Pemilihan Rektor Baru Unhas sudah di depan mata. Pergantian Rektor yang akan menjabat pada periode 2022-2026 menjadi momen istimewa bagi sivitas akademika Unhas. Rektor baru berarti tujuan dan harapan yang baru pula. Seperti halnya Ketua Badan Eksekutif Keluarga Mahasiswa Fakultas Kehutanan, Sylva Indonesia (BE Kemahut SI) Muhammad Ikhsan yang merasa peran rektor sangat krusial dalam program kerja BEM. Karena dalam pelaksanaanya, harus penuh dengan dukungan rektor. Misalnya dalam pelaksanaan seminar nasional, bina desa dan lainnya yang harus mendapatkan dukungan atau tanda tangan dari rektor.
Mahasiswa angkatan 2018 tersebut, mengatakan rektor yang baik harus memiliki sifat terbuka, salah satunya dalam hal transparansi anggaran kegiatan mahasiswa. Kelak rektor baru tidak sewenang-wenang membuat peraturan tanpa sepengetahuan mahasiswa.
“Kita sering aksi besar-besaran sebab banyak aturan yang disahkan begitu saja tanpa persetujuan lembaga mahasiswa. Walaupun ada perwakilan mahasiswa dalam Majelis Wali Amanat (MWA), tapi saya kira itu tidak efektif,” ujar Ikhsan.
Berbeda dengan Ketua Himpunan Mahasiswa Antropologi, Agus Pratama Saputra yang mengungkapkan ditingkat himpunan, kebijakan rektor tidak terlalu berpengaruh. Menurutnya, ditingkat Himpunan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik kebijakan dekanat dan jajarannya yang paling mempengaruhi kinerja himpunan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan rektor dapat memegang teguh prinsip tri darma perguruan tinggi, yang mencakup pemberdayaan mahasiswa, dukungan dalam penelitian, dan sebagainya. ”Saya merasa rektor yang baik adalah yang dekat dengan mahasiswa, dimana rektor dan mahasiswa dapat berjalan bersama mencapai tujuan,” pungkasnya.
Ketua Forum Bersama (Forbes) Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Andi Fadel Muhammad Haris menyampaikan, peran rektor sangat penting untuk menjalan kegiatan UKM. Namun, ia menyayangkan banyak kegiatan UKM contohnya kegiatan sosial yang dilarang untuk luring, di samping rektor sendiri masih menjalankan kegiatan luring, seperti Dies Natalis.
Fadel menambahkan, dalam kepengurusan rektor selanjutnya, perizinan dan transparansi dana UKM dapat diperbaiki. “Walaupun sudah diadakan bimbingan teknis, tapi kita tidak mengerti berapa sebenarnya anggaran yang diberikan untuk UKM setiap tahunnya,” imbuhnya.
Selain itu, mahasiswa Fakultas Kehutanan tersebut berharap rektor dapat lebih mengapresiasi kinerja dari anggota UKM. Karena sampai saat ini, mahasiswa yang diberikan apresiasi hanya juara satu, sedangkan mereka yang mendapatkan prestasi juara dua dan tiga atas nama Unhas tapi tidak diberikan bantuan apresiasi.
Ditambah lagi, menurut Fadel, tiap proposal kegiatan UKM, hanya diberikan paling banyak 750 ribu, sedangkan yang diadakan biasanya kegiatan besar. Berharap hal ini dapat menjadi perhatian rektor baru nantinya.
“Rektor yang baik dapat memberikan mahasiswa ruang publik ketika memiliki aspirasi, tidak ada yang ditutup-tutupi, lebih sering berinteraksi dengan mahasiswa, dan tidak rangkap jabatan seperti yang sekarang,” kata Fadel.
Tidak hanya mahasiswa, komponen sivitas akademika lain juga menaruh harapan pada rektor baru kelak. Seperti Kepala Tata Usaha Fakultas Farmasi Unhas, Muhammad Yusni Ismail ST MM mengatakan kebijakan rektor sangat penting untuk tenaga kependidikan (tendik) untuk mencapai kinerja yang baik. Menurutnya, kebijakan rektor banyak mempengaruhi dari sisi kinerja, sisi kesejahteraan, sisi aturan kedisiplinan, dan sebagainya.
Yusni Ismail berharap rektor selanjutnya dapat mempertimbangkan kesejahteraan tendik, karena tendik sudah memberikan kinerja terbaik. Unhas saat ini telah berstatus PTN-BH sehingga diharapkan adanya penyesuaian insentif kinerja.
Lebih lanjut, Yusni Ismail mengungkapkan rektor yang baik adalah yang memiliki visi misi jelas serta memperhatikan seluruh komponen sivitas akademika dari atas sampai bawah. “Walaupun yang sekarang sudah baik, kita berharap rektor selanjutnya bisa lebih baik lagi,” imbuhnya.
Di samping itu, Dosen Program Studi Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Supratman SS MA PhD, mengatakan, ketika berbicara tentang kepemimpinan yang cerdas dan ideal di universitas dimulai pada figur rektor yang cerdas, berani dan visioner. Dalam kepemimpinan yang cerdas, universitas akan beralih dari organisasi yang berorientasi pada tugas ke organisasi yang berorientasi pada proses, yang bagaimanapun juga didasarkan pada paradigma pascaindustri.
Ia melanjutkan, model kepemimpinan interaktif yang cerdas itu saat rektor memahami tugasnya, kebijakannya dan bentuk pemikirannya sehingga akan menjadi sesuatu fleksibel serta strategis. Oleh karena itu, rektor harus memperkuat seni negosiasi dan berinteraksi sebagai salah satu keterampilan berpikir strategis dalam aktivitasnya. Rektor juga harus memimpin dengan pemikiran kritis dan, yang paling penting adalah niat dan tim yang kuat dan solid.
Supratman berharap, rektor bisa menjadikan Unhas sebagai rumah harapan masyarakat yang melahirkan generasi penopang dan penerus cita-cita bangsa yaitu terciptanya masyakat adil dan Makmur yang berketuhanan yang Maha Esa. “Universitas tidak sekadar bicara soal pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan tetapi juga harus mampu meletakkan dasar-dasar kebangsaan dan kenegaraan,” ujarnya.
Di akhir wawancara, Supratman menegaskan, universitas harus kembali independen dan otonom pada pendidikan dan pengembahan ilmu pengetahuan yang berbasis pada nilai-nilai luhur kebangsaan dan negara republik Indonesia.
“Saya kira penemuan dan pusat penelitian yang ada di wilayah ini sangat potensial untuk menjadikan universitas ini sebagai kampus yang berkelas internasional. Unhas harus menjadi universitas dunia dengan berbasis pada sumber daya dan sumber daya manusia yang ada di tanah peradaban manusia Bugis -Makassar ini,” tutupnya.
Anisa Luthfia Basri
Discussion about this post