Keberadaan hama menjadi tantangan besar bagi petani saat ini. Tidak sedikit petani mengalami gagal panen akibat serangan hama. Dalam pengendaliannya, petani masih bergantung pada pupuk kimia yang berbahaya bagi lingkungan.
Menyadari permasalahan tersebut, tiga mahasiswa pertanian Muslih Nur Husain dan Muhammad Risywar Rasyid dari program studi Keteknikan Pertanian, serta Shelfina Indrayanti dari prodi Agroteknologi, merakit alat pengendali hama berupa Boneka Tani berbasis Internet of Things (IoT) atau yang dinamakan BonIoT .
Muslih mengungkapkan penggunaan bahan kimia yang berlebihan hanya akan menyebabkan hama menjadi resistan sehingga untuk mengendalikan hama diperlukan penggunaan dosis yang semakin tinggi. Hal ini tentunya akan menimbulkan masalah baru baik rusaknya lingkungan dan juga akan meningkatkan pengeluaran petani akibat penggunaan dosis semakin tinggi. Oleh karena itu, alat ini dibuat sebagai pengendali hama ramah lingkungan.
BonIoT diciptakan menggunakan metode baru dalam pengendalian hama tanaman dengan menggabungkan beberapa teknologi yang sudah ada sebelumnya yaitu teknologi Light Trap dan Ultrasonic Repellent. Prinsip kerja Light Trap yaitu penggunaan cahaya untuk menarik perhatian serangga masuk ke perangkap pada malam hari. Sedangkan, Ultrasonic Repellent merupakan alat pengusir hama menggunakan frekuensi bunyi tertentu.
“Kami menambahkan sensor cahaya matahari yang berfungsi memutus arus pada Light Trap ketika siang hari dan menyalakan Light Trap pada malam hari secara otomatis,” jelas Muslih, Selasa (7/8).
Mahasiswa angkatan 2018 tersebut melanjutkan, Ultrasonic Repellent dirancang untuk mengeluarkan audio dengan dua jenis frekuensi sekaligus. Ultrasonic Repellent juga dilengkapi dengan sensor LDR sebagai pengontrol kerja speaker.
”Sensor yang ditanamkan pada Ultrasonic Repellent berfungsi seperti pada Light Trap. Bedanya sensor Ultrasonic Repellent akan mengaktifkan frekuensi 18-20 khz untuk mengusir burung pipit pada siang hari dan secara otomatis frekuensinya akan berubah menjadi 30-40 khz pada malam hari untuk mengusir tikus,” ujarnya.
Perakitan alat yang dibimbing oleh Dosen Program Studi Keteknikan Pertanian Unhas, Dr Abdul Aziz STP Msi tersebut telah melewati uji coba dan simulasi yang dilakukan di daerah persawahan Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep pada Sabtu (4/9).
Menurut Muslih, selama uji coba petani merespon dengan baik, mengingat hama menjadi permasalahan yang dapat merugikan petani, utamanya jika serangan muncul pada waktu keluar buah, atau mendekati musim panen.
Tidak hanya itu, Muslih dan tim juga menambahkan sistem monitoring lahan jarak jauh. Teknologi ini mencakup kamera pengintai yang diletakkan pada alat, serta pembacaan kelembaban tanah yang terhubung langsung ke gawai petani. Sistem monitoring jarak jauh ini dilakukan sehingga frekuensi kegiatan petani di lahan dapat berkurang.
Telah melalui proses perakitan selama dua bulan yang mencakup desain, pengadaan bahan, perakitan hingga pengujian, Muslih mengungkapkan tidak sedikit kendala yang dihadapi selama pengerjaan. Ia dan tim agak terkendala saat akan menentukan model, serta cara mengombinasikan semua teknologi yang terpasang pada alat, mulai dari Light Trap, Ultrasonic Repellent, kamera, dan lainnya.
Walaupun saat ini masih difokuskan pada uji coba di lahan sawah. Muhlih mengatakan penggunaan boneka tani ini juga berpotensi diterapkan di perkebunan dengan hama serupa, misalnya pada lahan perkebunan bawang. “Semoga boneka tani ini bisa mendatangkan manfaat bagi petani mitra yang jadi sasaran. Kami juga berharap inovasi ini dapat terus dikembangkan dan disempurnakan,” pungkasnya.
Anisa Luthfia Basri
Discussion about this post