Universitas Hasanuddin kehilangan salah satu putra terbaiknya Maret 2022. Ia adalah Drs Aspiannoor Masrie MSi, seorang akademisi dan penggerak organisasi amal yang sangat dihormati di Kota Makassar. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam bagi para mahasiswa, kolega, dan penerima santunan organisasi amal yang dijalankannya.
Aspiannoor Masrie atau yang biasa dikenal dengan panggilan Aspi, lahir pada 14 Agustus 1964 di Kota Samarinda. Sejak kecil ia selalu menunjukkan ketertarikan terhadap isu-isu politik yang dibuktikan dengan hobi mengoleksi buku-buku sosial politik. Beranjak usia remaja, Aspi memutuskan menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin (Unhas) dengan mengambil jurusan Ilmu Hubungan Internasional (HI).
Tak berhenti disitu, Aspi ingin mengejar cita-cita menjadi dosen. Oleh karenanya, setelah menjadi sarjana muda, ia melanjutkan pendidikan di Unhas dengan mengambil jurusan Ilmu Politik. Setelah lulus, dirinya diterima menjadi salah satu dosen di Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas.
Selain menjadi dosen, ia adalah sosok yang diingat oleh banyak orang sebagai Ketua Umum Komunitas Makassar Bersih (Kombes). Karena keahlian dan dedikasinya terhadap lingkungan, Wali Kota Makassar, Danny Ramdhan Pomanto menunjuknya menjadi penasihat beberapa program strategis yang berkaitan dengan lingkungan di Kota Makassar.
Masalah kebersihan lorong-lorong dan pinggiran kota yang ada di Makassar adalah salah satu isu prioritas yang coba diatasi Aspi. Ia juga salah satu penggagas dari Gerakan Makassar Bersih Lorong (Mabelo), program yang diinisiasikan oleh Wali Kota Makassar dengan tujuan mengajak seluruh warga ikut berpartisipasi dalam pembenahan lorong.
Bukan hanya bersih dalam arti lingkungan, tetapi organisasi yang didirikan oleh Aspi pada 2018 ini juga berjuang untuk kebersihan sosial. Kombes merupakan organisasi kemanusiaan yang rutin menyantuni lansia dan anak yatim piatu. Setiap pekan, terdapat kegiatan sosial seperti Jumat berkah, sedekah makanan, dan minuman ke masjid-masjid.
Di sela-sela kesibukannya menjadi seorang dosen dan pejuang kemanusiaan, Aspi juga merupakan seorang penulis yang aktif di Tribun Timur sejak 2010. Ia banyak menulis opini terkait kebijakan publik dan isu politik. Profesi-profesi ini membuatnya sangat dihormati di kalangan akademisi dan para jurnalis.
Atika Marzaman, salah satu Dosen HI yang pernah menjadi mahasiswa Aspi mengungkapkan, ia adalah tipikal dosen yang humoris dan senang bersenda gurau, sangat ramah dan peduli.
“Bagi orang yang tidak kenal dekat dengannya, Pak Aspi mungkin terlihat cuek. Padahal sebenarnya, keberadaannya selalu memberikan kesegaran dan keceriaan,” ucap Atika dalam wawancara, Jumat (19/5).
Pada 2008-2010, Aspi menjadi pembimbing UKM KTI FISIP, hal ini menunjukkan dedikasi dan perhatiannya terhadap pengembangan potensi mahasiswa. Atika menceritakan salah satu pengalaman paling berkesan ketika menjadi mahasiswa, dirinya didorong untuk mengikuti kejuaraan PIMNAS oleh Aspi.
“Ketika itu, Pak Aspi adalah pembimbing ekskul KTI FISIP. Beliau mendorong saya dan teman teman untuk mengikuti kompetisi karya ilmiah paling bergengsi dikalangan mahasiswa ini. Selama berbulan-bulan persiapan, kami selalu dibimbing. Alhasil, kami berhasil mendapatkan juara tingkat nasional ketika itu,” tutur Atika.
Ketulusan dan kepedulian Aspiannoor tidak hanya terlihat dalam lingkup akademik, tetapi juga dalam kehidupan pribadinya. Ia sering mengajak para mahasiswa berkumpul di rumahnya yang terletak di Kompleks Perumahan Dosen untuk mengerjakan tugas, atau sekadar bersilaturahmi.
Selama menjadi mahasiswa, Aspiannoor merupakan orang yang terkenal cerdas dan berprestasi. Terpilih sebagai Mahasiswa Teladan Satu Universitas Hasanuddin kala itu. Ketika menjadi dosen, ia selalu menyukai debat dan diskusi bersama kolega dan mahasiswanya mengenai berbagai isu-isu dalam ilmu hubungan internasional.
Ketua Departemen HI Unhas, Prof Darwis menceritakan, ketika masih menjadi dosen muda, dirinya sangat kagum dengan kecerdasan yang ditunjukkan oleh Aspi. Keingintahuannya yang luas dan kemampuannya untuk berpikir analitis menjadi daya tarik bagi mahasiswa dan koleganya.
“Ketika muda dulu, kita sering ditantang berdebat oleh Aspi. Beliau menunjukkan kecerdasan luar biasa dalam menguasai dan menganalisis isu-isu kompleks seputar hubungan internasional,” ungkap Darwis dalam video kesan-kesan dosen yang dibuat departemen HI, Sabtu (4/3).
Banyak dosen di Departemen HI Unhas mengakui bahwa Aspiannoor adalah sosok yang mampu menginspirasi orang di sekitarnya. Keahliannya dalam menguji karya tulis mahasiswa sangatlah detail, baik dari segi teknis maupun substansial. Dedikasi dan ketelitian ini menginspirasi banyak dosen di Departemen Hubungan Internasional untuk mengikuti metodenya.
Tak hanya itu, keberhasilannya dalam mempresentasikan hasil risetnya di berbagai negara, seperti Amerika Serikat dan Eropa, memotivasi banyak dosen muda di HI untuk menjadi sepertinya. Ia membuktikan bahwa seorang akademisi dapat menjadi sosok yang keren dan inspiratif.
Karena ketelitian dan kecerdasannya, ia sering dipercaya untuk mengkaji isu-isu hangat dalam bidang hubungan internasional. Aspiannoor beberapa kali diundang menjadi narasumber dalam berbagai seminar yang diadakan Departemen Luar Negeri Republik Indonesia.
Ketika kesehatannya mulai memburuk, Aspiannoor tidak pernah lupa terhadap kewajibannya sebagai dosen. Ia tetap berupaya memastikan mahasiswanya dapat menerima ilmu berharga darinya. Keinginannya untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman tak pernah pudar, meskipun sedang berjuang melawan sakit yang dideritanya.
Aspiannoor Masrie menghembuskan nafas terakhir di Makassar, Sulawesi Selatan pada 2 Maret 2022 akibat penyakit jantung yang telah lama dideritanya. Ketika itu ia sedang menjalani studi S3-nya di Unhas dengan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Namun sayang, studinya tidak sempat diselesaikannya. Wali Kota Makassar, Danny Pomanto dan Sekretaris Daerah Kota Makassar, M Ansar datang langsung melayat untuk menghormati Aspiannoor.
Kehilangan Aspiannoor Masrie tidak hanya dirasakan oleh keluarga dan teman-temannya, tetapi seluruh keluarga komunitas di Makassar. Ia meninggalkan warisan inspiratif sebagai seorang akademisi yang berdedikasi, penggerak komunitas amal, dan motivator yang hebat.
Sebelum wafat, ia berpesan agar organisasi amalnya tetap dilanjutkan meskipun dirinya tiada. Semoga jejaknya akan selalu dikenang dan menginspirasi generasi muda untuk terus berjuang dalam bidang ilmu dan pengembangan masyarakat.
Mario Farrasda
Discussion about this post