Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas mengadakan kajian kebudayaan bertemakan “Tradisi Tulis Naskah Lontara Sulsel” melalui saluran RRI Pro 4 FM, Kamis (4/2). Kegiatan ini merupakan kali pertama setelah penandatanganan kerja sama dengan RRI Makassar.
Pada kesempatannya, Ketua Departemen Sastra Daerah FIB Unhas, Dr Muhlis Hadrawi SS MHum sebagai narasumber membahas skriptoria atau tempat-tempat yang menjadi pusat penulisan naskah lontara. “Awal mula terbentuknya naskah skriptoria di Sulsel bersamaan dengan kemunculan aksara. Sekitar abad 16, aksara lontara baik Bugis maupun Makassar sudah ada,” tuturnya.
Muhlis menambahkan, hal penting yang harus diketahui ialah tempat penulisan naskah dan karya apa saja yang lahir di sana. “Tempat penulisan di abad ke-16 masih terbatas pada wilayah tertentu, misalnya Bone, Gowa, Tallo, Luwu, Wajo dan Tanete. Kemudian, naskah lontara yang hadir memiliki skrip masing-masing sesuai daerahnya,” ungkapnya
Muhlis juga menyampaikan keprihatinan terhadap naskah lontara. Saat ini, naskah tersebut kurang dipandang sebagai produk literasi. Banyak orang menganggapnya sebagai hal yang tidak terlalu penting sehingga keberadaannya terancam.
“Naskah lontara masih ada di berbagai tempat, namun tidak terkoordinir. Di Sulsel sendiri tidak ada lembaga khusus yang menangani naskah lontara. Begitu pula dengan istana kerajaan dan rumah adat yang telah kehilangan fungsi, hanya sekedar simbolis,” pungkas Muhlis.
M214
Discussion about this post