Rahena Tul Jannah, Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas tak pernah menyangka, Rabu (1/11/2017) siang itu jadi hari tak terlupakan baginya. Telepon pintar miliknya menghilang di ruang kuliah 106 FEB. Kala itu, di tengah perkuliahan, ia mengisi baterai Handphone (HP) miliknya pada colokan yang ada di bawah papan tulis.
Setelah perkuliahan berakhir, Raehana bersama temannya meninggalkan kelas dalam keadaan kosong. Sementara, telepon miliknya masih mengisi daya di ruangan itu. 15 menit berjalan, seorang pria berambut panjang dengan postur tubuh tinggi dan kurus tampak memasuki kelas itu. Dalam ruangan, ia melihat situasi sekitar kelas beberapa menit. Setelah memastikan situasi aman dan tak ada yang memperhatikan, lelaki yang memakai celana jeans dan baju berwarna hitam keabuan itu, sigap mengambil HP yang sedang terisi daya.
Aksi itu terekam CCTV yang terpasang di sudut atas ruang kelas. Teman Raehana, Mila, mengatakan, melihat pelaku di CCTV, tapi tidak mengetahui dengan jelas wajah pelaku. “Kondisi rekaman buram,” katanya saat diwawancarai via sosial media.
Raehana dan Mila melanjutkan pencarian di rekaman CCTV daerah lain, e-library. “Dari hasil rekaman, pelaku hanya berjalan menuju Fakultas Ilmu Budaya. Lalu, kami tidak tahu lagi ke mana pelaku pergi dan sulit mengenali wajahnya,” lanjut Mila.
Mereka pun menempuh usaha lain dengan melacak keberadaan HP itu menggunakan email google. Telepon pintar itu sempat terlacak, hingga tak terdeteksi lagi. Hasil rekaman CCTV itu lalu disebar di sosial media. Warganet melihat kejadian itu, termasuk satpam Unhas. Setelah mengetahui peristiwa itu, tim satpam intel Unhas beranggota lima orang mulai melakukan aksi pencarian pelaku keesokan harinya. Sekitar pukul 10 pagi, salah satu satpam intel, Rido, ke FEB untuk melihat rekaman CCTV secara jelas.
“Saya memutar video itu tiga kali, dan melihat pelaku sedang menenteng jualannya,” katanya. Ia pun memastikan kalau pelaku ialah seorang penjual manisan keliling, sering disebut sebagai penjual Madona (Mangga, Kedondong, Nanas).
Dengan pengalaman menjadi satpam intel, Rido bersama ke empat temannya berpencar ke beberapa tempat. Mereka mendatangi wilayah yang sering dikunjungi penjual itu. Selama tiga jam pencarian, pelaku akhirnya ditangkap saat menjual di lantai 2 Fakultas Peternakan. Setelah diinterogasi, pelaku diketahui bernama Muh. Taufik (22).
“Awalnya saat saya tanya dia, tidak mau bicara. Tapi, ketika saya perlihatkan rekaman CCTV langsung dia mengaku mencuri dan telah menjual HP itu seharga Rp 700.000,” kata Rido.
Selain tindak kriminal menimpa Reihana, tindak kriminal lainnya juga pernah melanda mahasiswa Jurusan Perikanan, Inci bersama temannya, Ayu. Berbeda dengan Reihana, kasus mereka bukan pencurian, melainkan percobaan begal.
Kala itu, sekitar pukul 1 tengah malam, Inci dan Ayu ingin mencari makan di depan Pintu 2 Unhas. Mereka beranjak dari sekitaran rektorat menuju parkiran untuk mengambil motor. Sebelum ke Pintu Dua, mereka terlebih dahulu ke jajanan mahasiswa, Workshop untuk membelikan makanan pesanan seniornya.
Kejadian ancaman begal terjadi saat roda motor melewati depan Rektorat Unhas. Dua motor, satunya ditunggangi dua orang, dan yang satunya hanya satu orang, mengikuti mereka. Tiba-tiba, motor yang dinaiki dua orang berada di samping motor Ayu dan mengeluarkan golok, sambil mengatakan “Hp, Hp, Hp”.
Motor satunya, seolah menjaga motor Ayu di belakang. Peristiwa kejar-kejaran motor pun berlangsung hingga jalanan di jalur empat. Hingga, pelaku begal dengan tangan hampa meninggalkan mereka karena daerah itu sudah kondusif untuk melancarkan aksinya, di sana juga terdapat Pos Satpam.
Kejadian yang menimpa Raehana dan Inci seolah menjadi kenyataan maraknya tindak kriminal di Unhas. Selain begal dan pencurian alat elektronik, tindak kriminal lainnya berupa kecelakaan lalu lintas, pencurian motor, penjambretan, perusakan sadel motor, pemecahan kaca mobil, pencurian, perkelahian mahasiswa, orasi mahasiswa dan penipuan, penertiban pemancing, pedagang kaki lima dan parkir sembarangan.
Berdasarkan laporan tahunan satuan pengamanan tahun 2016, tindak kriminal berjumlah 72 kasus. Terbanyak pada kasus pencurian motor berjumlah 15 dan terendah pada kasus penipuan hanya satu. Adapun tahun ini, kasus hingga September sebanyak 51, termasuk penertiban pemancing dan pedagang kaki lima sebanyak lima kasus.
Jumlah tindak kriminal dua tahun ini memang terbilang rendah dibanding sekitar tahun 2005 lalu. Menurut Kepala Satpam, Mansyur S Sos, saat itu kasus pencurian motor hingga 100 kejadian. Ia mengatakan, kasus itu kebanyakan karena keteledoran korban.
“Motor yang dicuri biasanya di luar parkir, artinya biasanya mahasiswa/pegawai memarkir yang tidak dijaga oleh petugas,” katanya.
Lebih lanjut, Mansyur menuturkan, sebagian besar pelaku berasal dari orang luar. Artinya, bukan dari civitas akademika Unhas. Ia menceritakan, penyebabnya akses masyarakat memasuki kampus sangat terbuka. Selain Pintu Satu dan Pintu Dua sebagai gerbang utama kampus ini, ada sekitar delapan jalan ‘tikus’ yang secara leluasa orang luar dapat masuk.Seperti, tiga jalan di Workshop, Kera-Kera, Sepakat, Sahabat, Damai, dan Pintu Nol.
“Mestinya setiap pintu atau jalan masuk di kampus harus dijaga. Harus diperiksa, siapa yang masuk siapa yang keluar, apa yang dikasi masuk, apa yang dikasi keluar. Itu yang menjadi kendala sekarang karena perosil kami tidak cukup untuk menjaga semua pintu itu,” kata Mansyur.
Adapun beberapa tempat rawan para pelaku kriminal melancarkan aksinya, seperti, tempat parkir dan musala. Selain itu, tempat gelap saat malam hari, misal gedung registrasi, dan jalan masuk kera-kera sering terjadi kasus begal.
Lantas, bagaimana cara menghindari dan mengatasi tindak kriminal di kampus? Mansyur memberikan beberapa tips kepada sivitas akademika.
Ia mengimbau kepada pengendara sepeda motor dan mobil untuk tidak memarkir kendaraannya di sembarang tempat. Mereka hendaknya memarkir di lokasi yang ada penjaganya. Lalu, setelah diparkir, sepeda motor diberikan kunci ganda dan tidak menyimpan barang berharga di sadel kendaraannya. Sedangkan pengendara mobil, Mansyur juga peringatkan untuk tidak menyimpan barang berharga, misal alat elektronik.
“Biasa mereka lupa HP-nya di mobil. Teleponnya pun bunyi. Lewat orang dan mendengar suara bunyi itu. Yah, pelaku biasanya mencari kesempatan untuk mengambil HP itu,” ucap Mansyur.
Adapun, kasus pencurian yang biasa terjadi di Musala, Mansyur mengimbau untuk selalu menjaga barang bawaannya. Saat mengambil air wudu, mereka sebaiknya menyimpan barang yang tidak berjauhan dan dapat terlihat. Lalu, ketika salat, menaruh barang di depan tempat sujud.
Mansyur melanjutkan ceritanya agar terhindar dari tindak kriminal lain, begal. Ia mengingatkan sivitas akademika untuk tidak keluar malam, jika tidak memiliki kepentingan mendesak.
“Jika sudah ada tanda-tanda begal, usahakan menghindar. Tapi, kalau sudah terjadi, sebaiknya memenuhi semua permintaan pelaku, minta Hp, kasi saja. Tapi, dengan catatan, perhatikan ciri-ciri pelakunya. Terus, lihat DD motornya. Setelah pelaku pergi, segera melapor ke satpam terdekat,” tuturnya.
Begitu pula, saat terjadi pencurian. Demi keselamatan diri, sebaiknya memenuhi permintaan pelaku sembari memperhatikan hal-hal detail. Lalu segera melapor ke satpam, supaya dapat ditindaklanjuti dengan cepat. Semoga fakta kriminal yang telah terjadi dapat menjadi pelajaran sivitas akademika untuk selalu berhati-hati di manapun dan kapanpun. Tentunya, memperhatikan cara untuk terhindar ataupun mengatasi kriminal di kampus.
Reporter: Sri Hadriana
Discussion about this post