Universitas Hasanuddin kembali mengadakan Brunch Talk edisi #29, Rabu (7/10). Acara ini bertema “Rajin Membaca Pangkal Pandai (Kenal Dekat UPT Perpustakaan Unhas)”.
Seperti biasa, kegiatan disiarkan melalui live Instagram akun resmi Unhas dan para viewers bebas menanyakan apapun kepada narasumber sesuai dengan topik.
Mengawali acara, Kepala Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Perpustakaan Unhas, Dr Fierenziana Getruida Junus, SS M Hum menjelaskan alasan pemberian nama perpustakaan Unhas sebagai perpustakaan pusat. “ Nama ini diberikan karena adanya perpustakaan di setiap fakultas ataupun prodi, tetapi sebenarnya itu hanya disebut reading room atau ruang baca,” ungkapnya.
Setelah itu, ia memperkenalkan sejarah perpustakaan yang beriringan dengan Unhas sendiri, dan menetapkan 13 April 1960 sebagai hari ulang terbentuknya. Tak sampai di situ saja, Fieren juga meluruskan paradigma masyarakat mengenai fungsi dari perpustakaan secara umum.
“Orang mengatakan bahwa fungsi perpustakaan itu untuk membaca, meminjam dan mengembalikan buku. Itu sebenarnya paradigma lama, karena perpustakaan bisa dijadikan tempat kerja dan diskusi. Bahkan kita sekarang sudah menyediakan fasilitas ruangan untuk berdiskusi,” jelasnya.
“Layanan yang ada saat ini terdiri dari sirkulasi, peminjaman buku, pendaftaran, dan disediakanya beberapa corner budaya, serta corner untuk teman-teman tunanetra yang membutuhkan pustaka,”lanjutnya.
Seiring perkembangan zaman, perpustakaan Unhas tidak hanya menyediakan buku dalam bentuk cetak, tetapi juga digital. Selain itu, untuk pengunjungnya sendiri, Fieren menyampaikan terbuka untuk umum. “Untuk menjadi anggota itu siapa pun bisa. Tapi dengan syarat memperlihatkan kartu mahasiswa dan yang bisa itu angkatan 2019 ke bawah. Karena kartu mahasiswa mereka sudah include dengan kartu perpustakaan,” ujarnya.
Dalam kondisi pandemi, perpustakaan Unhas memberikan solusi untuk mahasiswa yang jaraknya jauh dari kampus agar tetap bisa mengakses buku melalui digital. Mereka juga mengubah tata cara pelayanannya, seperti memasang loket-loket dengan kaca dan menghindari mahasiswa berkumpul-kumpul.
“Saat ini perpustakaan Unhas tengah melakukan digitalisasi buku karena masih banyak dalam bentuk cetak. Mengenai aplikasi perpustakaan belum ada, tetapi strategi dengan digitalisasi bisa diakses melalui internet,” jelasnya.
Adapun yang menjadi khas dan koleksi unggulan perpustakaan Unhas yakni memiliki Unhasiana dan Sulawesiana. Hal inilah yang membedakannya dengan perpustakaan secara umum. Unhasiana memiliki beberapa koleksi karya dosen dan civitas akademika, sedangkan Sulawesiana berisi informasi tentang Sulawesi.
“Perpustakaan merupakan jantung akademi. Oleh karena itu, sebaiknya mencintai perpustakaan meski sekarang kita sudah punya gadget. Membaca itu pangkal pandai dan buku merupakan jendela ilmu. Rajinlah membaca mulai dari hal-hal yang penting,” tutupnya.
M127
Discussion about this post