Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (KMFIB) Universitas Hasanudin mengadakan diskusi tentang logika sebagai tata aturan berpikir bagi mahasiswa. Bertemakan “Kajian Rutin Filsafat: Pengantar Logika”, kegiatan berlangsung di Pelataran BEM FIB KMFIB, Selasa (15/11).
Kegiatan yang dipandu Anggota Divisi Kajian dan Strategi BEM KMFIB, Muhammad Darwan, tersebut menghadirkan Warga KMFIB, Hasbi Otoluwa sebagai pemateri. Acara turut diikuti mahasiswa dari berbagai lembaga kemahasiswaan seperti Himpunan mahasiswa jurusan (HMJ), serta lembaga lainnya yang dibawahi BEM KMFIB.
Pada kesempatannya, Hasbi menjelaskan, logika dasar seharusnya menjadi modal utama setiap mahasiswa. Sangat penting dalam melakukan argumentasi dan pembentukan pemahaman yang menyeluruh. “Logika dapat diartikan sebagai instrumen yang dapat digunakan mahasiswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan baru yang lebih terstruktur dan sistematis,” sambungnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan, penarikan kesimpulan secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu deduktif dan induktif. Deduktif adalah penarikan kesimpulan dari hal yang umum ke hal yang khusus, sedangkan induktif adalah penarikan kesimpulan dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum atau generalisasi.
Tak hanya itu, Hasbi juga mengungkap tiga jenis cacat berpikir yang harus dihindari. Pertama, ad hominem yang menyerang pribadi orang lain. Kedua, over generalisasi yang sesuai dengan namanya terlalu menyamakan suatu peristiwa satu dengan yang lainnya padahal sangat berbeda atau biasa dikenal sebagai cocoklogi. Ketiga, slippery slope yang mengasumsikan bahwa tindakan tertentu pasti akan menyebabkan rantai peristiwa berikutnya terjadi tanpa pertimbangan yang matang dan bukti yang jelas.
“Ini adalah beberapa sesat dalam berpikir atau kesalahan berpikir yang sering kali ditemui dalam kehidupan sehari-hari terutama pada lingkup kampus,” ucap Mahasiswa FIB itu.
Di akhir kesempatan Hasbi menyampaikan, penting penggunaan logika yang baik dalam lingkungan akademik maupun dalam kelembagaan kampus, sehingga mahasiswa tidak mengalami sesat pikir dan salah pemahaman.
“Logika akan mengajarkan kita bagaimana mengkonseptualkan sesuatu dalam bentuk paling ideal di dalam kepala sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan kegiatan kemahasiswaan secara umum maupun pada kehidupan pribadi,” pungkas Hasbi.
M. Ridwan