Dua Garis Biru adalah sebuah film drama remaja Indonesia tahun 2019 yang disutradarai oleh Gina S. Noer dan diproduksi oleh Starvision Plus. Pemeran utama dalam film ini yaitu Angga Aldi Yunanda sebagai Bima dan Adhisty Zara sebagai Dara.
Film dua garis biru ini diangkat dari sebuah problematika yang mungkin sering terjadi di sekeliling kita, yaitu soal pernikahan dini. Film ini menceritakan tentang kehidupan sepasang remaja, Bima dan Dara yang sedang menikmati jalinan asmara.
Film ini juga turut menghadirkan pemain senior seperti Cut Mini dan Arswendy Bening Swara sebagai orang tua Bima, serta Lulu Tobing dan Dwi Sasono sebagai orang tua Dara. Mereka bisa menjadi sebuah gambaran orang tua yang berbeda strata dalam menghadapi sebuah masalah.
Bima merupakan sosok lelaki yang tidak begitu cerdas dan hidup berkecukupan, sedangkan Dara merupakan sosok perempuan yang sangat cerdas, kaya raya dan mempunyai impian untuk sekolah ke Korea. Namun, kepolosan mereka melewati batas sepasang kekasih itu sendiri tanpa tahu konsekuensinya.
Akibat perbuatan mereka, Dara yang belum tamat sekolah hamil di usia dini. Sehingga orang tua mereka harus menanggung malu. Selain itu, akibat dari perbuatan mereka, Dara harus dikeluarkan dari sekolah dan hanya bisa mengambil paket C. Bima dan Dara harus bertanggung jawab atas pilihan mereka, yaitu menikah dini.
Film ini banyak mengandung makna metafora antara lain ketika adegan Dara yang memisahkan kerang yang segar dan tidak segar. Dari adegan tersebut, yaitu kerang yang tidak segar bermakna perempuan yang tidak perawan lagi sedangkan yang masih segar itu menandakan perempuan yang masih perawan.
Bahkan, dalam film itu benda mati pun seolah-olah dapat “berbicara”, seperti buah stroberi yang ditaruh di atas perut Dara. Kemudian stroberi yang dihancurkan dengan cara diblender, dan jus stroberi yang ditinggalkan begitu saja.
Tiga hal tersebut seoalah-olah menggambarkan bagaimana Bima dan Dara menentukan keputusan apa yang akan dipilih. Stroberi yang dihancurkan dengan cara diblender menggambarkan seperti saat mereka memutuskan untuk mengeluarkan bayi yang ada di dalam kandungan Dara secara paksa. Namun, akhirnya Bima dan Dara memutuskan untuk tidak mengaborsi anak tersebut. Sebab anak tersebut tidak bersalah, mereka memilih untuk bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya.
Film ini tidak hanya mencoba menggambarkan konsekuensi dari tindakan ceroboh yang dialami para remaja, tapi juga mengajarkan para orangtua dalam mendampingi anak-anak mereka.
Misalnya, pada adegan Bima yang berbicara kepada ibunya.
“Ibu kalau aku masuk neraka, ibu jangan ikut yah”. Lalu, ibunya berkata “ibu selalu doain kamu untuk masuk surga, seharusnya kita lebih sering ngobrol kayak gini yah”. Obrolan mereka menunjukkan adanya penyesalan terhadap orang tua dalam memdampingi anak-anaknya.
Selain itu, adegan Dara saat Dara meninggikan nada suaranya ketika berbicara pada ibunya dan membuat ayahnya berkata “Dara, kamu tidak boleh meninggikan nada suaramu ke mama”.
Lalu, Dara membalas dengan jawaban “papa juga”. Lanjut balasan papanya “kamu bukan mama, kamu juga bukan papa, kamu harus lebih baik dari itu”. Dialog tersebut menujukka, terkadang orang tua ingin anaknya menjadi yang terbaik namun mereka sendiri tidak mencontohkan yang baik.
Ada beberapa adegan yang membuat film dua garis biru itu tidak begitu maksimal yaitu ketika kakak Bima yang marah-marah kepada adiknya karena telah melakukan perbuatan yang sangat bodoh. Dengan ekspresi kesal yang seharusnya bikin penonton sedih, tetapi malah ditambahkan beberapa adegan komedi. Sehingga adegan ini malah merusak momen serius yang seharusnya dapat disadari oleh penonton.
Film dua garis biru ini juga memperlihatkan bahwa kehidupan setelah menikah itu tidak selamanya berjalan mulus. Seperti halnya perselisihan antara Dara dan Bima setelah menikah. Ditunjukkan dengan adanya adegan Bima yang selalu bermain game dan bolos sekolah membuat Dara marah akan hal tersebut. Sehingga Dara berpikir untuk berpisah dengan Bima setelah melahirkan dan akan memberikan anaknya nanti kepada orang lain, yaitu Tante Lia.
Tante Lia adalah tante Dara yang sudah lama menikah tapi belum dikaruniai anak. Pemikiran Dara tersebut tidak disetujui oleh Bima dan keluarganya. Namun, Dara tetap memutuskan melanjutkan studi ke Korea dan memberikan anaknya nanti ke tante lia.
Hari demi hari dilewati, perut Dara pun semakin membesar. Hasil USG menunjukkan bahwa Dara mengandung bayi laki-laki yang diberi nama Adam oleh Ibu Bima. Bima tidak menyangka bahwa anak yang dikandung Dara adalah anak laki-laki.
Tadinya Bima berpikiran bahwa anaknya adalah perempuan karena testpack dua garis merah muda menunjukkan bahwa anak yang dikandung adalah anak perempuan. Sedangkan untuk anak laki-laki ditunjukkan dengan hasil testpack dua garis biru.
Kehidupan setelah menikah bukan hanya sampai sembilan bulan sepuluh hari berlalu, tetapi kehidupan selama menikah itu untuk seumur hidup. Tiba akhirnya Dara pun melahirkan. Dara mengalami pendarahan saat melahirkan. Oleh sebab itu, ia harus kehilangan rahimnya agar dapat bertahan hidup.
Setelah proses lahiran, Dara memberikan bayinya ke Bima dan keluarganya untuk. Dara tetap ingin mengejar impiannya yang ingin sekolah ke Korea dan memilih berpisah dengan anak dan keluarganya.
Edukasi Seks dapat dipelajari melalui film ini. Tak hanya itu, film tersebut juga hadir untuk menggebrak kesadaran sekaligus pengingat bagi pasangan kekasih untuk tidak melanggar batasan-batasan yang ada. Selain itu, yang terpenting dari film ini ialah bagaimana orang tua semestinya berkomunikasi dan membimbing anak-anaknya. Selamat menonton!
Data Film
Judul : Dua Garis Bisru
Pemain : Angga Aldi Yunanda, Adhisty Zara sebagai Dara, Cut Mini, Arswendy Bening Swara, Lulu Tobing dan Dwi Sasono
Sutradara : Gina S. Noer
Produksi: Starvision Plus
M05