Universitas Hasanuddin (Unhas) menjadi tuan rumah Festival Kebangsaan Generasi Emas (Gema) Kampus 2025, di Baruga Andi Pangerang Pettarani, Sabtu, (24/05). Dialog Kebangsaan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk mengapresiasi dan melestarikan seni, musik, dan budaya Nusantara.
Pengamat Industri Musik, Once Mekel mengungkapkan bahwa saat ini masyarakat hidup di era yang sangat berbeda dari zaman analog. Kini teknologi memudahkan siapa saja dapat memproduksi musik.
“Perlu diwaspadai, instrumen virtual bisa menghilangkan nuansa alami seperti udara dalam rekaman,” tuturnya.
Selain itu, musisi sekaligus sinematografer, Alffy Rev juga menyampaikan bahwa kita harus selalu mengingat kedalaman di era kemajuan teknologi.
“Sekarang kita hidup di era yang memuja kecepatan. AI dan teknologi memungkinkan kita menciptakan karya hanya dalam hitungan detik, tapi tantangannya kita bisa melupakan ke dalaman,” ujarnya.
Produser musik itu juga berpesan bahwa generasi muda harus bersaing dengan dunia internasional dan tetap berpijak pada akar Nusantara.
Di tengah derasnya arus globalisasi, pengaruh budaya barat sering kali memengaruhi identitas dan budaya. Dalam dialognya, Alffy mengajak untuk melirik kembali tanah air tercinta.
“Jika semua orang sedang melihat ke Barat, mungkin saatnya kita melihat rumah kita sendiri,” jelasnya.
Alffy Rev membagikan pengalamannya tentang bagaimana studionya di Bali berhasil menciptakan karya-karya yang tidak hanya dinikmati secara lokal, tetapi juga diapresiasi oleh dunia.
“Kuncinya adalah konsistensi dan terus menggali potensi diri,” ungkapnya.
Itrha Febrianta
