Bagi Dr Sri Nur Aminah Ngatimin SP Msi, Kupu-kupu tak hanya memiliki sayap dan corak yang indah, tapi juga perannya sebagai serangga penyerbuk di ekosistem alam.
Ketika dikunjungi di kediamannya Jalan Sunu, Kompleks Unhas Baraya, Ibu dari tiga anak itu menyambut kami dengan sangat ramah. Sebelum diwawancarai, ia sempat memperlihatkan koleksi Kupu-kupu awetan bersayap putih berumbai yang telah ia simpan selama bertahun-tahun.
Ia mengaku spesies yang diperlihatkannya sudah sangat sulit ditemui. Dosen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Unhas yang kerap di sapa Sri itu, mengawali ceritanya tentang ketertarikannya dengan Kupu-kupu.
Pada tahun 2007, ketika masih berkuliah Program S3 Ilmu Pertanian Unhas, Sri mulai mempersiapkan desertasi untuk gelar doktornya. Ia sempat ikut salah satu pembimbingnya, Prof Mappatoba dalam Program Restorasi Habitat Kupu-kupu di Kecamatan Bantimurung. Kala itu, Prof Mappatoba merekomendasikan Sri untuk meneliti lebah madu. Akan tetapi, keindahan kupu-kupu yang ia lihat di Bantimurung jauh lebih menarik perhatiannya.
“Awalnya dosen pendamping mengarahkan untuk meneliti lebah madu. Tapi ternyata magnet kupu-kupu lebih kuat. Siapa sih yang mau disengat lebah?” ujarnya.
Selama tahun 2012-2014, Sri kemudian melaksanakan penelitian mandiri tentang perbanyakan Kupu-kupu dengan menggunakan pakan buatan. Sri rutin berkunjung ke Bantimurung setiap minggu untuk meneliti Kupu-kupu yang menjadi objek risetnya itu.
Sepasang Kupu-kupu tersebut dipelihara di dalam kandang sekitar pemukiman warga. Sri harus melakukan observasi hingga Kupu-kupu itu bereproduksi. Meskipun telah mempercayakan spesimen penelitiannya kepada salah seorang warga, nasib buruk harus ia terima lantaran Kupu-kupu betina yang dipelihara tersebut raib dicuri orang. Karena kejadian tersebut, ujian desertasinya pun harus tertunda.
Berbagai kendala yang dihadapi Sri tidak membuatnya hilang semangat. Baginya, Kupu-kupu adalah salah satu aset yang sangat berharga. Mulai dari fungsi ekologi hingga ekonomisnya, Kupu-kupu dapat memberikan manfaat apabila dikembangkan dengan baik.
Selain itu, Sri juga menjelaskan bahwa pakan kupu-kupu juga menjadi kendala, karena setiap kupu-kupu memiliki spesifikasi makanan yang berbeda-beda, tergantung jenisnya.
Berbagai kendala ia ceritakan. Matanya berkaca-kaca ketika bercerita rintangan yang dihadapi. Cemoohan dari berbagai pihak terhadap penelitian yang dilakukannya kadang menyakiti hatinya, salah satunya datang dari masyarakat tempatnya meneliti. Mereka berpikir penelitian yang dilakukan tidaklah bermanfaat, terutama ketika menyosialiasasikan pentingnya konservasi untuk menjaga populasi kupu-kupu.
“Banyak sekali saya dapatkan (cemoohan), masyarakat di sana kadang berkata, kita enak bu, meneliti dapat gelar, dapat uang. Kami di sini cuma bisa jual kupu-kupu,”curahnya, (11/10/20).
Pernah pula ketika Sri mengunjungi beberapa sekolah dasar untuk mengedukasi anak-anak, ia kadang harus bernegosiasi lama dengan pihak sekolah agar bisa memperoleh izin. Sri sadar betul, bahwa edukasi tentang menjaga populasi dan habitat kupu-kupu harus diberikan sejak dini.
Salah satu pengalaman yang tidak akan ia lupakan ketika rapat bersama Bupati Maros beserta beberapa instansi lainnya sekitar tahun 2008, membahas tentang restorasi habitat kupu-kupu. Sri yang duduk sebagai seorang peneliti dari universitas, menyarankan adanya anggaran yang lebih untuk perbaikan habitat dan populasi kupu-kupu. Namun, sarannya tersebut ditolak mentah-mentah dengan alasan ada hal yang lebih penting untuk diprioritaskan dibanding Kupu-kupu.
Melihat berbagai ironi selama kariernya mendalami tentang kupu-kupu, semakin memotivasinya untuk lebih gencar dalam meneliti. Selama meneliti kupu-kupu, Dosen Jurusan Proteksi Tanaman ini gemar menulis sejak bangku SMP dan kini telah banyak mempublikasikan hasil penelitiannya. Yang paling baru adalah buku yang berjudul Strategi Cerdas Konservasi Kupu-Kupu Bantimurung, yang menduduki posisi ke-tiga dalam Lomba Merdeka Menulis 2020 Naskah Buku Ilmiah tingkat nasional. Sebelumnya, Sri sudah menerbitkan empat judul buku yang masih membahas tentang Kupu-kupu.
Berkat kegigihannya, Sri banyak meraih beasiswa ke luar negeri. Di antaranya, Sandwich DIKTI Scholarship ke University of Queensland di Brisbane, Australia pada September-Desember 2011, Netherland Fellowship Program sebagai peserta International Course Integrated Pest Management and Food Safety pada Juni 2015 dan ICRA boosting Competencies for Higher Education Wageningen University di Belanda. Yang tidak kalah membanggakan adalah Beasiswa Fullbright ke Amerika yang baru-baru ini ia raih.
Ke depannya, Sri akan terus berinovasi demi tetap eksisnya satwa bersayap cantik itu. Sri akan terus berusaha untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga habitat kupu-kupu. Ia berharap adanya upaya serius dalam melindungi eksistensi dan keberagaman spesies kupu-kupu.
“Saya berharap bisa diadakannya kolaborasi real dengan institusi terkait pengembangan Kupu-kupu. Karena ini adalah aset yang sangat berharga bagi kita, terutama di tempat kita dijuluki sebagai The Kingdom of Butterfly,” tutupnya.
Penulis : Risman Amala Fitrah
Editor : Santi Kartini