Forum Majelis Wali Amanat (MWA) Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) Se-Indonesia menggelar Webinar melalui aplikasi Zoom, Sabtu (27/6). Kegiatan ini mengusung tema “Outlook Peran Perguruan Tinggi Menghadapi New Normal Pasca Pandemik Covid-19”.
Hadir sebagai narasumber, Prof Dr Drs Pratikno M Soc Sc (Menteri Sekretaris Negara RI, Ketua MWA UGM), dan Prof Dr Ir K.H. Mohammad Nuh DEA (Menteri Pendidikan Nasional RI 2009-2014, Ketua MWA ITS).
Dalam pelaksanaannya, webinar ini dipandu langsung oleh Dr Indrianty Sudirman SE MSi (Sekretaris Forum MWA PTN-BH, Sekretaris Eksekutif MWA Unhas). Tak hanya itu, sebelas PTNBH yang tergabung dalam Forum MWA PTNBH se-Indonesia hadir dalam webinar ini.
Mengawali acara, Ketua Forum MWA PTNB-BH, Komjen Pol (Purn) Drs Syafruddin MSi memberikan sambutannya. Beliau berharap pertemuan ini juga membahas tentang rekomendasi yang yang pernah disampaikan oleh forum Kemendikbud RI, agar pendidikan di Indonesia utamanya Perguruan Tinggi semakin maju.
Setelah itu, acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Prof Pratikno tentang “Perguruan Tinggi Mengarungi Disrupsi dan Hiperkompetisi”.
Menurut Prof Pratikno, krisis sejak dulu mampu mendorong manusia untuk membuat inovasi-inovasi baru, dan membuka momentum sesuatu yang tidak bisa menjadi bisa. Hal ini juga terjadi di sektor pendidikan, misalnya e-learning yang lama tidak maju, tetapi ketika krisis menjadi sangat cepat bergerak.
“Kalau kita mau maju ke depan, berarti kita harus mampu menghadapi masa depan yang tidak dapat diprediksi, dan cepat melakukan adaptasi” terang Prof Pratikno.
Menurut Prof Pratikno, dalam menghadapi disrupsi dan hiperkompetisi ini, perguruan tinggi membutuhkan strategi yang tepat. Strategi yang paling utama adalah Fire Walking dengan langkah high speed (kecepatan tinggi/kelincahan), dan flexibility (fleksibiltas). Human capital dari Perguruan Tinggi juga harusnya in-out, karena hal ini penting untuk membentuk kultur, pengetahuan, dan karakter yg bisa dikembangan dengan cepat dan terbaru.
“Terdapat tiga aspek untuk menghadapi tantangan pendidikan saat ini, yaitu: People, yaitu pola pikir yang mengadopsi kebutuhan milenial; Business, yang mengikuti logika kanvas bisnis; dan Technology, yang mengadopsi digital, cloud, big data, dan sensor,” kata Prof Pratikno.
Pemaparan materi kemudian dilanjutkan oleh Prof Mohammad Nuh tentang “Belajar Memaknai Covid-19 dan Semoga Covid-19 Segera Berlalu”.
Wabah Covid-19, kata Prof Nuh, merupakan kesempatan bagus melakukan kontemplasi pemikiran kritis, strategis, omni aspects dan utuh serta penuh kearifan untuk kepentingan bangsa dan negara. Saat new normal muncul pasti akan ada new need lalu kemudian ada new solusi, sehingga nantinya akan diciptakan solusi-solusi baru.
“Kita perlu melakukan transformasi dari ‘aku’ menjadi ‘kita’, di mana Perguruan Tinggi juga harus seperti itu,” ujar Prof Nuh.
Prof. Nuh mengatakan bahwa new normal pada gilirannya akan menjadi normal. Esensi pendidikan adalah belajar untuk mengetahui, belajar untuk melakukan, belajar untuk menjadi, belajar untuk hidup bersama, dan belajar untuk belajar.
“Maka nantinya di sinilah tercipta ‘ke-kita-an’, dimana Perguruan Tinggi tidak hanya memikirkan institusinya sendiri, atau hanya memikirkan aspek pendidikan, tetapi juga memberikan solusi untuk institusi, sektor, serta aspek kehidupan lainnya,” papar Prof Nuh.
Menurutnya, ada beberapa tahap yang dapat dilakukan Perguruan Tinggi dalam aspek pendidikan. Seperti, bagaimana merespon untuk tetap menjaga proses belajar mengajar, bagaimana untuk memulihkan, dan bagaimana untuk maju dan berkembang.
“Yang paling penting saat ini adalah pada saat belajar dari rumah harus tetap terkoneksi dengan sumber pembelajaran, sehingga tidak terjadi looses in learning yang dapat mengakibatkan tingkat putus sekolah, kemiskinan belajar, pengerdilan dalam belajar, dan ketidaksamarataan,” tutup Prof Nuh.
Wandi Janwar
Discussion about this post