Mengikuti pengabdian masyarakat di Kecamatan Takalar Lama memberiku kesempatan bertandang ke Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo. Bulan November kemarin, saya bersama tim WWF Indonesia berkunjung ke obyek wisata itu.
Kunjungan saya ke sana bukanlah sekedar liburan semata, tetapi belajar sekaligus memperkenalkan cara budidaya mangrove kepada anggota kelompok tani rumput laut yang kami bina. Selain itu, kunjungan kami juga mempererat hubungan silaturahmi dengan ketua pengelola obyek wisata, Budi Paranggeni.
Sebelum berangkat ke PPLH Puntondo, terlebih dahulu, saya dan pembina lokasi pengabdian, Kak Amriana menunggu kak Idham Malik, pengarah WWF-Indonesia, cabang Sulawesi Selatan yang sudah di jalan menuju lokasi pengabdian. Sembari menunggu, kami melakukan survei ekonomi ke setiap rumah petambak. Tak sampai menyeluruh, hanya lima buah rumah yang berhasil kita survei, sang komando sudah tiba di lokasi.
Berdasarkan kesepakatan sebelumnya, hanya ada dua orang anggota yang diikutkan ke PPLH Puntondo, yakni Daeng Mangung dan Daeng Tunru. Keduanya adalah anggota kelompok yang mengelola pembibitan mengrove kelompok. Setelah semuanya sedia, mobil yang kami tumpangi akhirnya berangkat menuju PPLH Puntondo yang berada di Dusun Puntondo, Desa Laikang, Kecamatan Mangngara Bombang.
Perjalanan dari Kecamatan Takalar Lama ke Puntondo menghabiskan waktu sekitar dua jam. Ada empat tempat wisata yang kami lewati, yakni Pantai Topejawa, yang baru diresmikan 20 Desember kemarin, Water boom, Teluk Laikang, dan Pantai Punaga.
Di sepanjang jalan terdapat banyak penjual jagung dan buah mangga. Tak hanya itu, ada juga sekelompok orang yang memanfaatkan jalan dengan memberhentikan kendaraan yang lewat dengan menawarkan karcis seharga 5 ribu. Apabila si pengendara tidak menerima karcis tersebut, maka kendaraannya dilarang lewat. Wah.. ngerinya.
Ketika akan memasuki jarak 5 km dari tempat wisata, kami disambut dengan pemandangan rumah panggung khas Kabupaten Takalar. Kegiatan budidaya rumput laut jenis Euchema cotonii juga banyak dijumpai di sepanjang jalan, serta kebersamaan masyarakat setempat juga terlihat masih sangat rukun.
Beberapa menit kemudian, mobil yang saya tumpangi memasuki gerbang kayu dengan logo khas lingkungan hidup disertai tulisan PPLH Puntondo. Setelah membayar seharga 15 ribu, mobil yang kutumpangi tersebut melaju sampai ke parkiran. Di jalan masuk areal parkir terdapat pohon-pohon yang menjulang tinggi, dengan jalanan bebatuan yang telah didesain se-natural mungkin. Angin sepoi-sepoi menyambut indah kedatangan pengunjung Puntondo.
Setelah memarkir mobil, rombongan segera menuju ke Pendopo. Di situ Pengunjung akan diberi informasi seputar PPLH. Di Pendopo ini juga terpajang sebuah mading yang menampilkan program-program PPLH Puntondo serta tips menjaga lingkungan hidup. Usai menerima informasi sekilas tentang Puntondo, rombongan akhirnya menuju ke restoran.
Saat menuju ke restoran, kami disambut dengan keindahan bangunan-bangunan yang terbuat dari papan, setiap bangunan menyerupai rumah khas suku Makassar, seperti rumah perpustakaan yang terlihat tampak sederhana dengan nuansa konvensional, dan pastinya tidak terlepas dari ciri khas budaya khas makassar. Tak hanya itu, bunga Bougenville juga tak mau kalah menarik perhatian pengunjung. Perpaduan bunga berwarna pink dengan nuansa hijau menarik perhatian saya untuk mengambil gambar. Sensinya seperti berada di korea, mengandaikan bunga Bougenville itu sebagai bunga sakura. Haha
Sebelum memasuki restoran, kami juga disambut dengan pepohonan tanpa daun yang menjulang tinggi. Di sebelah kiri jalan terdapat penampungan air hujan yang dimanfaatkan sebagai air cadangan ketika persediaan air habis. Di sebelah kanan jalan juga terdapat hamparan lapangan hijau yang dikelilingi dengan pohon-pohon rimbun.
Beberapa menit berlalu, setelah menikmati keindahan di Puntondo, kami akhirnya sampai di restoran. Restoran ini dikelilingi oleh pohon yang hijau. Tangga papan yang unik menjadi ciri khas tersendiri restoran ini. Salah satu menu minuman favorit dari restoran ini adalah sirup rumput laut. Tampilan sirup ini sangat mirip dengan sirup DHT atau marjan, tetapi rasanya sangat jauh berbeda. Rasa agarnya lebih terasa, menyegarkan tenggorokan.
Setelah menunggu beberapa menit, makanan yang kami pesan akhirnya sampai juga. Makanan dari restoran Puntondo merupakan hasil tangkapan lansung dari pantai Puntondo. Usai makan siang, ketua pengelola PPLH Puntondo akhirnya datang. Ia mengenalkan PPLH Puntondo kepada kami.
PPLH Puntondo diresmikan pada 15 Oktober 2001. Dijelaskannya bahwa PPLH ini dikelola oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pendidikan Lingkungan hidup. PPLH Puntondo lahir dari kepedulian akan pesisir dan perairan. Kebanyakan dari pengelolanya berasal dari masyarakat lokal yang telah diberikan edukasi mengenai lingkungan hidup.
Setelah menghabiskan waktu berbincang beberapa menit, rombongan diajak untuk melihat lokasi pembibitan mangrove, sekaligus dijelaskan cara pembibitannya. Ada sebelas jenis mangrove yang dikembangkan di PPLH Puntondo, diantaranya Avicennia sp, Avicennia marina, Rizhopora apiculata, Rizhopora mucronata dan masih banyak lagi.
Tak hanya itu, pihak PPLH juga memperkenalkan cara distilasi air laut menggunakan tenaga surya. Setelah mengalami proses distilasi, air laut akan berubah menjadi air tawar siap minum. Selanjutnya, kami diajak berkeliling melihat fasilitas-fasiltas yang tersedia di PPLH Puntondo, seperti asrama, ruang seminar, tempat outbond, dan bungalo. Ada enam buah bungalo dengan ciri khas maskassar dan fasilitas yang pastinya menjamin kenyamanan pengunjung. Seperti bentuk kamar mandi yang sengaja didesain ala lingkungan hidup.
Waktu sudah menunjukan pukul 18.00 WITA, saya dan rombongan pamitan pada pak Budi, sekaligus berterima kasih untuk edukasi hari itu. Kunjungan perdana ke PPLH Puntondo mengajarkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan, peduli pada lingkungan hidup kita. Tak hanya itu, kunjungan perdana ini menjadi sebuah kejutan bagiku. Ternyata di tanah kelahiranku sendiri telah ada keindahan yang mungkin tak dimiliki negeri lain.
Ayu Lestari
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Perikanan
Angkatan 2015