• Login
No Result
View All Result
Identitas Unhas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Tajuk
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Tajuk
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
Identitas Unhas
No Result
View All Result
Home Sastra Cerpen

Aku Telah Membunuhnya

Oktober 12, 2019
in Cerpen, Sastra
Aku Telah Membunuhnya

ilustrasi: viral.dafunda.com

Editor Fatyan

Alunan musik meraba lembut masuk ke telinga. Melow, membuat pendengarnya seakan terbuai dalam opera Yunani kuno. Air laut pun seakan menenangkan suasana. Riaknya tak menghancurkan hening yang begitu indah.

Eren mengangkat tangan kecilnya meraba setiap angin yang lewat dengan kerutan di wajahnya menandakan kepuasan. “Lihat sebentar lagi matahari terbenam!” Teriaknya mengagetkanku.

BacaJuga

 Lady Bird dan Mimpinya

Zom 100 : Mewujudkan 100 Impian Sebelum Menjadi Zombie

Langit bercampur aduk dengan warna khasnya, pertanda akan segera menjemput malam. Tampak seperti kuning keemasan dengan cahaya segar di kejauhan. Lembayung senja tengah berkaca di atas laut memperlihatkan keindahannya. Membuat Eren terus terkagum-kagum. Ia sangat menikmati setiap detik menuju malam itu.

“Berhenti lakukan itu!” Teriakku dengan nada tinggi penuh kejengkelan setelah Eren menabrakkan air di ujung kakiku.

“Apa yang salah denganmu?” Tanya Eren tak mengerti. Matahari belum saja tenggelam sempurna, kami telah beranjak.

*

“Assalamualaikum,” kataku di depan istana megah menurut kebanyakan tetangga. Tapi bagiku itu hanyalah gubuk yang menyeramkan penuh arwah dan masa lalu yang mewariskan kepedihan. Terus saja kakiku melangkah tanpa mengharapkan jawaban. Lalu tertidur dengan amarah tak jelas.

Semua hampir tak seperti biasa. Tidak ada lagi gelas plastik berisi kopi. Aku seperti membenci semua orang, tak satupun dari mereka mendapat salam pagi.

“Hai,” sapa Eren pelan dengan perasaan bersalah. Aku hanya menjawabnya, “ya,” dan memintanya melupakan kejadian kemarin. Tanpa senyum dan lebih sensitif, seperti itulah hari-hariku berlalu. Eren mulai mencemaskanku, sesekali ia bertanya tapi tak mendapat jawaban. Eren adalah sahabatku. Ia sesekali mampir ke rumah, tapi kali ini tanpa memberitahukanku. Ia berkeyakinan, ada yang salah denganku.

Sedari ia datang, aku hanya berbaring sibuk bermain game. Eren mulai mencari sesuatu dan mencurigai segalanya. Terlebih saat berada di kamarku, melihat semua telah berubah. Cat dinding berwarna lebih gelap. Ia juga tidak lagi melihat potret diriku dengan gaya-gaya unik yang kacau. Eren semakin dibuat bingung dan penasaran dengan keadaan yang tiba-tiba saja berubah setelah sekian lama tak lagi sempat mampir seperti biasanya.

Saat di kampus, Eren tidak banyak berbicara. Tepatnya, karena sibuk memperhatikan setiap gerak gerikku yang penuh diam. Ia memandangku aneh pagi itu. Pakaianku berantakan, mataku lelah, rambutku tak lagi terikat rapi. Eren terperangah, kaget menatap ujung kuku jariku menghitam rusak seperti telah menggali tanah. “Ini jelas terjadi sesuatu yang tidak beres,” yakinnya.

Di hari libur Eren kembali berkunjung. Aku tak menghiraukannya, hanya tertidur lelap di sudut kamar. Seperti detektif Eren pun melancarkan aksinya. Semuanya diperiksa namun tak menemukan jejak apapun. Ia pun bertanya kepada saudara perempuanku, ibu, dan ayah. Namun, semua menjawab “tidak” dan ”tidak tahu”.

Esok sorenya, kembali Eren mengajakku ke pantai yang sama. Tempat kami selalu menghabiskan waktu di penghujung senja. Di sana aku hanya duduk dan menggali pasir menggunakan telunjuk. Eren terus memandangiku. Tiba-tiba saja ia menabrak tanganku menggunakan kaki. Melemparkan gumpalan pasir tepat mendarat di punggungku.

“Aku tak ingin bermain,” balasku.

Eren tak peduli, ia terus mengganggu, menghamburkan rambutku dan menarik baju. Bruk, air laut berhamburan ke atas dan jatuh tak karuan. Eren telah mendorongku. Wajah ku memerah penuh marah!

“Kau marah? Marahlah aku tak memedulikanmu,” teriak Eren mengalahkan suara ombak. Ditambahnya dengan dorongan lebih keras membuat tubuhku sekali lagi jatuh ke dalam air. Ia menarik dan terus memukul tanpa ampun ke arahku.

“Marahlah. Marahlah. Keluarkan amarahmu, keluarkan semuanya,” teriaknya dicampur tangis sembari mengguman lembut di telingaku, “aku ingin kau kembali.”

Aku hanya terpaku dalam marah bercampur aduk. Rasanya ingin memukulinya dengan keras tapi bingung melihat tingkahnya. Eren menjatuhkan badannya di hadapanku menenggelamkan wajahnya di telapak tangan.

“Ada apa Eren? Ceritakan padaku,” tanyaku pelan.

“Seharusnya pertanyaan itu kutanyakan padamu sejak berbulan-bulan lalu,” timpalnya sambil meraih tubuhku. Memelukku erat sebagai seorang sahabat.

“Maafkan aku Eren. Aku telah membunuh semuanya!”

“Tidak!” Balasnya. “Kau tidak membunuhnya. Hanya saja kau marah, kecewa, sakit. Kau terlalu menempatkan mereka lebih dominan.”

“Aku tidak lagi menginginkannya Eren. Aku tidak membutuhkannya.” Eren melihatku putus asa. Wajahnya benar-benar kacau.

“Aku hanya perlu menghabiskan hidup ini sampai waktunya. Aku mati. Tertawa, bahagia, dan mencintai hanya membuat umurku semakin panjang. Aku benci peranku di dunia ini, Eren!. Hidup sebagai seorang anak dari orang tua yang sibuk, untuk menyapaku di pagi hari pun mereka tidak mau. Seorang adik yang hanya harus menundukkan kepala, mengangguk, dan berjalan. Tidur seperti seekor keledai. Maka sebelum aku mati, akan membuatku tenang jika aku membunuhnya lebih dulu.”

 

Renita Pausi Ardila

Mahasiswa Departemen Sastra Inggris

Fakultas Ilmu Budaya

Angkatan 2016

Tags: Cepen RenitaRenita Pausi Ardilarubrik cerpen identitas
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Televisi atau YouTube?

Next Post

Tingkatkan Kesadaran Ekosistem Melalui Penanaman Pohon Bakau

Discussion about this post

Trending

Papan kantor asrama mahasiswa (ramsis) Unhas. Sumber: IDENTITAS/DWA

Lagu Lama di Asrama Mahasiswa Unhas

Agustus 28, 2023
0

Unhas Beri Apresiasi Dosen sebagai Academic Leader, Berikut Nama Penerima Penghargaan

Unhas Beri Apresiasi Dosen sebagai Academic Leader, Berikut Nama Penerima Penghargaan

September 10, 2023
0

Ahmad Yani, Patriot yang Gugur di Tangan PKI

Ahmad Yani, Patriot yang Gugur di Tangan PKI

Oktober 7, 2022
0

Kamu Mahasiswa Semester Akhir? Berikut Beasiswa untuk Penelitianmu

Kamu Mahasiswa Semester Akhir? Berikut Beasiswa untuk Penelitianmu

Mei 26, 2023
0

Liputan Khusus

Satgas PPKS Terangkan Prosedur Pelaporan pada Unhas Day 

Program Kerja Kolaborasi Mahasiswa KKN Hukum Unhas Ajak Siswa Melek Demokrasi

Menanti Realisasi Dana Abadi

Jurnal Publikasi Optimal, Atmosfer Akademik Menebal

Optimalisasi Kampus, Unhas Tingkatkan Daya Tampung

KKNT Luwu Timur Lakukan Evaluasi Program Kerja

Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Editors
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Cyber Media Guidelines
  • Privacy Policy
© 2023 - Identitas Unhas
Penerbitan Kampus
  • Logo Jagodangdut
  • Logo 100kpj
  • Logo Intipseleb
  • Logo Viva
  • Logo Vlix
  • Logo Vivanews
  • Logo Suaramerdeka
  • TvOne
  • Logo Onepride
  • Logo Oneprix
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Tajuk
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2017, Identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In