Kedua Guru Besar Unhas menyampaikan pidatonya pada upacara Penerimaan Jabatan Professor bidang Ilmu Kelautan dan Perikanan, Selasa (2/3). Diantaranya Prof Dr Ir Hilal Anshary MSc dari bidang Ilmu Parasit dan Penyakit Ikan dan Prof Dr Ir H Zainuddin MSi dari bidang ilmu Biokimia Nutrisi Ikan.
Pada kesempatannya, Hilal menjelaskan dampak infeksi patogen terhadap perkembangan industri akuakultur di Indonesia dan upaya penanggulangannya. “Akuakultur merupakan proses pemeliharaan ikan pada wadah atau kolam terkontrol yang hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan. Produksi perikanan dari industri akuakultur memperlihatkan trend pertumbuhan yang meningkat sepanjang tahun. Kini, akuakultur diperkirakan berkontribusi sekitar 44% dari suplai produksi perikanan dunia,” terangnya.
Hilal juga menyampaikan, perkembangan budidaya berkaitan dengan ditemukannya breeding terhadap beberapa jenis organisme akuatik yang dibudidayakan. Saat ini tidak hanya satu jenis ikan, melainkan mencakup berbagai spesies.
Di sisi lain, kerugian ekonomi berupa kematian ikan akibat infeksi penyakit pada industri akuakultur cukuplah besar. Hal ini berdampak pada hilangnya lapangan kerja di beberapa sektor, seperti halnya kasus udang windu. Cukup disayangkan, sebagian besar pembenihan skala rumah tangga tidak lagi memproduksi benih udang windu dikarenakan minimnya permintaan.
“Di Indonesia, peran akuakultur sangat penting. Dari potensi lahan yang ada, baru 29.8% yang dimanfaatkan, sedangkan lahan tambak baru dimanfaatkan sebesar 22.5%. Guna menghindari penyakit pada ikan budidaya, kita perlu mengendalikan lalu lintas ikan dan perbaikan genetik produk benih atau induk,” jelas Hilal.
Pidato pengukuhan selanjutnya disampaikan oleh Zainuddin yang mengusung judul “Pengembangan Pakan Rendah Protein untuk Menunjang Produksi Udang Vaname yang Efisien”. Dalam kesempatannya, ia menjelaskan, udang vaname merupakan salah satu jenis udang yang memiliki daya tahan relatif tinggi terhadap penyakit.
“Jenis udang ini lebih toleran terhadap perubahan lingkungan. Dalam proses pemeliharaan sendiri, ketersediaan pangan menjadi salah satu faktor penting,” ujar Hilal.
Adapun keberhasilan dalam proses budidaya udang aname ditentukan oleh kualitas pakan. Penggunaan pakan udang rendah protein mampu menekan biaya produksi sekitar 12% dari total biaya produksi pada satu siklus pemeliharaan.
“Pakan dengan kandungan protein terlalu tinggi berpotensi menurunkan kualitas media budidaya. Oleh karena itu, pemanfaatan pakan buatan dengan kadar protein rendah perlu terus dikaji agar harga pakan buatan terjangkau oleh petani dan pihak industri pakan udang tidak bergantung pada impor tepung ikan,” ujarnya
Menutup kegiatan, Zainuddin mengatakan, memanfaatkan karbohidrat yang lebih tinggi dalam formulasi udang melalui maknisme protein sparring effect dapat menekan biaya produksi dam mengemilir buangan ammonia-N dalam lingkungan budidaya.
Friskila Ningrum Yusuf