Beberapa minggu terakhir, dunia maya dihebohkan dengan seorang sosok pria pembuat pesawat asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Pria itu bernama Haerul.
Universitas Hasanuddin sebagai salah perguruan tinggi negeri sudah seharusya menjadi garda terdepan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Melihat potensi yang dimiliki Haerul, Rektor Unhas mengundang pria tersebut ke ruang kerjanya, Jumat (24/1). Pertemuan yang berlangsung di Ruang Kerja Rektor, Lantai 8 Gedung Rektorat ini bertujuan untuk memperoleh masukan dari pihak Unhas terkait inovasi Haerul yang menjadi inspirasi Indonesia.
Haerul datang bersama Lurah Pallameang, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang (H. Asdar SE), dan pendamping Dr. Bastian Jabis Pattara serta A. Salam dari Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Sulawesi Selatan. Turut hadir Dekan Fakultas Teknik Unhas (Prof Dr Ir M. Arsyad Thaha MT) dan beberapa dosen Fakultas Teknik Unhas.
Kedatangan Haerul disambut langsung oleh Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, bersama Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Dr drg A. Arsunan MKes, Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kemitraan, Prof dr Muh. Nasrum Masi PhD, dan Sekretaris Universitas, Prof Dr Ir H. Nasaruddin Salam MT.
Salah seorang dosen Fakultas Teknik Unhas, Dr. Syahid Arsyad yang baru saja mendampingi Haerul menemui beberapa pejabat di Jakarta, mengatakan bahwa kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari saran dan masukan selama kunjungan mereka di Jakarta.
“Beberapa petinggi, termasuk Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Pak Moeldoko, menyampaikan agar inovasi yang dilakukan oleh Haerul ini segera dikoordinasikan dengan perguruan tinggi. Langkah Haerul seharusnya diperkuat dengan basis ilmiah. Di situlah perguruan tinggi diharap berperan,” kata Syahid dalam rilis yang diterima.
Haerul kemudian menceritakan proses yang ia lakukan selama membuat pesawat terbang tersebut. Ia menceritakan secara detail hal-hal menarik yang ia alami, mulai dari uji coba pertama yang gagal, hingga akhirnya berhasil terbang setelah enam kali uji coba.
Uji coba kedua dilakukan di runway Malimpung yang merupakan landasan pesawat peninggalan Jepang. Pesawat naik sekitar 10 sentimeter tapi hilang kendali dan sayapnya patah. Haerul kemudian mencari apa penyebabnya, dan segera melakukan penyempurnaan.
“Pada uji coba ketiga, saya lakukan di pantai. Pesawat naik sampai 2 meter. Saya betul-betul tegang tapi sangat bahagia. Pesawat sudah berhasil terbang, tapi saya belum tahu caranya belok. Pesawat yang terbang lurus akhirnya menabrak dinding pembatas pantai,” kata Haerul yang disambut tawa.
Lurah Pallameang, Asdar, menjelaskan bahwa sebagai aparat pemerintah dirinya menghadapi dilema. Haerul minta ijin untuk setiap uji coba itu. Menurut aturan yang berlaku tidak mungkin aparat pemerintah memberi ijin. Uji coba seperti ini memiliki resiko besar, baik untuk keselamatan Haerul maupun untuk orang di sekitarnya.
“Disisi lain, kami juga tidak ingin membatasi imajinasi dan semangat Haerul yang begitu mengagumkan. Akhirnya, aparat pemerintah dan pihak terkait sepakat mengambil langkah kompromi. Kita ijinkan secara lisan. Kita tidak memberi ijin tertulis, untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Asdar.
Hal yang sama disampaikan oleh perwakilan FASI Sulawesi Selatan, A. Salam. Sebagai penggiat diargantara yang diakui pemerintah, ada standar ketat dalam ijin penerbangan. Ada dua hal yang harus dipenuhi, yaitu kelayakan pesawat, dan kelayakan penerbang. Ada verifikasi dan sertifikasi yang ketat untuk kedua hal itu. Sementara Haerul tidak memiliki keduanya.
Runway Malimpung yang digunakan untuk uji coba kedua merupakan lahan milik Angkatan Udara, yang berada dibawah tanggung jawab Pangkalan Udara Hasanuddin. Dilema sama juga dihadapi oleh pihak FASI.
“Kalau kita biarkan, kita melanggar aturan. Kalau kita larang, berarti kita membatasi inovasi anak bangsa. Akhirnya kami mengambil langkah yang sama dengan Pak Lurah tadi. Kita tahu, tapi pura-pura tidak tahu. Kita berkoordinasi dengan teman-teman wartawan agar dalam pemberitaan tidak menyebut uji coba di Runway Malimpung, tapi di lapangan sepak bola,” kata Salam, yang mengaku mengaku sangat lega ketika akhirnya Haerul berhasil menerbangkan pesawatnya dan menjadi viral ke seluruh Indonesia.
Mendengar kisah Haerul dan tanggapan FASI maupun Lurah Pallameang, Sekretaris Universitas, Prof Dr Ir H. Nasaruddin Salam MT mengatakan kekagumannya. Sebagai ahli dalam bidang aerodinamika, Prof Nasaruddin mengetahui bagaimana kompleksnya kalkulasi untuk memastikan agar pesawat dapat terbang.
“Apa yang dilakukan Haerul merupakan metode trial and error. Jadi dia coba dulu, kalau salah dia cari apa masalahnya. Setelah diperbaiki, dia coba lagi. Ini bukan hanya inovatif, tapi juga butuh keberanian,” kata Prof Nasaruddin.
Sementara itu, Rektor Unhas, Prof Dwia menyatakan salut dan takjub dengan apa yang telah dilakukan oleh Haerul, yang berani mengambil risiko. Menurutnya, dari pengalamannya, tantangan terbesar yang dihadapi oleh orang-orang yang berpikir “out of the box” seperti Haerul adalah justru dari orang sekitar. Bisa jadi pada awalnya dia dicemooh, bahkan mungkin dianggap tidak waras. Hal ini dibenarkan Haerul.
Prof Dwia juga mengingatkan agar Haerul tidak terlena dengan popularitas yang saat ini diraihnya. Apa yang dilakukan telah memberi inspirasi bagi Indonesia, dan ini adalah momentum.
“Jadikan momentum ini untuk melanjutkan kerja dan karya. Jangan terlena, karena popularitas seperti ini sifatnya sementara. Ada masanya publik akan merasa bosan dengan pemberitaan yang itu-itu saja,” kata Prof Dwia.
Pihak-pihak yang hadir kemudian berdiskusi dengan Haerul mengenai apa yang akan dia lakukan ke depan. Menurut rencana, dalam waktu satu dua minggu mendatang, Haerul akan memenuhi berbagai undangan yang saat ini membanjir, baik dari instansi, pejabat, maupun media massa.
“Pak Bupati Pinrang memberi arahan, penuhi dulu semua undangan. Setelah itu kembali ke Pinrang dan kita duduk bersama semua pihak terkait. Pemda, Angkatan Udara, dan kampus, kita bahas bersama apa yang perlu kita lakukan untuk mendukung agar Haerul dapat terus bekerja dan berkarya,” kata Lurah Pallameang, Asdar.
Prof. Dwia mengatakan Unhas dengan kompetensi yang dimiliki akan memberi dukungan semaksimal mungkin. Apalagi Unhas memiliki Center of Technology yang memiliki laboratorium aerodinamika yang cukup canggih. Juga dosen-dosen yang ahli dalam bidang ini cukup memadai.
“Intinya, Haerul ini perlu kita dampingi. Dia nanti akan kembali ke bengkelnya, bekerja dan berkarya sebagaimana layaknya Haerul selama ini. Namun kita akan siapkan tenaga ahli yang akan membantunya sebagai pendamping, sehingga apa yang ia kerjakan memiliki basis ilmiah,” kata Prof Dwia.
Wandi Janwar