Di mana ada kampus, disitu ada tempat kuliner. Universitas Hasanuddin sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia timur dikenal memiliki banyak warung makan yang tidak hanya menggugah selera, bahkan juga legendaris.
Warung makan yang berada di dalam atau di sekitar kampus ini sudah ada sejak beberapa generasi loh. Kami telah merangkum beberapa warung makan legendaris yang dapat menjadi tempat pengisi perut sobat Iden. Yuk simak dibawah ini.
1. Warung Dian
Rumah makan yang satu ini bertempat di Jl Statistik atau populer disebut daerah Workshop oleh mahasiswa. Warung ini telah berdiri sejak 1992 oleh Diamani dan Sutrisno. Keduanya adalah pasangan suami istri yang berasal dari Surabaya, Jawa Timur yang merantau pada 1991 untuk mencari kehidupan yang baru.
Warung Dian kini dikelola oleh dua orang anaknya. Salah satunya Evi, yang kini berumur 48 tahun. Ketika ditemui langsung Evi menceritakan bagaimana keluarganya mulai merintis usaha.
“Saat itu kebutuhan meningkat. Ada tetangga yang sarankan untuk buka warung nasi di Unhas saja. Dulunya jualan di dalam lorong pemukiman di belakang itu (PK7) selama 10 tahun lebih,” tuturnya, Kamis (29/9).
Mereka memutuskan untuk pindah ke wilayah yang kini ditempati hanya sekitar 4 tahun yang lalu. Evi mengatakan, peminat warung makannya semakin meningkat sejak kepindahan dibanding dengan di tempat sebelumnya.
Warung Dian menjadi bagian kehidupan beberapa kalangan mahasiswa. Bahkan yang telah berstatus alumni seringkali berkunjung untuk makan sembari reuni dan mengabadikan momen bersama kawan-kawan kuliahnya.
Tidak bisa dipungkiri, selain diminati karena rasanya enak, harganya juga yang bersahabat di kantong mahasiswa. Awal-awal berdiri, menu andalannya yakni nasi ayam dan nasi rawon hanya dibanderol seharga 2.500 rupiah.
Saat ini, cukup dengan sepuluh ribuan, sobat Iden sudah bisa menikmati seporsi nasi ayam dengan berbagai lauk pauk.
2. Warung Barokah
Tidak jauh dari Warung Dian, sobat Iden bisa menjumpai Warung Barokah. Warung berwarna hijau ini telah berdiri di Unhas sejak tahun 2005, pemiliknya yang bernama Suwardi awalnya merintis usaha itu bersama keluarganya.
“Awalnya pelanggan itu sedikit dulu. Lama-lama semakin banyak. Makan satu kali trus kembali lagi, katanya enak,” katanya Suwardi.
Ia sejak lama telah menjadi penjual makanan di pulau Jawa sebelum akhirnya pindah ke Makassar. Nama Barokah diambil dari nama warungnya ketika masih berdagang di pulau Jawa.
Awal-awal berdagang, wanita paruh baya ini menjajakan nasi beserta menu andalan lainnya seperti nasi ayam, nasi pecel yang hanya dibanderol seharga lima ribu rupiah saja. Saat ini, harga makanan berkisar sepuluh ribuan, yang masih cukup terjangkau untuk mahasiswa.
Warungnya kian ramai dikunjungi oleh para mahasiswa, dosen, pegawai rumah sakit, dan berbagai kalangan lainnya. Suwardi bahkan mengungkapkan bahwa omset penjualan yang diperolehnya mencapai sepuluh juta rupiah perhari.
3. Rumah Makan Mace Sahabat
Mace adalah sebutan akrab untuk Nani, seorang wanita berusia 54 tahun yang sejak lama menjadi pedagang makanan di Unhas. Kisahnya dimulai pada 1996 ketika ia baru pertama kali menjajakan dagangan nasi bungkusnya di Fakultas Teknik, Tamalanrea.
Kala itu, mahasiswa sering menggunakan jasanya untuk membuat makanan demi penggalangan dana. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk membuka warung pertamanya di depan Masjid Ramsis Unhas.
Perempuan asal Enrekang itu dikenal akrab dengan mahasiswa. Bersama suaminya, Hamidi, yang dipanggil Pace oleh mahasiswa, telah berdagang nasi dan menu makanan rumahan lainnya.
Pada 2008, ia memutuskan untuk memindahkan lokasinya ke teras rumahnya di jalan Sahabat 3. Ditandai dengan spanduk bertuliskan ‘Rumah Makan Mace’ terpasang rapi di depan tembok pagar rumahnya.
Walaupun berpindah, pelanggannya tetap setia. Rumah makan ini kian digemari oleh mahasiswa. Makanannya yang enak dan harga terjangkau juga menjadi alasan warung Mace sangat diminati. Sekalipun mahasiswa langannya telah bekerja, mace tetap menjadi tempat makanan favorit.
Ketika diwawancarai, Mace mengaku tidak keberatan ketika ada pelanggannya yang ingin berhutang. Walaupun beberapa yang enggan membayar hutangnya, ia hanya mengatakan “masalah bayar membayar tergantung, yang penting kita baik dan ikhlas,”.
4. Kudapan BNI (Jasa Boga)
Siapa yang tidak mengenal tempat makan yang satu ini? Tentu hampir semua mahasiswa Unhas pasti tahu Kudapan BNI. Sebab, lokasinya yang berada di area kelas Perkuliahan Bersama (PB) membuatnya mudah dikenali, terutama bagi mahasiswa baru.
Lokasi Kudapan BNI sebenarnya cukup strategis karena tidak jauh dari Rektorat dan perpustakaan pusat. Kudapan BNI awalnya dikenal dengan sebutan Jasa Boga (Jasbog) yang didirikan tahun 1987. Namun pada tahun 2016, tempat makan ini resmi mengubah nama menjadi Kudapan BNI.
Kudapan BNI bukanlah nama untuk satu warung makan, tapi tempat bagi beberapa kios di dalamnya. Pemilik kios-kios tersebut hampir setiap harinya menyediakan berbagai makanan dan minuman kepada civitas akademika.
Harga menu di tempat terbilang lumayan untuk kantong mahasiswa. Di awal berdiri, harganya hanya berkisar sekitar 150 hingga 400 rupiah saja.
Najamuddin, salah satu pedagang makanan yang ada di Kudapan BNI mengungkapkan bahwa, ia telah berdagang sejak 1996 di tempat itu “Waktu itu kan ayam masih murah, hanya 300-an rupiah barangkali,” tuturnya.
5. Kantin Sastra (Kansas)
Kantin Sastra terletak di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas. Kantin ini ramai dikunjungi oleh mahasiswa dari berbagai fakultas tidak hanya FIB, tetapi juga Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan Fakultas Ekonomi.
Bangunan Kansas diresmikan pada tahun 2006. Meski begitu, beberapa pedagang telah mulai menjajakan dagangannya di tempat itu sejak tahun 1990-an. Kansas menjadi saksi bisu di kala para mahasiswa mulai melakukan aksi reformasi pada 1998. Selain itu, tempat ini terkadang dijadikan lokasi untuk saling berdiskusi lintas fakultas.
Foto dan Naskah: Zidan Patrio