“Sama dengan organisasi Mahasiswa Pencinta Alam lainnya di Unhas, Anoa juga hadir untuk pelestarian alam. Namun uniknya, mahasiswa yang tergabung di UKM Anoa ini lebih fokus ke satwa yang ada di alam. Sesuai disiplin ilmu mahasiswa Kedokteran Hewan Unhas,”.
Mendengar orang meyebut Anoa, maka akan terlintas di pikiran pembaca satwa endemik yang terbilang populer di Pulau Sulawesi. Mahasiswa Fakultas kedokteran yang terinspirasi dari satwa tersebut, lalu memilih Anoa sebagai nama organisasi Mahasiswa Pecinta Alam, khususnya di program studi Kedokteran Hewan. Walau berada di lingkup program studi Kedokteran Hewan Unhas, namun Mapala Anoa tidak dibawahi oleh jurusan maupun fakultas.
“Meskipun seluruh anggotanya secara administrasi terdaftar di Program Studi Kedokteran Hewan Unhas, namun kami tidak memiliki keterikatan secara struktural,” ungkap Nurfajrin Syamsir, Ketua Mapala Anoa Unhas.
Resmi berdiri tanggal 26 Oktober 2013. Kala itu, seremoni pembentukannya terselenggara di Gunung Bulusaraung, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) atas inisiasi 20 orang mahasiswa Kedokteran Hewan. Nurfajrin mengatakan, sebelum Anoa resmi terbentuk, mahasiswa kedokteran hewan aktif melakukan kegiatan lapangan seperti pendakian dan jelajah alam. Dari situlah cikal-bakal pembentukan Anoa.
Ongke sapaan akrab Nurfajrin Syamsir, mengatakan awalnya nama Anoa memiliki kepanjangan “Adventure and Animal Observation” tetapi dalam perkembangannya, akronim ini kemudian dihilangkan karena satu hal.
Mapala Anoa fokus terhadap pelestarian satwa yang ada di alam. Hal tersebut berdasarkan latar belakang disiplin ilmu mereka yaitu Kedokteran Hewan. Semenjak didirikannya, Mapala Anoa telah dipimpin oleh beberapa ketua. Berturut-turut Andi Sofyan, kemudian Irwan Ismail dan sekarang Nurfajrin Syamsir.
Untuk proses regenerasi, tiap tahunnya Mapala Anoa membuka penerimaan anggota baru yang disebutnya Pendidikan Dasar (Diksar). Saat ini, Mapala Anoa telah merekrut 29 anggota baru. Mereka telah melalui tahap wawancara, dan pemaparan materi di ruangan (indoor).
Ongke menuturkan pada tahap indoor, peserta dibekali dengan materi yang berhubungan dengan pengenalan organisasi pencinta alam. Selain itu, juga diberikan materi keterampilan dalam melakukan aktivitas penjelajahan di alam.
Tahapan selanjutnya yaitu pengembangan dan peningkatan fisik peserta, berupa Training Condition/ Bina Jasmani. “Jadi, sebelum mengerjakan aktivitas penjelajahan di alam, peserta dituntut memilki fisik yang kuat. Hal tersebut dikarenakan peserta nantinya akan menempuh perjalanan yang jauh, sekaligus membawa beban yang lumayan berat,” jelas Ongke.
Adapun tahap terakhir yang dilalui peserta yaitu tahap lapangan (outdoor). Di tahap ini peserta diwajibkan menempuh perjalanan yang relatif cukup jauh. Peserta harus melewati jalan yang landai hingga terjal, dengan bekal seadanya yang telah direncanakan sesuai kebutuhan selama berada di alam terbuka. Pada tahap inilah, peserta diharapkan mampu mengaplikasikan materi-materi yang selama ini diberikan di tahap indoor.
“Diharapkan, peserta yang mengikuti tahap awal sampai akhir bisa memiliki sikap yang pemberani, tabah, dan mampu berpikir dalam keadaan sulit sehingga terbentuk mental baja dari peserta,” tutur Ongke.
Di samping kegiatan lapangan untuk mengasah keterampilan, Mapala Anoa juga aktif mengadakan seminar. Seperti Seminar Nasional tentang Satwa Liar dan Habitatnya yang telah diselenggarakan pada September 2016 lalu. Seminar tersebut sebagai upaya penyadaran dan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya peran satwa liar di alam yang berhubungan dengan keseimbangan ekosistem. Selain itu, juga dibahas terkait masalah-masalah satwa liar dan pentingnya untuk dilindungi.
Selain seminar, Mapala Anoa juga rutin mengadakan diskusi. “Baru-baru ini kami juga melakukan diskusi yaitu Sosialisasi dan Diskusi Publik atau disebut “Sidik” tentang permasalahan satwa liar khususnya mengenai orangutan,” tambahnya.
Walaupun baru 5 tahun berdiri, Mapala Anoa telah mengikuti dua lomba Lintas Alam. Di antaranya Lomba Lintas Pesisir dan Lomba Mountain Race Competition, masing-masing meraih juara harapan tiga. “Walaupun masih minim prestasi, setidaknya kami bisa memperoleh pengalaman dan jaringan pertemanan sesama organisasi pecinta alam,” kata Ongke mengakhiri wawancara, Rabu (18/04).
Fitri Ramadhani