“Anak pesisir, anak bangsa. Kebaikan bangsa ke depan, ada pada pundak anak-anak pesisir yang terdidik sejak dini” – Insiator Sikola Cendekia Pesisir, M Takdir ST.
Keterbatasan ekonomi yang menghimpit menjadi salah satu pemicu dibalik alasan banyaknya anak-anak di daerah pesisir terpaksa berhenti bersekolah. Mereka akhirnya memilih untuk bekerja guna membantu perekonomian orang tua mereka.
Pada kasus demikian, kita tak bisa serta merta menyalahkan orang tua maupun sang anak. Berangkat dari keresahan inilah, Inisiator Sikola Cendekia Pesisir, M Takdir ST, bersama rekannya berencana mengadakan Seminar Pendidikan tentang “Pentingnya Sekolah” melibatkan anak-anak pesisir Kota Makassar dan Kabupaten Pangkep.
Adanya kendala biaya pada saat itu membuat mereka memilih alternatif lain, yakni membentuk komunitas Sikola Cendekia Pesisir (SCP). Mengajak relawan berlayar menuju pulau-pulau untuk bermain dan mengajar anak-anak pesisir.
Komunitas sukarelawan yang tepatnya berdiri pada 29 Juli 2017 ini telah berstatus sebagai lembaga dan mendapatkan lisensi Akta Notaris serta Surat Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (SK Kemenkuham) pada 3 Agustus 2023 kemarin.
Adapun agenda rutin dari SCP, di antaranya Berlayar dan Berbagi (Pemberangkatan Relawan Angkatan), Semalam Lebih Dekat (SLD) sebagai upaya refleksi program dan pengurus SCP, Family Gathering, Hari Milad SCP, hingga program aksidentil, yakni Senyum Anak Pesisir (Kelas Inspirasi), Pustaka Pesisir, beserta Program Kolaboratif. Pernah pula lembaga ini menyelenggarakan event melibatkan pihak eksternal bertemakan Festival Pesisir.
“Mengenai sistem pembelajarannya sendiri, anak usia Sekolah Dasar (SD) diajari cara baca, tulis, dan hitung (calistung) serta motorik. Sedangkan english class, praktikum ilmu fisika, hingga Keterampilan diperuntukkan bagi anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP),” ungkap Alumni Teknik Informatika Unhas angkatan 2013 itu.
Takdir mengatakan, dari sekian pulau yang pernah dikunjungi oleh SCP, setidaknya ada satu atau dua pulau yang masih minim dari segi tenaga pengajar, fasilitas belajar mengajar, dan bangunan yang memadai bagi pendidikan anak-anak pesisir.
Berkenaan hal tersebut Komunitas Sikola Cendekia Pesisir hadir membantu serta memastikan para anak-anak pesisir mampu mendapatkan pendidikan yang layak. Minimal meningkatkan semangat mereka untuk melanjutkan pendidikan.
Seluruh relawan Sikola Cendekia Pesisir dan guru berbagi peran untuk mewujudkan Indonesia Cerdas. Tujuan mereka berlayar ke daerah pesisir tidak hanya berfokus pada pendidikan, tetapi juga memperhatikan aspek kebersihan lingkungan, kesehatan, serta keterampilan masyarakat melalui pemberdayaan.
Inisiator SCP itu pula mengaku, setiap pulau tempat SCP berlayar dan berbagi selalu mendapat respon positif dari pemerintah maupun masyarakat setempat. Warga sekitar pulau pun turut andil dalam kegembiraan yang dilakukan oleh teman-teman SCP.
SCP sendiri saat ini masih dalam proses bertumbuh menjadi lembaga yang mempunyai legitimasi di masyarakat dan memastikan para relawannya menjalankan program dengan baik dibekali dengan status lembaga yang sudah diakui. “Kami juga berupaya menghindari berbagai konflik hukum. Apalagi selama ini SCP menghimpun swadaya ataupun dana dari relawan, masyarakat, juga donatur,” tuturnya, Rabu, (9/8).
Bukan perjalanan yang singkat bagi SCP untuk bisa sampai pada tahap ini. Perjuangan para pengajar SCP tak akan berhenti dan akan terus berlanjut demi masa depan anak bangsa, khususnya anak pesisir di Sulawesi Selatan.
Apabila teman-teman tertarik untuk menjadi relawan, perekrutan dibuka untuk umum (siswa, mahasiswa, guru, maupun dosen). Dengan syarat mengikuti seluruh proses mekanisme perekrutan yang telah diatur oleh pengurus SCP.
Sampai hari ini, SCP bahkan mempunyai seorang relawan dari pesisir yang putus sekolah sejak SD. Sebab menurut M Takdir, tak ada penghalang bagi siapa pun yang ingin berbuat kebaikan.
Iftita Aspar