Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar Kuliah Umum bertema “Makassar as a Central City? Mengungkap Posisi Kota Makassar Sebagai Pusat Situs dari Abad ke Abad.” Kegiatan berlangsung di Aula Mattulada FIB Unhas, Kamis (20/7).
Turut hadir Ketua Panitia Pelaksana, Konsul Jenderal Australia di Makassar Indonesia, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FIB, Sekretaris Unhas, Ketua Departemen Sastra Inggris FIB, dan Guru Besar Australian National University (ANU), Prof Emeritus Campbell Macknight sebagai pembicara.
Mengawali kegiatan, Prof Macknight mengatakan pelaut Makassar dan Aborigin (Orang asli Australia Utara) sempat bekerja sama di industri teripang pada tahun 1500-an.
“Jika kamu mencari di tempat yang benar, kamu akan menemukan sisa-sisa arkeologi industri teripang pada masa itu,” katanya sambil memperlihatkan foto temuan tersebut.
Prof Macknight menambahkan, ketika para pelaut saat itu menemukan teripang yang berlimpah dengan mutu berkualitas, maka mereka akan menjualnya di China dengan harga tinggi. Saat itulah industri teripang menjadi puncak kejayaan pelaut Makassar sekaligus menjadikan nama Makassar terkenal di berbagai negara.
“Alasan mereka melakukan industri teripang adalah karena uang, jumlahnya sangat banyak,” ujar Guru Besar ANU itu.
Namun sayangnya, ia mengungkapkan sejak abad ke-19 pelaut Makassar telah berhenti mencari teripang di Australia Utara. Ini karena Undang-Undang dan Peraturan Perdagangan Internasional baru yang memberatkan mereka untuk melakukan pelayaran.
“Industri teripang sangat menguntungkan karena dinilai sangat berharga, terlebih di China. Orang Makassar bisa mencoba memulai kembali industri ini, demi memanfaatkan setiap peluang yang ada,” pungkas Prof Macknight.
Najwa Hanana
Discussion about this post