• Login
No Result
View All Result
Identitas Unhas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Tajuk
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Tajuk
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
No Result
View All Result
Identitas Unhas
No Result
View All Result
Home Sastra Resensi

Kritik Jenaka Lewat Pewayangan

Agustus 12, 2022
in Resensi
resensi buku lupa endonesia

Foto: Identitas/Risman Amala

Editor Risman Amala Fitra

Data Buku

Penulis: Sujiwo Tejo
Judul Buku: Lupa Endonesa

Jumlah Halaman: 236 Halaman
Penerbit: Bentang Pustaka
Edisi Kedua, Cetakan Pertama Mei 2021

BacaJuga

Langkah Perjuangan Tanpa Menyerah Dalam Cerita Geulbaewoo

Nightcrawler, Kupas Sisi Gelap Bisnis Berita

 

“Tak malu korupsi? Tak malu berperilaku buruk? Tak malu mencederai bangsa sendiri? Atau mungkin malu tak lagi menjadi tren?” itulah yang akan kamu dapatkan ketika membaca blurb pada buku yang berjudul “Lupa Endonesa” ini.

Dengan membaca judulnya mungkin membuat kita berpikiran kalau isinya pastilah membahas tentang mereka yang melupakan negara Indonesia dan kemudian beralih mengikuti budaya negara lain. Namun, don’t judge a book by it’s cover adalah benar, sebab isi dalam buku ini tidaklah seperti itu.

Buku yang ditulis oleh Sujiwo Tejo ini berisi potongan-potongan cerpen yang melibatkan Ponokawan dengan isi ceritanya yang menyentil banyak pihak dengan cerdas menohok, nyeleneh, tapi banyak benarnya. Pemikiran-pemikirannya akan membuat malu banyak pihak, terutama yang lupa bahwa dirinya adalah bangsa Indonesia yang berbudi pekerti luhur.

Dengan demikian, buku setebal 236 halaman ini dianggap sebagai sindiran satir terhadap berbagai macam hal yang tengah terjadi di Indonesia. Bagaimana tidak? kita akan dibawa untuk mengingat kasus apa saja yang pernah terjadi di Indonesia dan mulai terlupakan. Karena inilah Sujiwo Tejo menganggap kita bangsa yang pelupa. Sebab, persoalan datang silih berganti dan tetap saja kita mengurusi masalah itu-itu lagi tanpa perbaikan yang berarti.

Cinta Tanah Air, Dasar Manusia, Lupa-Lupa Ingat, Fulus Oh Fulus, Kecanduan Berharap dan Negeri Mimpi adalah tema besar dalam buku ini yang mana isinya membuat kita sadar bahwa sebenarnya negara ini mempunyai banyak sekali kekurangan yang disebabkan oleh warganya sendiri. Setiap cerita yang dituliskan sangat tepat dan tidak meleset misalnya, pada (hlm 70-75) yang berisi sindiran kepada kita di kasus bank century.

“Kita beruntung banget bisa hepi mendengar angket DPR soal Bank Century karena lupa bahwa angket-angket sebelumnya, kayak angket BBM, ternyata Cuma nggedebus saja. Bayangkan kalau ingatan kita kuat, kita akan nggak percaya pada angket Century karena kita selalu ingat gombalnya angket-angket masa lalu. Dan, kita akan susah makan bagai Limbuk karena selalu ingat tinjanya wong kecirit” (hlm 75).

Sepenggal kalimat di atas secara tidak langsung menyindir kita yang tidak peduli dan tidak ingin belajar dari kesalahan masa lalu serta kadang mudah teralihkan ketika muncul kasus lain sementara kasus yang satunya belum selesai.  Atau dengan kata lain ini menyiratkan kalau di negeri Indonesia ini untuk menutupi kasus diganti dengan isu kasus yang lain.

Bukan hanya itu, cerita menarik lainnya dalam buku ini ada pada bab yang menceritakan tentang para pelawak yang cemas akan pekerjaan mereka yang akan digantikan oleh para pejabat. Pelawak ini menuntut agar seluruh penyelenggara negara tidak cuma dites kesehatannya dan track recordnya, seperti pada fit and proper test. Mereka meminta calon-calon pejabat itu dites juga oleh para psikolog, apakah punya bakat melawak. Kalau punya bakat melawak, jangan jadi pejabat, suruh saja jadi pelawak (hlm 60-68).

Cerita tentang pejabat di atas masih sangat relate dengan pejabat-pejabat masa kini yang kadang berbuat memalukan dengan mempertontonkan kelucuan mereka secara nasional. Buku ini seperti ingin mengembalikan budaya malu yang telah lama ditinggalkan Indonesia, seperti malu untuk korupsi, malu untuk berperilaku buruk dan malu untuk mencederai bangsa sendiri.

Beberapa hal yang Sujiwo Tejo tuliskan dalam buku yang diterbitkan pada tahun 2021 ini dapat dibaca oleh semua kalangan, meskipun ada beberapa kosakata yang mungkin akan sulit dimengerti secara langsung oleh pembaca yang tidak mengerti sama sekali bahasa Jawa, beberapa kalimat yang agak nyeleneh, serta penceritaan dengan mengambil latar belakang pewayangan dengan kisah Mahabarata dan Ramayana cukup membingungkan pembaca yang tidak tahu menahu tentang kisah itu, namun secara keseluruhan isi yang ada di dalam buku ini benar-benar membuat kita para pembaca menyelam dan ikut mengangguk atau menggelengkan kepala ketika paham masalah-masalah Indonesia yang diangkat dengan berisi kalimat-kalimat jenaka.

Azzahra Zainal

 

ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Berikut Nama Pemenang Lomba Pesiar HMDP-FT UH 2022

Next Post

Fenomena Citayem Fashion Week jadi Bukti Kurangnya Ruang Berekspresi Anak Muda

Discussion about this post

Trending

resensi novel layangan putus

Kisah Pengkhianatan yang Bikin Ambyar

April 3, 2022
0

Keluarga Cemara, Kisah Sederhana yang Menyayat Hati

Keluarga Cemara, Kisah Sederhana yang Menyayat Hati

Januari 20, 2019
0

Diam dan Dengarkan: Menyadari Keterpautan Diri dengan Alam Semesta

Diam dan Dengarkan: Menyadari Keterpautan Diri dengan Alam Semesta

Agustus 27, 2020
0

Aku Bukan Chairil Anwar

Aku Bukan Chairil Anwar

Agustus 26, 2020
0

Liputan Khusus

Mahasiswa Asing Terkendala Bahasa Indonesia

Dampak Traumatis Akun Kampus Cantik

Posting Gambar Beresiko jadi Korban Kekerasan Seksual

Menyingkap Tabir Akun ‘Kampus Cantik’

K3 Harus Jadi Budaya di Kampus!

Subdirektorat Sistem Penjaminan Mutu K3 jadi Ujung Tombak Berbenah Diri

Issu Identitas Unhas

Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Editors
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Cyber Media Guidelines
  • Privacy Policy
© 2023 - Identitas Unhas
Penerbitan Kampus
  • Logo Jagodangdut
  • Logo 100kpj
  • Logo Intipseleb
  • Logo Viva
  • Logo Vlix
  • Logo Vivanews
  • Logo Suaramerdeka
  • TvOne
  • Logo Onepride
  • Logo Oneprix
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Tajuk
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial

Copyright © 2012 - 2017, Identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In