Bank Dunia bekerja sama dengan Fakutas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas melaksanakan Kuliah Umum, Kamis (27/9). Kegiatan yang berlangsung di Aula FIS B itu mengangkat tema “Makro Ekonomi Indonesia dan Desentralisasi”. Acara itu dihadiri sekitar 300 peserta dari berbagai kampus di Makassar.
Kuliah umum ini merupakan rangkaian pelaksanaan annual meeting bank dunia yang akan diselenggarakan di Bali, Oktober mendatang.
Anas Iswanto Anwar, salah satu dosen FEB Unhas berperan sebagai moderator. Sedangkan narasumber yang hadir ialah Senior Communications Officer Bank Dunia, Lestari Boediono, Ekonom Bank Dunia, Indira Maulani Hapsari, Ekonom Bank Dunia, Ahmad Zaki Fahmi dan Program Leader, Equitable Growth, Finance and Institutions Bank Dunia, Yongmei Zou.
Lestari Budiono menjelaskan, bank dunia ibarat koperasi dari 189 negara. Saat ini bank dunia banyak terlibat dalam program yang terkait dengan konflik, gangguan iklim, kelaparan dan tekologi informasi. Hal itu bertujuan mengakhiri kemiskinan ekstrem dan berbagi kemakmuran untuk lebih banyak orang.
“Fokus investasi bank dunia adalah manusia. Data terakhir yang dirilis menunjukkan anak dengan stunting mencapai 156 juta anak. Untuk Indonesia, persentase stunting berada pada angka 35.6%,”paparnya.
Selanjutnya, Indira menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal ke-2 tahun 2018 sebesar 5,3% dan berada pada tren yang positif dibandingkan capaian tahun lalu.
“Kondisi ekonomi Indonesia saat ini adalah dampak ketidakpastian perekonomian global yang terjadi akibat naiknya tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, perang dagang antara Cina dan AS serta kekhawatiran akan efek krisis keuangan yang menyebar,”jelasnya.
Kemudian, Ahmad berbagi informasi tentang kondisi ekonomi di Indonesia pasca desentralisasi. Ia mengatakan, ada beberapa daerah yang berhasil memanfaatkan desentralisasi kebijakan yang dilaksanakan sejak tahun 2000.
“Bantaeng adalah salah satu kabupaten yang sukses menggenjot pembangunan masyarakat di era otonomi daerah yang berhasil meningkatkan akses terhadap sanitasi dari 35% pada tahun 2001menjadi 64% dari tahun 2015,”ungkapnya.
Yongmei memaparkan tentang peran warga negara dalam keterlibatan pembangunan dan pemerantasan korupsi. “Indonesia sangat bagus karena pelaksanaan demokrasi lebih terbuka, berbeda dengan China, Negara saya yang tertutup”pungkas program leader Bank Dunia yang membawahi Indonesia dan Timur Leste itu.
M04