Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Unhas menggelar Sosialisasi dan Penandatanganan Kontrak Penelitian Hibah Internal Batch-2 di Gedung Ipteks Unhas. Acara ini dihadiri Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Infrastruktur, Prof Dr Ir Sumbangan Baja, MP, Ketua LPPM Unhas, Prof Dr Andi Alimuddin, M Si dan para peneliti yang menerima hibah internal.
Dalam sambutannya, Alimuddin, M Si menjelaskan bahwa tahun ini lembaga yang dipimpinnya mengelola sekitar 70 Milyar anggaran penelitian dan pengabdian masyarakat.
“Kita mempunyai hibah internal sebesar Rp. 20 milyar, dana riset dan pengabdian dari Kemristek berhasil kita menangkan sebesar Rp. 34 milyar. Juga ada dana penelitian dan pengabdian masyarakat kerja sama kemitraan dan kolaborasi. Totalnya sekitar 70 milyar,” katanya, Senin (29/4).
LPPM Unhas berkomitmen mendorong peningkatan riset dan pengabdian masyarakat, baik kuantitas maupun kualitas. Hal ini menjadi kebijakan internal yang dijalankan oleh LPPM, sehingga proses seleksi hibah internal lebih ketat.
“Awalnya kita membuka masa seleksi penelitian. Namun yang terserap, yaitu proposal yang dinyatakan lulus, sebesar Rp. 15 milyar. Maka, sisa anggaran Rp. 5 milyar kita kompetisikan kembali di batch-2, yang hari ini adalah momen penandatanganan kontraknya,” ucap Alimuddin.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kualitas penelitian nanti akan terbaca pada output penelitian, yaitu artikel jurnal terutama yang terindeks scopus maupun paten dan HAKI. Dengan standar yang tinggi ini, maka peningkatan artikel karya dosen Unhas pada jurnal bereputasi mulai terasa.
“Tahun 2017, kita menghasilan 410 artikel terindeks Scopus. Tahun 2018 kita berhasil mencapai 683 artikel. Itu belum termasuk prosiding. Tahun ini, kita berusaha mencapai target 1.200 artikel. Kami akan berusaha keras mencapainya. Sampai bulan April ini, sudah ada 326 artikel,” tulis Kasubdit Humas dan Informasi Publik Unhas, Ishaq Rahman mengutip Alimuddin.
Selain peningkatan riset, pengabdian masyarakat juga menjadi fokus LPPM Unhas. “Tahun 2018, jumlah pengabdian kita meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun 2017. Hal itu terjadi karena kita memaksimalkan KKN. Dosen-dosen kita yang menjadi supervisor itu diwajibkan membuat laporan pengabdian. Ternyata itu diterima oleh Simlitabmas,” tambahnya.
Sementara itu, Dwia menjelaskan bahwa peningkatan riset dan hasil-hasil riset, baik artikel jurnal, prototipe, paten dan HAKi sekarang menjadi perhatian dan fokus pemerintah, khususnya Kemenristekdikti.
“Para peneliti kita harus menghasilkan output yang bisa mendongkrak perekonomian bangsa, harus ada dampak dari penelitian itu kepada masyarakat. Itu berarti, penelitian itu harus mempunyai hasil yang konkrit,” tegasnya.
Memang diakui, tantangan terbesar yang dihadapi dalam penelitian hibah kompetitif adalah untuk ilmu-ilmu sosial, yang sering kali terbentur pada output. Untuk itu, ilmu sosial harusnya ada model yang bisa menjadi referensi untuk mendukung kebijakan pemerintah, atau memberi rekomendasi kebijakan kepada pemerintah.
“Untuk Unhas sendiri, ada beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan dari peningkatan riset ini. Pertama, ada efek langsung dalam proses belajar. Mahasiswa akan selalu memperoleh ilmu dan pengetahun terbaru yang dihasilkan oleh riset dosen. Kedua, ini juga penting untuk mendorong reputasi Unhas dalam rangka mencapai World Class University. Kita makin dekat ke level yang diharapkan,” pungkasnya.
Khintan