Pandemi Covid-19 sejak awal 2020 mengubah banyak hal hingga kebiasaan di masyarakat. Salah satunya bahwa pandemi mengharuskan beberapa pekerjaan dikerjakan di rumah masing-masing atau yang lebih lumrah disebut Work From Home (WFH). Namun, dibalik segudang dampak buruk yang muncul, ada kabar baik yang terselip di tengah kebijakan WFH, yaitu polusi semakin menurun. Dikutip dari Jurnal Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, rata-rata konsentrasi PM2,5 (salah satu polutan udara paling berbahaya) pada Maret 2019 turun melebihi 50% pada Maret 2020 awal terjadinya pandemi.
Tetapi, kabar baik tersebut ternyata tidak bertahan lama, IQAir (salah satu perusahaan teknologi kualitas udara yang besar) baru-baru ini mengumumkan bahwa Indonesia memasuki peringkat ke-17 negara dengan kualitas udara yang buruk di dunia tahun 2021.Rata-rata konsentrasi PM2,5 (salah satu polutan udara paling berbahaya) mencapai 34,3 mikrogram per kubik. Berdasarkan pedoman nilai kualitas udara yang dirilis oleh WHO pada September 2021, rata-rata PM2,5 suatu wilayah hanya boleh mencapai 5 mikrogram per kubik per tahunnya.
Bahkan Ibukota Negara Indonesia, DKI Jakarta pernah menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Rata-rata konsentrasi PM2.5 di Jakarta pada tahun 2021 mencapai 39.2 mikrogram/m3.
Nilai-nilai tersebut sudah sangat melebihi batas yang telah ditetapkan WHO bahkan hampir mencapai delapan kali lipatnya. Maka dari itu dapat dinilai bahwa kualitas udara di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Lantas bagaimana tanggapan ahli lingkungan terkait hal tersebut? Apakah hal tersebut menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia? Berikut hasil wawancara khusus reporter PK Identitas Unhas, Muhammad Mukram Mustamin dengan salah satu dosen Program Studi Teknik Lingkungan sekaligus Anggota SDGs Center Unhas, Nurul Masyiah Rani Harusi ST MEng, Senin (27/6).
Bagaimana tanggapan Anda terkait data yang menyebutkan Indonesia darurat polusi?
Dalam menanggapi hal tersebut, harus ada kolaborasi dengan seluruh pihak, baik pihak pemerintah, industri, media, komunitas, dan lainnya untuk mengurangi polusi udara yang ada di Indonesia. Di Bandung sendiri, komunitas-komunitas memiliki kekuatan yang besar dalam menjaga lingkungan karena saling berkolaborasi dalam menjaganya.
Kemudian media dalam hal ini berperan dalam mengedukasi masyarakat. Masyarakat yang tentunya memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda dapat memahami hal-hal terkait masalah lingkungan.
Apa dampak dari buruknya kualitas udara?
Seperti yang kita ketahui, polusi udara seperti gas maupun partikel lainnya akan berdampak banyak pada kesehatan manusia. Polusi udara dapat menyebabkan kita mudah pusing. Selain itu, polusi udara juga berdampak pada kewarasan manusia. Sehingga orang-orang yang terlalu banyak menghirupnya memiliki kemungkinan autis. Jadi, polusi udara juga berdampak besar bagi mental manusia.
Dampak lain dapat kita lihat dari masyarakat yang hidup di dekat daerah industri. Mereka rentan terkena masalah kulit. Selain itu, polusi udara di daerah industri juga berdampak ke ibu-ibu hamil yang melahirkan. Anaknya lahir dalam keadaan yang tidak sehat secara fisik ataupun mental.
Menurut Laporan dari IQAir, rata-rata PM2,5 di Makassar mencapai 13.5 mikrogram per kubik. Apakah hal tersebut menjadi ancaman bagi kita yang tinggal di Makassar?
Dengan tingkat PM2,5 yang mencapai 13,5 mikrogram/m3, hal itu menjadi ancaman bagi kita dan juga bagi pihak industri. Ancamannya adalah dalam mendapatkan dana dari investor untuk perusahaannya.
Ternyata, para investor juga melihat tingkat polusi yang dihasilkan suatu perusahaan dalam melakukan produksi. Jika perusahaan menyumbang polusi yang banyak bagi lingkungan maka investor juga enggan melakukan investasi ke perusahaan tersebut. Hal itu dapat menyebabkan penilaian buruk oleh masyarakat terhadap investor tersebut karena melakukan investasi ke perusahaan yang tidak ramah lingkungan.
Apa upaya yang dapat dilakukan kedepannya dalam menghadapi polusi udara tersebut?
Bagi diri sendiri, upaya yang dapat dilakukan adalah mengubah kebiasaan-kebiasaan kita. Kita dapat menerapkan prinsip hidup minimalis karena dinilai juga dapat berpengaruh ke lingkungan.
Secara tidak sadar, kebiasaan-kebiasaan memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Kebiasaan kita seperti memiliki banyak pakaian juga termasuk sesuatu yang tidak minimalis dan berdampak buruk bagi lingkungan. Hal itu dikarenakan dari berbagai sumber mengatakan dalam pembuatan satu baju saja membutuhkan udara yang dapat menghidupi dua orang. Selain itu, penggunaan kendaraan bermotor juga harus diminimalisir karena kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang polusi terbesar di lingkungan. Kemudian meminimalkan penggunaan alat elektronik karena listrik dihasilkan dari bahan yang tidak ramah lingkungan seperti pembakaran batu bara.
Jadi, prinsip hidup minimalis yang dimaksud tidak hanya dalam kepemilikan barang, juga dalam kebiasaan-kebiasaan kita. Oleh karena itu, diperlukan gaya hidup yang minimalis. Selain karena membantu membuat pikiran kita terkelola dengan baik, juga karena dapat membantu dalam mengurangi polusi bagi lingkungan.
Bagaimana peran pemerintah dalam menghadapi masalah polusi udara Indonesia?
Walaupun telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, permasalahan utamanya adalah APBN yang sangat minim untuk lingkungan. Hal ini kemudian yang membuat pemerintah kesulitan untuk menganggarkan dana untuk kepentingan lingkungan. Padahal banyak hal yang perlu dibenahi seperti masalah sampah, emisi, Ruang Terbuka Hijau (RTH), dll. Jadi, langkah yang paling konkrit dilakukan sebenarnya adalah peningkatan APBN untuk kepentingan lingkungan di Indonesia.
Hal utama lain yang menjadi permasalahan adalah kurangnya pemimpin yang betul-betul paham akan lingkungan. Salah satu hal yang dibutuhkan dalam mengatasi polusi udara di Indonesia adalah edukasi bagi masyarakat. Apabila pemimpin-pemimpin yang naik tidak betul-betul paham akan lingkungan, maka edukasi ke masyarakat juga akan susah dilakukan. Maka dari itu, diperlukan pemimpin-pemimpin yang betul-betul paham akan lingkungan.
Apa harapan Anda kedepannya terkait polusi udara ini?
Terkait polusi udara, kedepannya diharapkan agar seluruh pihak yang ada di Indonesia baik pemerintah, bagian industri, ilmuwan, mahasiswa, ibu rumah tangga, dan lainnya dapat mengambil perannya masing-masing dalam lingkungan. Kemudian melakukan kolaborasi dari peran-peran tersebut tentunya agar kesehatan lingkungan dapat tercapai. Kemudian, bagi masyarakat juga diharapkan agar dapat meminimalisir kebiasaan-kebiasaan yang berdampak buruk bagi lingkungan.
Data Diri Narasumber
Nama Lengkap: Nurul Masyiah Rani Harusi ST MEng
Tempat, Tanggal Lahir: Makassar, 15 Januari 1995
Pendidikan:
S1: Teknik Lingkungan, Universitas Hasanuddin.
S2: Teknik Lingkungan, Kyushu University, Jepang.
Discussion about this post