Salah satu peralatan medis yang biasa ditemukan di rumah sakit atau klinik adalah instrument. Instrumen merupakan peralatan medis yang bukan merupakan mesin dan memiliki sistem kerja mekanis baik satu alat atau merupakan set atau gabungan dari berbagai alat – alat yang menjadi satu kesatuan.
Contoh yang paling lazim ditemui adalah instrumen alat-alat bedah. Sesuai dengan namanya, instrumen ini merupakan alat-alat yang biasanya digunakan dalam operasi bedah. Alat-alat tersebut harus dijaga dan dirawat dengan baik agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Tidak seperti alat-alat pada umumnya, alat instrumen bedah tentunya membutuhkan perlakukan khusus dalam perawatannya. Dalam dunia kedokteran, perawatan alat instrument bedah ini biasanya disebut sterilisasi. Sterilisasi merupakan proses menghilangkan mikrorganisme patogen yang menempel pada alat.
Proses sterilisasi pada umunya dilakukan dengan menggunakan mesin atau alat yang mengandalkan listrik sebagai sumber energi nya. Jika dilakukan di rumah sakit tentu tidak ada masalah, namun beda halnya ketika dihadapkan untuk menangani pasien yang membutuhkan tindakan operasi di daerah yang minim tenaga listrik.
Hal inilah yang kemudian mendorong Poppy Asmaul Razak, seorang mahasiswa Fakultas Keperawatan mencoba berinovasi menciptakan alat sterilisasi portable yang diharapkan dapat menjadi solusi atas masalah tersebut.
Poppy mengaku idenya ini muncul atas kendala yang seringakali dia hadapi di lapangan. Mahasiswa yang juga aktif di UKM Siaga Ners ini seringakali terkendala saat melakukan penanganan dengan alat steril yang terbatas. “Sejauh ini, selama saya berada di lapangan, sulit rasanya untuk melakukan penanganan yang membutuhkan alat-alat steril. Tidak hanya itu, alat steril yang dibawa itu terbatas untuk pasien yg mau ditindaki”, terangnya.
Dalam merealisasikan idenya tersebut, Poppy didampingi dua orang temannya, Sarman dan Fatimah Anggraini. Sarman Merupakan Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, sedangkan Fatimah dari Jurusan Keperawatan.
Selain sifatnya yang portable, alat sterilisasi yang dirancang juga memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber energi utamanya. Sehingga tidak perlu khawatir ketika harus digunakan di daerah yang minim tenaga listrik sekalipun. Produk kewirausahaan tersebut diharapkan mampu memudahkan proses sterlisasi instrument bedah dan dapat dimanfaatkan dalam kondisi minim tenaga listrik.
Sterilisasi Portable yang diciptakan setidaknya terdiri dari lima komponen utama, yaitu Sel Surya, Solar Charge Controller, Baterai/Aki, Power Inverter, dan Lampu Infared (IR). Sel Surya atau yang biasa disebut “photovoltaic” adalah sebuah komponen eletronik yang dapat merubah sinar radiasi matahari menjadi energi listrik, panel surya yang digunakan adalah jenis mono-kristal 50 Wp. Arus listrik yang diterima akan dikontrol melalui Solar Charge Controller, selain itu alat ini juga berfungsi mengatur overcharging kelebihan pengisian dan kelebihan voltase dari panel surya.
Dalam alat ini juga disematkan baterai yang berfungsi sebagai penyimpanan dari hasil photovoltaic, energi yang disimpan pada baterai berfungsi sebagai energi cadangan yang dapat digunakan pada saat panel surya tidak menghasilkan energi listrik. Alat ini juga dilengkapi dengan Power Inverter yang berfungsi untuk mengkonversikan arus DC dari panel surya atau baterai menjadi arus AC. Arus AC digunakan untuk menyalakan lampu infrared. Panas yang dihasilkan infrared yang akan mengeringkan alat medis dengan metode panas kering.
Sterilisator ini dirancang dengan model tool box, dengan dimensi 50x30x20 cm. Ukuran sterilisator ini tergolong sangat kecil jika dibandingkan dengan sterilitator pada umunya. BodI sterilisator terbuat dari bahan stainless stell yang tahan karat. Material ini mengandung senyawa besi dan setidaknya 10.5 persen promium yang dapat mencegah proses korosi. Selain ini, sterilisator ini juga dilengkapi dengan lampu indikator yang akan menyala jika alat berfungsi dengan baik. Panel surya juga diletakkan pada bagian atas sterilisator untuk mendapat sinar matahari secara langsung.
Kelemahan alat ini berada pada sumber energi nya sendiri. Karena menggunakan energi surya sebagai sumber fungsi, alat ini sangat bergantung dengan kondisi cuaca agar dapat berfugsi dengan maksimal. Ketika turun hujan, alat ini bahkan tidak dapar berfungsi dengan maksimal.
Meskipun belum maksimal, Poppy bertekad agar kekurangan pada alat ini dapat diperbaiki kedepannya, agar dapat membantu memaksimalkan penanganan medis di lapangan. “Alat sterilisator yang satu ini masih memiliki banyak kekurangan didalamnya. Namun, lagi-lagi saya tekankan harapan saya semoga alat tersebut bisa diterapkan untuk mengefesienkan penanganan medis di lapangan,” tutupnya.
Nadhira Sidiki
Discussion about this post