT, Ibrahim menuturkan walau upaya-upaya kampus punya landasan hukum, namun Ibrahim mempertanyakan jaminan SPP/UKT tidak naik. “Tidak ada jaminan masalah UKT, boleh jadi itu (bisnis) hanya dalih,”
Reporter: Ayu Lestari, Musthain Asbar Hamsah