Liga Film Mahasiswa (LFM) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan program Rebel with Knowledge berisi bedah film dokumenter berjudul “Are We Still Friends?”. Kegiatan dilaksanakan melalui Zoom Meeting, Minggu (25/5).
Kegiatan kali ini menghadirkan sutradara film Are We Still Friends?, Al Ridwan. Dalam durasi 15 menit, film ini menyuguhkan kisah emosional tentang pertemanan lama, dan mendapatkan perhatian di berbagai festival film, baik nasional maupun internasional.
Dalam pemaparan materinya, Al membagikan alur tahapan produksi di balik film dokumenter pertamanya itu. Ia menerangkan bahwa presentasi yang ia sampaikan bukanlah satu-satunya pedoman dalam pembuatan film.
“Film dokumenter memiliki ruang yang luas untuk eksplorasi ide, tetapi bukan berarti tidak perlu disutradarai sama sekali,” simpulnya.
Selain itu, Al menekankan pentingnya etika dan riset dalam proses produksi film. Tidak jarang, terjadi situasi di mana narasumber menarik partisipasinya di tengah jalan. Oleh karena itu, pemberian konsen tidak bisa dipahami sekadar urusan boleh ‘boleh atau tidak boleh’, tetapi juga mencakup tanggung jawab moral dan perlindungan terhadap narasumber.
“Seorang filmmaker harus memahami informasi mana yang, jika dibagikan, dapat membahayakan narasumber,” tegasnya.
Menurut Al, film dokumenter dapat menjadi media untuk membangun saling pengertian dan memperdalam pemahaman antar sesama.
“Mengenal narasumber saat wawancara itu bukan hanya untuk membuat film tapi juga membuat kita, manusia, bisa saling mengenal,” terangnya.
Lebih lanjut, Al menjelaskan berbagai komponen film, mulai dari gaya bertutur seperti ekspositori, observatori, partisipatori, reflektif, performatif, dan puitis, hingga director’s statement atau pesan utama yang mau kita sampaikan kepada penonton.
Siti Nur Haliza Yusrianto
