Unhas kini telah memiliki perwakilan mahasiswa di Majelis Wali Amanat (MWA).
Sorak sorai bergembira terdengar saat Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas, Abdul Fatir Kasim, diperkenalkan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Prof Dr drg Arsunan Arsin saat Penerimaan Mahasiswa Baru di Gor Unhas Agustus lalu. Sebagai representasi ketua lembaga mahasiswa tingkat universitas, Fatir, begitu ia disapa, juga memberikan sambutan untuk memperkenalkan lembaga mahasiswa tingkat universitas yang ia pimpin sekarang. Penyampaiannya itu juga disambut hangat para mahasiswa baru angkatan 2019 yang masih terkagum-kagum bahkan tidak percaya jika mereka diterima menjadi mahasiswa di Unhas.
Namun, dibalik sorak sorai gembira itu, ada pula beberapa suara ‘pahit’ yang mengkritisi BEM U, bahkan hingga detik ini. Tak lain kebanyakan alasan yang mereka lontarkan adalah soal idealisme dan keterbukaan pemilihan presiden BEM U tersebut.
“Seandainya memang berasal dari mahasiswa, payung hukum pembentukan BEM U saja dulu kita perdebatkan. Peraturan organisasi kemahasiswaan yang menjadi legitimasinya mereka tidak pernah ada perdebatan panjang. Pentingkah ini organisasi kemahasiswaan, jangan sampai dipaksakan hadir juga,” kata Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Andi Hendra ER.
Lebih lanjut, Angga, sapaan akrabnya, mengatakan, begitu juga BEM U yang menjadi turunan Peraturan Organisasi Mahasiswa, tidak pernah ada dialektika panjang terkait pentingnya organisasi ini. Lantas mereka sembunyi-sembunyi mengadakan pemilihan di Malino.
“Maksud saya, di mana peranannya BEM yang lain kalau tidak ada ki ruang dialektika. Memang perlu pembicaraan panjang kalau sesuatu yang indah mau dicapai,” ucapnya kepada identitas.
Terlepas dari itu semua, fakta yang ada saat ini ialah Unhas kini memiliki perwakilan mahasiswa di Majelis Wali Amanat (MWA). Realitas tersebut didukung legitimasi alias diakui oleh hukum atau aturan yang berlaku.
Wakil Ketua MWA, Prof Ir H Ambo Ala, MS, menyampaikan bahwa memang hingga saat ini salah satu anggota MWA yang belum terisi ialah wakil mahasiswa. Amanat statuta Unhas, yang dimaksud wakil mahasiswa adalah pimpinan lembaga kemahasiswaan tertinggi tingkat universitas apapun namanya.
“Nah, saya sudah periode kedua di MWA, itu belum ada mahasiswa. Dan menurut saya, kami di MWA juga perlu mendengarkan aspirasi mahasiswa. Saat kami mengambil sebuah kebijakan, kami berprinsip bahwa tidak bisa menyepelekan semua pandangan, termasuk mahasiswa,” ujarnya saat ditemui di ruangannya di Fakultas Pertanian.
Prof Ambo berpendapat bahwa bergelut atau menjadi presiden BEM U adalah peluang untuk menyampaikan aspirasi, dapat menjadi tempat pembelajaran, memilih rektor, dan turut menentukan arah universitasnya. Lelaki yang pernah menjabar Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Periode 2000-2006 ini juga melontarkan rasa kecewanya jika ada mahasiswa yang tidak segera menyambut kesempatan emas ini.
“Sebagai mahasiswa, berjiwa muda, mesti lah memiliki sikap percaya diri. Termasuk percaya diri untuk berdiskusi atau berdialektika bersama kami (red: profesor) maupun menteri-menteri di MWA untuk merumuskan anggaran dana kemahasiswaan,” tegasnya, Rabu (28/8).
Terkait fasilitas yang akan diberikan kepada presiden BEM U, Dekan Fakultas Pertanian Periode 1995-2002 tersebut menjawab bahwa hal itu akan menjadi urusan rektor.
“Tapi saya kira standar harus ada. Standar itu sudah jelas ada kantornya, ada anggarannya, tidak ada gajinya. Kan beda yah karena memang tidak digaji lembaga kemahasiswaan kan. tapi kalau dia menjadi MWA digaji, ada gajinya walaupun kecil,” ucapnya.
Sedangkan keuntungan yang diperoleh institusi dengan terbentuknya BEM U ini ialah untuk mengangkat citra Unhas di taraf nasional maupun internasional. Meski tak jarang pembentukan BEM-U ini dikaitkan dengan cara Unhas mempertahankan status PTN BH, tetapi Prof Ambo menepis hal itu.
Ia menyampaikan bahwa tidak ada hubungan antara evaluasi PTN BH dengan pembentukan BEM-U. “Jangan kira tidak ada mahasiswa di MWA , lalu itu mengurangi nilai kita sebagai PTN BH. Tidak ada hubungannya dengan itu.Yang ada adalah bagaimana ranking universitas meningkat, bagaimana Unhas bertransformasi untuk lebih baik,” tuturnya.
Terakhir, Prof Ambo berharap agar prestasi mahasiswa Unhas makin meningkat utamanya karena kini lembaga kemahasiswaan tingkat universitas telah terbentuk. Pro dan kontra tak akan pernah usai. Namun, begitulah sekelumit manfaat yang dapat diraih ketika sebuah universitas memiliki lembaga kemahasiswaan tingkat universitas.
Tim Laput