“Hubungan belum jelas, pamer screenshoot sudah melampaui batas.”
Biasanya kutipan di atas akan muncul pada beranda pencarian media sosial seseorang yang sedang berada dalam bentuk hubungan tertentu, misalnya Hubungan Tanpa Status (HTS). Tak mengherankan, begitulah algoritma media sosial bekerja. Mampu menampilkan konten yang relevan dengan minat pengguna. Semakin banyak Anda memberi reaksi terhadap konten yang relevan maka perasaan Anda akan semakin tak karuan, alias galau.
Fenomena HTS bukan suatu hal yang baru di kalangan remaja. HTS adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua individu yang memiliki kedekatan emosional, namun tidak mengikat dalam hubungan pacaran formal atau berkomitmen. Sepanjang penelusuran penulis, belum ada kajian spesifik yang mengangkat tentang fenomena tersebut.
Sekilas, menurut Fauziah dan Kelly (2023) dalam jurnalnya yang berjudul, “Pengaruh Harga Diri Terhadap Toxic Relationship Mahasiswa STAIMA AL-HIKAM Malang,” dijelaskan, HTS termasuk dalam kategori hubungan yang tidak sehat. Dalam artian, HTS memungkinkan seseorang berada di situasi sulit seperti mengalami konflik batin antara tetap bertahan atau melepaskan. Lantas, bagaimana sebenarnya awal hubungan tanpa status ini terbentuk?
Tahapannya hampir sama dengan proses pendekatan hingga berpacaran. Sayangnya, HTS ini meskipun nama sapaan telah berubah menjadi ‘sayang’, akan tetapi status masih ‘begitu-begitu’ saja. Penyebabnya beragam, ada yang mengaku masih terjebak masa lalu sehingga belum mampu menjalin hubungan dengan komitmen, bahkan ada pula yang merasa nyaman jika hubungannya ‘begitu-begitu’ saja. Ketahuilah, meski hubungan tersebut terasa manis, tapi bersamaan dengan perasaan tersebut terdapat batasan-batasan yang dapat terbentuk.
“Aku cemburu lihat kamu akrab sama cewek lain, bang.”
Konteks dari kutipan tersebut menggambarkan, rasa cemburu timbul dalam hubungan HTS khususnya dari kaum perempuan. Meskipun tidak disampaikan secara langsung, tetapi perasaan ‘ketar-ketir ini timbul saat melihat kedekatan si dia dengan perempuan lain. Bak tenggelam dalam kenyataan, perasaan cemburu tersebut hanya dapat dipendam sebab hubungan pun tidak jelas akan ke mana.
Dalam beberapa kasus, tak jarang orang yang terjebak dalam HTS akan berakhir pada situasi sad ending. Kekhawatiran, kecemburuan, dan rasa tidak aman yang berkelanjutan dapat merusak hubungan, bahkan jika hubungan tersebut tidak memiliki ikatan formal. Karena ketidakpastian mengenai status hubungan dan ketidakjelasan mengenai ekspektasi masing-masing individu dalam HTS.
Lagi-lagi, algoritma beranda media sosial tahu apa yang sedang menjadi kegalauan Anda. Umumnya, akan banyak quotes terkait HTS yang muncul, tak lama kemudian pemikiran Anda akan dipenuhi kegelisahan dalam melanjutkan hubungan yang tak jelas itu.
Akhir dari hubungan tanpa status bisa berujung pada berbagai skenario tergantung pada dinamika yang terjadi antara individu yang terlibat. Skenario itu di antaranya dapat berupa membangun komunikasi jujur, menerima kenyataan dan melanjutkan hubungan, atau memilih untuk melepaskan dan move on. Unpopular opinion, HTS lebih rumit daripada berpacaran.
“Ngapain gagal move on, kan waktu itu cuma HTS.”
Kutipan ini menunjukkan bahwa seseorang mungkin merasa sulit untuk melepaskan hubungan yang hanya sebatas HTS. Meskipun hubungan ini tidak memiliki komitmen formal, tetapi kedekatan emosional yang terjalin dapat membuat seseorang sulit untuk melupakan. Hal ini menggambarkan bahwa meskipun status hubungan tidak resmi, perasaan yang muncul bisa sangat kuat. Dalam situasi galau tersebut, hal yang paling sering dilakukan seseorang untuk mencoba menata ulang perasaannya adalah mendengarkan lagu yang relevan dengan situasi yang ia hadapi.
“Akan ku jalani hari-hari sambil dengerin Spotify.”
Mendengarkan musik di Spotify dapat dijadikan pertimbangan solusi untuk mengalihkan perhatian dari perasaan sedih akibat akhir dari hubungan yang tidak memiliki status formal. Hal ini adalah bagian dari upaya untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan tetap merawat perasaan dan emosi setelah hubungan HTS berakhir. Di lain sisi, Anda menjadi sadar jika tidak sendiri menjalani situasi HTS karena banyaknya playlist di Spotify yang memang dibuat khusus untuk mengatasi kesedihan dan kekecewaan para pejuang HTS.
Penulis sendiri mengalami pengalaman-pengalaman serupa yang selaras dengan kutipan tersebut. Frasa ‘Bucin Elit tapi Jadian Sulit’ sangat relevan dengan pengalaman penulis. Frasa tersebut seringkali digunakan untuk menggambarkan ironi atau hiperbola dalam dinamika percintaan dan menjadi bahan lelucon dalam percakapan antara penulis dan teman ceritanya.
Meskipun telah move on dari hubungan sebelumnya, tak jarang seseorang masih dapat mengulang kesalahan yang sama, begitu pula dengan penulis, masih terjebak dalam hubungan tanpa status. Sebutan untuk orang tersebut yakni pejuang ‘HTS Jaya-Jaya’, pesan untuk pembaca yakni tindakan tersebut tidak untuk ditiru.
Ivana Febrianty
Mahasiswa Fakultas Pertanian Angkatan 2020
Redaktur Pk identitas Unhas 2023