Memasuki tahun kedua Covid-19 dengan kasus global sudah mencapai 170 juta dan kasus nasional sekitar 1.8 juta, tentu jumlah ini jauh lebih besar dari yang sesungguhnya hingga 2-3 kali lipat. Begitu juga angka kematiaan global yang sudah bertengger di angka 3,5 juta dan nasional sekira 49 ribu kematian.
Bagaimana trend Covid-19 ke depan? Secara global Covid-19 memasuki gelombang ke dua dan ke tiga di berbagai kawasan regional WHO. Sementara Indonesia bergerak melandaikan kurva pertamanya. Dengan berbagai agenda nasional, mulai dari PSBB, PPKM Mikro, hingga Vaksinasi nasional Covid-19.
Trend curva epidemic Indonesia cenderung berbentuk lonceng piramida sempurna. Artinya, bila tidak ada upaya ekstra dari pemerintah, maka upaya mitigasi akan berjalan lebih lama dan terseok-seok dibawah bayang-bayang perbaikan ekonomi.
Tantangan mitigasi Covid-19 dalam perspektif social determinant of health termasuk dari sosial behaviour masyarakat Indonesia yang majemuk dengan ribuan etnik, wilayah yang luas serta faktor ekologi alam yang beragam. Menempatkan Indonesia dengan berbagai keragamannya dalam pendekatan yang lebih variatif. Jadi Indonesia tidak memerlukan dosis tunggal dalam menyelesaikan masalah Covid-19.
Kebijakan yang bersifat generik harus dapat diterjemahkan pada tingkat wilayah yang lebih dekat dengan sosial kultur warga. Kebijakan yang bersifak generik tanpa mempersiapkan masyarakat terhadap perubahan baru ataupun adaptasi baru, dipastikan akan gagal total. Kemudian dengan gampang menyalahkan masyarakat, ini tentu pendekatan yang keliru.
Misalnya menyalahkan warga karena tingkat partisipasi terhadap protokol kesehatan yang rendah; angka pemakaian masker yang semakin menurun, jarak sosial yang sulit diterapkan, hingga kebiasaan mencuci tangan yang buruk.
Kegiatan itu tentu telah dilaksanakan oleh berbagai pihak. Namun perlu dipahami bahwa kesehatan adalah produk cultural, merupakan output dari seluruh aktifitas sosial kebudayaan. Sehat bukan hanya tentang menu sehat seimbang, olahraga teratur, perbaikan imun, tidak merokok hingga kepatuhan akan protokol kesehatan. Tetapi sehat adalah resultante seluruh aktifitas kebudayaan yang memerlukan pendekatan holistik, karena kesehatan meliputi seluruh elemen kehidupan.
Hal lain yang sangat penting bagi warga Indonesia adalah keteladanan dari para pemimpin bangsa dan tokoh masyarakat terhadap praktek baik dalam pengendalian Covid-19.
Di sisi lain, kejujuran masyarakat dalam mengungkap riwayat penyakit sangat dibutuhkan pada saat tracing contact dilaksanakan. Jangan menyembunyikan riwayat penyakit karena malu, hal itu justru akan merugikan semua pihak dalam mengontrol laju penularan.
Kepada petugas kesehatan agar lebih memahami tentang komunikasi berisiko dalam mengeksplorasi setiap kasus. Sehingga kegiatan bisa lebih efisien dan efektif. Hindari benturan dengan warga dan memberikan penjelasan yang lebih rasional sesuai tingkat pemahamannya. Perkuatlah literasi kesehatan masyarakat terhadap pengendalian Covid-19 dengan melibatkannya secara dini.
Covid-19 akan berakhir bila, varian virus yang ada tidak dapat menemukan lingkungan yang baik untuk tumbuh. Lingkungan yang nyaman bagi Covid-19 tentu di ruang yang tertutup, lembab, dan sirkulasi udara yang buruk.
Sementara pada aspek populasi. Covid-19 menyukai mereka yang punya penyakit kronik bawaan misalnya DM, hipertensi, stroke dan jantung.
Dari kekuatan virusnya, Covid-19 sedang mempelajari bagaimana menaklukkan berbagai program yang diarahkan untuk menghancurkannya. Misalnya serangan hand sanitizer dengan alkohol, serangan vaksin hingga aktifitas lainnya. Tekanan yang melimpah terhadap virus SARRCOV2. Memaksa virus tersebut mengubah strainnya dengan membentuk ribuan varian baru.
Pada situasi normal, biasanya ini menerlukan waktu panjang untuk satu mutasi yang berbahaya. Sementara pada situasi pandemik petang global ini, Covid-19 merevolusi sistem mutasinya secara lebih sistematis dan lebih cepat. Bila ini benar adanya, maka diperlukan upaya yang lebih sistematis dalam membangun sistem imunitas populasi, misalnya percepatan cakupan vaksinasi di atas 70 persen. Dukungan lingkungan untuk penerapan protokol kesehatan yang lebih sistematis dan terukur. Implementasi sistem karantina wilayah dan isolasi wilayah yang lebih terkendali.
Sebagai pandemik dengan status kedaruratan kesehatan masyarakat maka tidak ada dosis tunggal dalam pengendaliannya. Prioritas utamanya adalah menyelamatkan nyawa warga yang terancam kemudian berpikir untuk perbaikan ekonomi dan pencitraan yang baik.
Setiap warga harus saling mendukung, karena ini adalah perang semesta yang sesungguhnya, dan nyawa setiap orang terancam setiap saat. Jangan jemawa dengan capain yang Anda peroleh, karena itu bisa membuat Anda lengah. Sebagaimana yang terjadi di Taiwan, Korea, India, Singapura dan Malaysia. Tetaplah fokus dalam mitigasi Covid-19 hingga semua warga terbebas dari kedaruratan kesehatan masyarakat ini.
Penulis Prof Ridwan Amiruddin,
Merupakan Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Sulsel,
Ketua tim ahli pengendalian Covid-19 Sulsel,
Dan Ketum Persakmi Indonesia.