Regenerasi petani merupakan persoalan yang besar di tanah air. Ariesman S TP M Si yang berumur 31 tahun tengah mendorong pemuda terlibat dalam sektor pertanian.
“Pemerintah mengeluh kurangnya petani muda yang mau bertani, rata-rata semua sudah tua,” ucap dosen fakultas pertanian tersebut.
Maka tidak heran pemerintah melakukan berbagai program seperti membiayai, dan memotivasi pemuda untuk bertani. Pria yang biasa dipanggil Aries ini, mengatakan menggeluti dunia tani, minimal bisa membantu dan tahu kendala yang dihadapi para petani serta bisa memberikan solusi.
Menurutnya, peluang bertani di Sulawesi Selatan sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan sumber daya air yang melimpah. Bahkan di daerah tertentu seperti Pinrang dan Maros dapat mencapai tiga kali panen sehingga hampir tidak ada kendala saat memanen setiap tahunnya.
Kalau ditanya hobi, Aries enggang menyebut ia bertani karena hobi. Kondisi lapangan yang mendorong ia tergerak, ditambah latar belakang keluarga yang berasal dari petani, tentu sudah mengenal seluk beluk sektor pertanian.
“Awalnya saya masuk Unhas 2007, memilih jurusan kesehatan masyarakat atau pertanian. Biasa orang tua senang anaknya kuliah di kesehatan. Katanya masa depan bagus tapi tidak demikian,” tutur Aries, Kamis (11/2).
Kala itu, Aries berkeinginan lulus di pilihan kedua, agar bisa membantu masalah petani di Indonesia. “Jadi saya konsisten di jalur latar belakang keluarga,” ungkapnya
Selain itu, setelah tamat Magister Keteknikan Pertanian Konsentrasi Teknik Tanah dan Hidroinformatika tahun 2015, Aries kemudian mendaftarkan diri menjadi dosen. Sembari menunggu pengumuman, ia belajar metode budidaya tanaman dengan menggunakan air, hidroponik.
“Saya kemudian membaca literatur, jurnal, ikut pelatihan. Setelah itu saya mulai mi membangun hidroponik,”
Lebih lanjut ia mengatakan mulai dengan hal kecil, menengah sampai ke skala yang besar, artinya awalnya menanam 100 sayuran, selanjutnya bertambah 500 tanaman, sampai pada 1500 tanaman.
Tidak sampai setahun, ia mengembangkan usahanya ke skala yang lebih besar. Dengan berkolaborasi teman dari Jakarta yang tertarik pula membangun usaha hidroponik. “Saya punya ilmunya dan ia mengandalkan modal dan jaringan, kerja sama pun terjalin,” ucapnya.
Alhasil mereka kemudian membuka lahan baru di Moncongloe, Kabupaten Maros, menggantikan lokasi penanaman sebelumnya dan di sana berhasil menanam sekitaran sepuluh ribu sayuran.
Katanya ada 14 jenis sayur yang ditanam dan mampu memproduksi 800 kilogram sayuran setiap bulannya. Apalagi penjualan setiap harinya habis rata-rata 70% sehingga terdapat beberapa sayuran yang tidak terjual. Sayuran itu di sedekahkan ke masyarakat,
“Tidak ada sayur yang terbuang, kalau bisa dibagi yah dibagi,” jelas Aries.
Tidak sampai di situ, tahun 2016 mereka kemudian membuat konsep, selama hampir enam bulan dilakukan. “Kami membuat perusahan, biar legal dinamakan CV Akar Hidroponik,” ucapnya.
Jadilah CV Akar Hidroponik, perusahaan yang bergerak di bidang produksi, pemasaran, dan pengolahan sayuran yang dibudidayakan secara hidroponik.
Laki-laki asal Pare-Pare ini juga merupakan salah seorang Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (Stiba) Makassar, kesibukan yang sudah terbiasa ia hadapi menjadikannya sebagai pengajar sekaligus pengusaha mampu mengatur waktu dengan bijak.
“Setelah selesai mengajar, biasanya saya ke kebun untuk turun langsung mengontrol tanaman, selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang baik,” ujarnya.
Aries mengaku tak ada sosok yang menginspirasinya, ia hanya melihat kondisi dan keadaan. Dengan itu, usaha ini mampu berkembang dan memberi keuntungan lebih sehingga ia bisa membantu orang yang membutuhkan.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat.” Itulah sepenggal prinsip hidup yang dipegang oleh pengusaha hidroponik ini.
Dalam pengembangan pertanian, Perusahaan Akar Hidroponik ini telah membuka Kulaih Kerja Nyata (KKN) dan magang yang hingga saat ini sudah mencapai 10 angkatan dari berbagai Universitas.
“Melihat lokasi yang cukup strategis, sehingga beberapa dosen juga melakukan penelitian di kebun ini, bahkan pernah bekerja sama dengan dekan pertanian Unhas,” ucap Aries.
Namun bukan berarti tidak ada masalah yang menimpah. Kegagalan pernah dihadapi seperti produksi, hama, pemasaran yang tidak maksimal, dan masih banyak lagi. Hal itu tak pernah membuat ia menyerah. Masalah apapun, ia anggap sebagai pelajaran untuk kembali dibenahi.
“Apapun yang terjadi kita harus tetap istiqomah. Insya Allah ke depan ini akan jadi sesuatu yang besar,” tegasnya.
Pengalaman dan relasi juga merupakan salah satu kunci kesuksesan. Ia dapatkan di himpunan dan BEM tingkat fakultas. Aries mengatakan, “Sangat penting berorganisasi di kampus bukan hanya kuliah saja, jangan seperti 3K; Kamar Kampung Kelas,” pesannya.
Di akhir wawancara, Aries berharap generasi muda mampu membawa perubahan agar Indonesia dapat kembali pada kejayaannya yang dikenal sebagai lumbung pangan dunia,
“Semoga ke depannya dapat memotivasi dan mendorong generasi muda untuk konsen di tempatnya. Indonesia negara agraris karena mempunyai karunia yang besar di sektor pertanian,” tutupnya.
Penulis : Nur Ainun Afiah
Editor : Santi Kartini