Meski telah lama pensiun mengajar sebagai dosen Unhas, bukan berarti budayawan Ishak Ngeljaratan total meninggalkan dunia mengajar. Sampai saat ini ia masih sering menjadi pembicara di beberapa diskusi dan seminar. Di sela-sela itu, ia menyempatkan menulis, bahkan sampai saat ini masih aktif sebagai kolumnis di salah satu harian di Makassar.
Reporter Identitas, Renita Pauzi Ardilla menyambangi rumah dosen yang bersahaja ini. Halaman rumahnya begitu terawat, yang dihiasi dengan tanaman hias. “Saya selalu membersihkan halaman, setiap pagi saya menyiram bunga,” katanya.
Selain berbicara tentang kesehariannya, Ishak banyak berbagi cara menjadi dosen yang mengayomi mahasiswanya. Baginya, dosen harus bisa mendidik mahasiswa yang nakal sekalipun, karena di balik kesuksesan mahasiswa, ada keberhasilan dosen di situ.
Berikut wawancaranya:
Apa saja aktivitas yang dilakukan selama pensiun?
Saya hanya pensiun dari tugas formal. kegiatan saya tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, saya masih sering diundang dalam seminar ataupun diskusi, kegiatan mendidik juga masih berjalan karena saya masih mengajar di luar.
Menjaga kebersihan rumah juga aktivitas rutin saya. Saya selalu membersihkan halaman rumah, setiap pagi saya menyiram bunga, menyapu halaman, dan memotong rumput. selalu ada pembagian tugas rumah dengan istri saya. Hal itu merupakan kebutuhan fisik saya yang tak bisa lagi seperti orang pada umumnya yang berolahraga.
Kadang rindu dunia kampus? Mengajar?
Selama mengajar di Unhas saya banyak berinteraksi dengan mahasiswa. Karakter mahasiswa itu berbeda-beda, disitulah peran seorang dosen bagaimana memahami sifat mahasiswanya. Itu makanya saya lebih senang disebut pendidik karena saya tidak hanya memberi mereka ilmu tapi memberikan perlakuan khusus setiap mahasiswa.
Menurut anda dosen yang ideal itu seperti apa?
Dosen harus menunjukan diri kepada mahasiswa kalau dia lebih pintar dari internet. seorang dosen harus mempunyai banyak referensi baru untuk bahan mengajar. Seorang pendidik tidak hanya cerdas tapi juga mau menerima saran dan kritik dari mahasiswanya sebagai bentuk pengembangan diri. Pendidikan harus bersifat demokratis
Bagaimana seharusnya hubungan dosen dan mahasiswa?
Hubungan dosen dan mahasiswa harus individual, interaksi antar keduanya harus individual. mahasiswa tidak melihat dosennya sebagai pelaku yang mendominasi kekuasaan. Jadi rahasia seorang pendidik terutama dosen harus memperhatikan mahasiswa dan mencintai mahasiswa dengan sama rata. Memberikan haknya untuk menerima pelajaran, meskipun kamu tidak bisa harapkan dia menjadi pandai seperti yang kamu inginkan. Disitulah peran seorang dosen sebagai pendidik.
Selama mengajar di Unhas, ada kenangan atau kejadian yang paling berkesan?
Bagi saya setiap pertemuan itu berkesan. Dulu, saya pernah mengajar mahasiswa yang nakal di Fakultas Sosial dan Politik. Setiap kali saya masuk dia selalu mengganggu temannya akhirnya saya suruh dia duduk di depan jendela setelah kelas berakhir saya panggil duduk di samping saya. Kejadian itu selalu berulang.
Setiap kali dia melakukannya, saya beri dia pertanyaan dan perhatian khusus padanya. sampai akhirnya meskipun dia nakal tapi dia bisa mendapatkan nilai yang bagus. semua itu tergantung bagaimana cara kita memperlakukan mereka, karena belum tentu dia nakal maka dia bodoh. Bentuk kesuksesan seorang dosen adalah keberhasilan mahasiswanya sekalipun tak sesuai yang dia harapkan.
Sekarang ini semua sudah serba canggih, termasuk fasilitas mengajar. Dosen dan mahasiswa tidak hanya bisa bercakap lewat ruang kelas, tapi juga lewat email, medsos dan aplikasi lain. Bagaimana komentarnya?
Teknologi saat ini menghasilkan peranti keras sebagai alatnya dan peranti lunak itu adalah informasi yang dihasilkannya. kita punya peradaban yang maju dan canggih tapi peranti lunak yang dihasilkan merusak moral kebudayaan kita. Teknologi kita saat ini hanya memperlihatkan kekayaan tapi miskin kebudayaan. Itu sangat mempengaruhi sifat-sifat dan keberbudayaan mahasiswa kita.
Sampai sekarang bapak masih rutin menulis? Persoalan-persoalan apa saja yang sering dituliskan?
Saya masih sering menulis. Banyak hal yang saya tulis tapi dalam menulis saya paling sering dan suka menggunakan pendekatan kultural. Karena pendekatan ini mengaitkan budaya, agama, dan hukum. Sampai saat ini juga saya masih aktif menulis di Koran Fajar Makassar.
Ada dosen atau mahasiswa yang senang bapak baca karya tulisnya?
Saya mungkin tidak terlalu mengidolakan seseorang. Tapi saya baca dan terkadang saya beri komentar tentang tulisan mereka. Saya sendiri bukan idola tapi prinsip saya be the best yourself. Saat kamu mengidolakan seseorang yang populer bukan berarti kamu harus meniru apa yang dia lakukan.
Kamu harus berani tampil berbeda meskipun anda tidak sepopuler mereka tapi anda telah berani menampilkan dirimu dengan itu anda juga mampu menimbang kualitas diri untuk melakukan pengembangan diri.
Apa kritik atau saran untuk dosen atau mahasiswa yang ingin menulis?
Seorang yang diam seumur hidup adalah orang tidak dapat dipahami. Jadi dia harus menyatakan dirinya lewat bekerja, menyatakan dirinya dalam sebuah tulisan adalah hal yang sangat bermanfaat pula bagi semua masyarakat yang membaca. (*)