“Tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, nanti ujung-ujungnya di dapur juga.”
Kita pasti sering mendengar ungkapan tersebut. Meski zaman sudah semakin maju, namun persepsi masyarakat yang cenderung masih mengadopsi budaya tradisional menyebabkan peran perempuan sering diabaikan.
Sejarah panjang patriarki kerap kali mengesampingkan kehadiran perempuan pada kehidupan sehari-hari. Dalam riset Octaviani (et al., 2022) ia mengemukakan bahwa budaya patriarki yang masih terjadi di Indonesia, yaitu diskriminasi gender yang menempatkan perempuan di level kedua, sedangkan laki-laki menjadi pihak superior dan kuat.
Di lingkungan kerja misalnya, perempuan sering mendapat diskriminasi dalam bentuk upah yang lebih rendah dibanding laki-laki, peluang promosi yang lebih sedikit, dan tempat kerja yang tidak ramah.
Stereotip gender dan norma budaya yang menganggap perempuan kurang mampu memegang posisi kepemimpinan juga menjadi penghalang mereka dalam menunjang karier. Selain itu, perempuan yang mencoba untuk menyeimbangkan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga juga biasa tidak mendapatkan dukungan dari tempat kerjanya.
Lebih dari itu, diskriminasi gender terhadap perempuan masih sering terjadi, termasuk pelecehan dan kekerasan berbasis gender. Norma-norma sosial yang meremehkan perempuan dan mengagungkan laki-laki ini pun akhirnya menciptakan lingkungan yang tidak sehat bagi perempuan.
Meskipun budaya patriarki masih terbilang kuat di golongan masyarakat, perlu diketahui juga bahwa ada banyak perempuan yang mulai berani mematahkan norma sosial dan mendobrak stigma dengan cara-cara mereka.
Mengapa perempuan kian jadi tumpuan?
Salah satunya, jumlah perempuan terdidik kian banyak. Tingginya tingkat pendidikan memberi banyak pilihan pekerjaan bagi perempuan. Selain itu, perempuan terdidik juga cenderung memiliki penghasilan tinggi dan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian keluarga dan masyarakat.
Dilansir dari katadata.co.id, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dalam setahun terakhir peningkatan TPAK perempuan juga tercatat lebih kuat. Pada Agustus 2023 TPAK laki-laki 84,26 persen, naik 0,39 poin persentase dari tahun sebelumnya. Sementara TPAK perempuan mencapai 54,52 persen, naik 1,11 poin persentase dibanding setahun lalu.
Pendidikan bagi perempuan memiliki efek ganda yang sangat signifikan. Pertama, perempuan dapat memahami dan memperjuangkan hak-hak mereka, memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja, dan lebih mandiri secara finansial.
Kedua, pendidikan untuk perempuan memiliki dampak positif terhadap generasi mendatang. Perempuan yang terdidik akan memberikan perhatian lebih besar terhadap pendidikan anak-anak, memastikan bahwa anak mereka juga mendapatkan akses pendidikan berkualitas.
Dengan memberikan perhatian dan kesempatan yang lebih luas terhadap akses pendidikan, maka perempuan masa kini akan lebih percaya diri dalam mewujudkan potensinya tanpa harus tunduk pada batasan-batasan tradisional yang selama ini membelenggu mereka.
Pendidikan sebagai alat pemberdayaan
Menyadari pentingnya pendidikan sebagai alat untuk memberdayakan perempuan, maka akses pendidikan harus merata dan inklusif. Kebijakan yang mendukung pendidikan perempuan, termasuk beasiswa sangat penting untuk memastikan bahwa mereka memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.
Berangkat dari situ, Hoshizora Foundation dan Glow & Lovely (salah satu brand perawatan kulit wajah wanita) berkomitmen dalam memajukan pendidikan perempuan Indonesia dengan memberikan beasiswa, panduan karier dan pengetahuan untuk bekerja.
Sebagai salah satu bagian dari program tersebut, penulis menyadari bahwa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri juga merupakan cara untuk mengatasi stereotip gender yang masih ada di masyarakat.
Hal ini tentu tidak hanya memberdayakan penulis secara pribadi, tetapi juga menginspirasi perempuan lain untuk berani tampil dan bermimpi besar untuk mencapai tujuan mereka.
Bantuan pendidikan ini tidak sebatas menopang pendidikan perempuan dalam bentuk dukungan finansial, namun ada pula program pengembangan diri yang siap mewadahi potensi terbaik para awardee.
Program kolaborasi ini merupakan salah satu langkah dalam memperjuangkan akses pendidikan untuk perempuan. Keduanya percaya bahwa semua perempuan dapat menggapai cita-cita melalui pengetahuan, keterampilan, dan karier. Adapun peran mereka adalah memastikan setiap perempuan memiliki kesempatan untuk mewujudkan impiannya.
Hingga akhirnya, konsep “perempuan adalah tumpuan” bukan sekadar ungkapan belaka, namun lebih jauh mengacu pada upaya pemberdayaan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, hingga pembangunan ekonomi.
Mendukung peran krusial perempuan berarti kita mengakui bahwa mereka adalah pilar penting dalam menopang dan memajukan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, mari terus memperkuat posisi perempuan sebagai tumpuan utama dalam setiap aspek kehidupan karena kemajuan mereka adalah kemajuan kita semua.
Miftahul Janna
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2020
Sekaligus Bendahara PK identitas Unhas 2024