Menyambut Dies Natalis Fakultas Kedokteran Gigi Unhas ke-38, FKG Unhas menggelar webinar pengabdian kepada masyarakat bertemakan “Sumbangsih Instusi untuk bangsa”. Kegiatan ini dilaksanakan melalui Zoom Meeting dan live YouTube, Sabtu (27/2).
Salah satu Staf Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak FKG Unhas, drg Wiwiek Elnangti Wijaya Sp KGA membahas karies pada anak selama pandemi Covid-19. Dalam kesempatannya, ia menjelaskan kasus gigi berlubang atau Early Childhood Caries (ECC). Permasalahan itu terbagi menjadi tiga tipe, antara lain mild-white spot, moderate, dan severe.
“Ciri mild-white spot ialah adanya titik yang lebih putih pada gigi. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pelepasan mineral penting. Hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan per lima tahun menunjukkan prevalensi tingginya ECC terjadi diantara usia 3 hingga 5 tahun, kemudian mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya,” ujar Wiwiek.
Adapun salah satu penyebab terjadinya gigi berlubang adalah kondisi gigi yang tidak rapi. Kondisi gigi seperti itu memudahkan sisa makanan menyelinap di antara gigi sehingga menimbulkan pertumbuhan bakteri.
“Saliva memiliki sistem buffer, yakni kondisi dua jam setelah makan. Buffer berfungsi mengembalikan kondisi asam di rongga mulut untuk kembali ke kondisi normal. Namun, untuk anak yang sering mengonsumsi cemilan karbohidrat atau gula tinggi, kondisi ini tidak akan dicapai sehingga rongga mulut akan terus berada dalam kondisi asam sehingga menimbulkan white spot atau terlepasnya mineral gigi,” jelas Wiwiek.
Lebih lanjut, terdapat perubahan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang menjadi tantangan tersendiri bagi para dokter gigi. Sebelum adanya pandemi Covid-19, pasien langsung ke klinik untuk dirawat. Namun, ketika pandemi saat ini, pasien diwajibkan untuk konsultasi melalui WhatsApp dan mengisi form terlebih dahulu.
“Dokter akan melihat apakah sejauh mana keluhan pasien. Kemudian, ia akan menyimpulkan kebutuhan tindakan atau tidak. Dalam melakukan tindakan, dokter gigi diwajibkan menggunakan alat pelindung diri untuk pencegahan virus,” ujar Wiwiek.
Sebagai penutup, ia mengatakan, pencegahan karies atau gigi berlubang sedini mungkin lebih utama dibandingkan tindakan perawatan gigi yang rusak, terutama dalam kondisi pandemi.
“Untuk orang tua yang telah diberikan edukasi, diharap kerjasamanya. Karena bagaimana pun sebagai dokter gigi praktik di rumah sakit atau klinik hanya sebatas merawat. Maintenance selanjutnya adalah peran orang tua untuk membantu mengawasi dan mengedukasi anak-anak di rumah,” harapnya.
M212
Discussion about this post