“Pendidikan bukan hanya menjadikan manusia Indonesia cerdas dan pintar, tetapi juga merupakan upaya memanusiakan manusia.”
Kutipan yang dilontarkan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo tersebut menunjukkan betapa pentingnya sebuah pendidikan. Sayangnya, kondisi tersebut tidak tercermin dalam pendidikan Indonesia yang diketahui masih tertinggal dibandingkan negara lain. Hal ini dibuktikan dengan peringkat Indonesia yang menempati posisi ke-72 dari 77 negara menurut International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018.
Pemerataan pendidikan di Indonesia merupakan salah satu faktor dari kondisi miris tersebut. Untuk itu, Magguru Institute mengambil sebuah langkah kecil membantu meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, yang juga dapat menumbuhkan kepekaan sosial antar sesama.
Magguru Institute mungkin terdengar asing di telinga beberapa orang. Komunitas yang dibentuk oleh Awaluddin Aziz pada tahun 2015 itu merupakan perkumpulan yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Magguru sendiri memiliki arti “belajar” dalam bahasa Luwu.
Ketika menjadi mahasiswa baru pada tahun 2014 lalu, Awal sapaan akrabnya, melihat kondisi kota Makassar sudah maju kemudian berfikir harus mengembangkan daerah asalnya juga. Sehingga lahirlah sebuah pemikiran untuk membentuk komunitas pendidikan dan sosial.
Pada awalnya, Magguru Institute hanya fokus pada pendidikan saja. Bahkan untuk perekrutan anggotanya pun dimulai dengan melakukan komunikasi langsung kepada teman karib dan orang-orang sekitarnya. Mengenai biaya pendirian komunitas ini, Awal mengaku, dananya berasal dari tabungan pribadi dan beasiswa.
“Tahun 2015-2016 itu kita masih fokus ke pendidikan, pada tahun 2017 hingga sekarang sudah mulai mengalami perkembangan. Sekarang, kami juga mulai bergerak di bidang sosial,” ucap Awal.
Fokus Magguru Institute di bidang pendidikan ialah mengajar anak-anak pedalaman, terutama di sekitar daerah Luwu. Sejak tahun 2019, Magguru Institute juga mulai menyediakan layanan Belajar Gratis Bahasa Inggris yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali. Selain itu, pada tahun 2021 mendatang, Magguru Institute berencana akan membuka tempat bimbingan belajar dari kabupaten ke kabupaten lain.
Sedangkan di bidang sosial, Magguru Institute kerap kali melaksanakan bakti sosial kepada anak yatim dan duafa. Mereka juga terlibat dalam kegiatan sosial dengan membantu para korban yang tertimpa musibah melalui galang donasi berupa dana, pakaian maupun makanan. Misalnya saja pada kejadian tsunami di Palu, banjir di Banten dan Masamba.
Pada awal tahun 2020, Magguru Institute telah melakukan pembinaan sosial Pengembangan Lebah Madu Trigona di Desa Bilante, Kec. Larompong, Kab. Luwu. Mereka berencana berdiskusi dengan para petani untuk membantu pengembangan budidaya lebah agar nantinya dapat meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat.
Terkait penerimaan anggota, Awal mengaku tahapan perekrutan Magguru Institute mulai mengalami perkembangan. Jika awal perekrutan dilakukan melalui jalur pribadi kepada orang sekitar, di tahun 2016 penerimaannya telah dibuka secara umum. Adapun tahapan yang harus dilalui para calon anggota baru, yakni pendaftaran, adiministrasi dan wawancara. “Tak ada kriteria khusus, yang jelas usianya 18-30 tahun, tetapi kami mengutamakan mahasiswa aktif dan sarjana muda,” ucapnya.
Untuk menarik minat orang agar bergabung di Magguru Institute, setiap tahunnya Magguru Institute akan memberi ruang kepada para anggota untuk refresing dalam bentuk kemah, berlibur ke Kediri dan tempat wisata lainnya.
Mahasiswa Kehutanan itu berharap, dengan adanya Magguru Institute dapat membantu orang-orang di luar sana, terlebih bagi mereka yang ingin tetap belajar tetapi terkendala biaya.
Annur Nadia Felicia Denanda