Aku… Bukanlah Chairil Anwar
Aku segera mati, bila peluru menembusku
Aku tidak ingin hidup selama seribu tahun
Aku memisahkan diri dan bukan terbuang
Puisiku tidaklah sarat akan kata indah
Dengan makna menyuarakan bungkam
Puisiku hanya deretan kata sederhana
Dengan makna ganda pencolek peka
Tidak pernah kuharapkan rayuan
Pembawa sial pasti menyadari
Akulah peran sang perayu elok
Dalam sebuah lakon tiada akhir
Tolong tangisi aku,
Tolong ratapi kepergianku
Akulah yang lemah
Bilikku sangat sempit
Air mata berlinang mulai berjatuhan
Semua bersedih dalam duka ambigu
Begitu sakit melihatku angkat kaki
Tapi tetap membiarkanku berkelana
Hanya satu luka yang kubawa berlari
Bukanlah sayatan peluru atau belati
Impian yang tersemat berubah luka
Menjadikanku seorang pecundang
Takan pernah hilang pedih dan perih
Berlari menuju atau menjauhi kenyataan
Sudah naluriku untuk terus bertahan
Berharap masih ada yang mencintaiku
Penulis: Risman Amala Fitra,
Mahasiswa Sastra Jepang,
FIB Unhas, Angkatan 2019.
Discussion about this post