Bila jumlah kasus positif Covid-19 dianalogikan sebagai jumlah Subcriber konten youtube, maka tercatat sejak 27 Juli 2020, Indonesia telah berhasil menorehkan prestasinya sebagai peraih Silver Play Button Youtube. Begitulah sedikit anekdot, pada dasarnya menyiratkan beribu makna akan fenomena virus corona. Pandemi ini telah menjadi isu sentral dan krusial, yang berdampak ke berbagai sektor kehidupan, hingga memiliki efek besar.
Melihat berbagai dampak tersebut, pemikir Slavoj Zizek dan David Harvey, yang meninjau lebih jauh mengenai ruang sosial (social space). Ruang sosial (social space) mengenai konvergensi ruang sosial yang tercipta karena adanya pandemi sehingga berdampak pada aspek individu yang rentan seperti persoalan gender dan anak.
Masa darurat covid-19 saat ini, dimana semua ruang (locales) yang terpisah tadi kemudian berkonvergensi secara total ke dalam satu ruang, yang kita sebut sebagai Rumah. Dalam hal ini, rumah bukanlah sebuah locale, melainkan supralocale. Oleh karena, didukung adanya pola kebijakan seperti Work From Home dan Learning Frome Home, yang menyebabkan rumah sebagai ruang (locales ) tidak hanya sebatas ruang sosial kegiatan keluarga, namun juga beralih fungsi sebagai tempat bekerja, mengajar, bersekolah, dan lain sebagainya (Supra-locale).
Dampak dari terciptanya supra-locale ini adalah, terciptanya konvergensi waktu. Dalam artian, jika dulunya pelbagai aktivitas kita lakukan secara terpisah, kini aktivitas dilakukan secara bersamaan. Tentunya mengakibatkan trickle down effect, yang cukup kompleks dalam ruang sosial, gender dan anak.
Selain itu, Indonesia harus diakui masih menganut patriarki cukup kuat. Dominan perempuan bekerja sebagai ibu rumah tangga sekaligus bekerja di sektor formal. Akibatnya perempuan akan menghadapi berbagai tumpang tindih tugas gender yang bersinggungan dengan pekerjaan publik dan domesik yang cukup kompleks. Sehingga seorang perempuan yang merupakan ibu rumah tangga, diharuskan hadir menggantikan posisi guru selama belajar di rumah, belum lagi si ibu bekerja di sektor formal, seperti tenaga pendidik yang memiliki kesibukan rumah tangga, masak dan merawat anak. Hal ini memberikan beban lebih ke tenaga pendidik, sisi lain seorang ibu selama covid berpotensi dituntut untuk multiperan dengan harus menjadi seorang ibu, istri, guru, dan pekerja dalam satu waktu yang bersamaan.
Berdasarkan hasil survei yang digelar April hingga Mei 2020, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan, terhadap 2.285 responden, sebanyak 96% perempuan mengakui bahwa peran yang harus dikerjakan semakin bertambah di tengah pandemi. Pandemi juga membuat perempuan menjadi kelompok yang rentan mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Konsekuensi lain dari virus corona, yakni berdampak pada para Single Mother yang harus menghadapi tantangan problematis, karena statusnya sebagai tulang punggung keluarga mengharuskannya untuk terus mengais rezeki.
David Harvey menyebut ini sebagai konvergensi ruang dalam rumah (Locale) yang mengalami pola perubahan menjadi multifungsi ruang (Supra-Locale), akhirnya berefek pada gender.
Dari tinjauan kasus perubahan ruang sosial dan efek gender tersebut, dapat dimaknai bersama bahwa ketimpangan gender dan ketidakadilan semakin bertambah. Komunikasi dan fleksibilitas dalam dinamika peran keluarga harus dikomunikasikan dan dibagi dengan baik, sehingga tidak hanya perempuan yang menjadi terbebani secara signifikan selama pandemi ini.
Peran pemerintah menjadi penting untuk hadir dalam skema afirmasi bantuan ekonomi dan pemberdayaan perempuan, perlu dipersiapkan dengan baik untuk memenuhi dan melindungi kebutuhan dari kelompok yang rentan termasuk aspek gender. Selain itu, perencanaan strategis, regulasi kebijakan yang mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya dan utamanya kesehatan mental, perlu untuk diintegrasikan bersama. Pertimbangan strategis dan analisis sosial menjadi penting agar kebijakan dapat berjalan secara efektif dalam mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak yang sangat rentan di tengah pandemi ini.
Penulis,
Fitri Febriastuti Zandi dan Andi Muhfi,
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.