Niat meningkatkan SDM di Pulau Sulawesi, menuai badai.
Kabar burung mengendap-endap dari meja makan pesohor di Jakarta. Pertemuan pada Februari 2022 lalu itu, ramai diperbincangkan hingga kian menimbulkan pertanyaan. Gelombang protes pun mengemuka agar pembahasan kajian Institut Hasanuddin atau Makassar, atau Gowa, apapun namanya nanti institut ini direncanakan menjadi pusat teknologi di Kawasan Indonesia Timur (KTI), agar dibuka ke publik khususnya ke civitas akademika Unhas.
Wacana Fakultas Teknik Unhas yang akan berdiri menjadi institut teknologi muncul kembali ke permukaan di akhir periode Dwia Aries Tina Pulubuhu menjabat Rektor Unhas. Geliat pengembangan Fakultas Teknik (FT) Unhas menjadi institut bukan hal baru.
Berdasarkan terbitan identitas edisi Maret 2004, FT Unhas rencananya akan direlokasi ke lahan bekas pabrik kertas di Kabupaten Gowa. Pemindahan ini akibat dari beberapa faktor, seperti jumlah kapasitas ruang kelas yang kian terbatas, dan seringnya terjadi tawuran yang melibatkan FT Unhas.
Dekan Fakultas Teknik periode 2002-2010 Prof Muhammad Saleh Pallu menjadi salah satu inisiator dalam pemekaran FT Unhas. Ketika ditemui di Ruang Rektor Universitas Bosowa (11/04), Saleh Pallu mengatakan pemekaran ini telah ada sejak masa jabatannya sebagai dekan.
“Tahun 2003, Jusuf Kalla (JK) menginginkan atau memberi jalan tengah untuk mahasiswa teknik yang sering berkelahi di kampus. Saya siap pindahkan tapi dengan catatan kalau pindah harus menjadi institut,” jelas Saleh Pallu.
Sejak 2004 hingga hari ini, pemekaran FT Unhas menjadi institut tetap menjadi wacana saja. Menurut terbitan identitas edisi April 2004, Untuk menjadikan FT sebagai institut, Unhas sendiri belum berfikir ke arah sana, tetapi antusias akan adanya institut teknologi di KTI menjadi harapan.
Rektor Unhas 1997-2006 Prof Radi A Gany juga menyetujui dan menerima terobosan pemindahan Fakultas Teknik, bila nanti FT memang tidak lagi dalam naungan Universitas Hasanuddin. “Apapun namanya, yang pasti universitas menginginkan pemekaran FT bukan hanya berbentuk institut, tapi University of Technology satu-satunya di Kawasan Indonesia Timur (KTI). Namun Rady menekankan rencana ini masuk dalam tahap jangka panjang,” dikutip dari Laporan Utama identitas Unhas edisi awal April 2004.
Gedung FT di Tamalanrea mulai sepi dari aktivitas perkuliahan. Civitas akademika FT Unhas mulai menggunakan fasilitas di kampus Bontomarannu Gowa sejak 2012 silam, kurang dari sejam perjalanan dari Tamalanrea. Pemekaran fakultas yang berdiri sejak 1960 ini menjadi institut teknologi kemudian kembali mencuat setelah terbitnya Surat Keputusan Pendirian Institut Teknologi Hasanuddin (ITH) Nomor: 25482/UN4/KP.45/2014, dan kemudian menyusul surat keputusan tentang pengangkatan panitia persiapan pendirian ITH, maka diperlukan mengangkat Tim Implementasi pada Februari 2020.
Tim Implementasi Pendirian ITH terdiri atas pengarah Prof Muhammad Arsyad Thaha, Prof Baharuddin, Dr Muhammad Rusman, dan Mukti Ali PhD, Ketua Prof Saleh Pallu, Sekretaris Dr Ilham Bakri, anggota seperti Dr Muhammad Isran Ramli, Dr Abdul Rachman Rasyid, Dr Syamsul Asri, Dr Fauzy Arifin, Dr Suandar Baso, Rahimuddin PhD, Dr Purwanto, Dr Chairul Paotonan.
Lebih lanjut, Saleh Pallu menjelaskan beberapa pihak dalam internal Unhas masih mengkhawatirkan akan adanya penurunan peringkat apabila fakultas nomor keempat Unhas ini memisahkan diri. Namun, dia menyanggah dan mengatakan FT Unhas memberikan kontribusi yang besar, tetapi juga menyerahkan beban yang besar untuk Unhas.
“Malahan kalau FT keluar dari Unhas, maka kampus merah akan semakin berkembang karena beban yang paling berat sudah keluar,” tegasnya.
Khawatiran lain juga telah disampaikan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir kala menghadiri peresmian JK Center di Kampus Gowa, pada 2015 lalu. Keinginan melepaskan FT berdiri sebagai institut teknologi adalah kemunduran. Sebagai PTN-BH, Unhas diharapkan lebih mandiri dan dapat mengembangkan kampus lebih baik.
Selain itu, belum adanya institut di KTI juga menjadi semangat agar keberadaan institut teknologi dapat dihadirkan di Sulawesi. Geliat mendirikan institut di luar Pulau Jawa telah berkembang pada tahun 2010-an. Terbukti dari Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sepanjang 2009 hingga 2014 telah mendirikan 36 PTN baru.
Pemerintah mendorong peningkatan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) serta pemerataan pendidikan tinggi bidang teknologi di luar Pulau Jawa, maka perlu mendirikan PTN teknologi di wilayah tersebut.
Dengan kebutuhan SDM di bidang keteknikan yang sangat diperlukan. Dua institut teknologi baru berhasil didirikan sebagai jawaban ketertinggalan SDM, yakni Institut Teknologi Sumatera (2014) dan Institut Teknologi Kalimantan (2014). Sebelumnya telah ada Institut Teknologi Bandung dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Hal ini juga berlaku di Pulau Sulawesi.
Senada dengan itu, Dekan Fakultas Teknik Unhas Periode 2018-2022 Prof Muhammad Arsyad Thaha menyampaikan sebab utama pentingnya pendirian institut teknologi lantaran akselerasi pembangunan di kawasan timur masih terbelakang dari kawasan barat Indonesia.
“Ketimpangan terjadi salah satunya disebabkan kurangnya investor melakukan investasi di kawasan timur Indonesia. Penanaman modal sulit lantaran terkendala bidang teknologi, interkoneksi antar pulau, sumber daya manusia teknik yang belum mencukupi,” ucap dosen teknik ini, Rabu (27/4).
Ditambah lagi adanya jargon Indonesia Emas 2045 juga telah menjadikan fakultas teknik sebagai pilihan untuk dikembangkan sebagai institut teknologi. “Kita mengarah pada Indonesia Emas 2045, sisa 23 tahun dari sekarang, tidak mungkin kita dapat berkontribusi jika mendirikan perguruan tinggi baru,” tutupnya saat ditemui di pelataran Baruga AP Pettarani.
Tim Liputan