Sapi merupakan salah satu komoditas menjanjikan di Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), produksi daging sapi di Indonesia sebesar 437.783,23 ton pada 2021. Jumlah itu turun 3,44% dibandingkan pada 2020 yang sebesar 453.418,44 ton. Namun, konsumsi daging tersebut tidak sejalan dengan produksi daging sapi dalam negeri yang terus meningkat.
Salah satu penyebab turunnya produksi tersebut ialah perilaku seksual dalam hal ini ketidaksuburan sapi jantan seperti libido dan kualitas semen (sperma) yang rendah menyebabkan penundaan konsepsi dan memperpanjang musim kawin sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi dan mengancam keberlanjutan usaha peternakan.
Oleh karena itu, perlu upaya untuk meningkatkan produksi daging sapi di dalam negeri, salah satunya dengan meningkatkan libido dan kualitas semen sapi jantan melalui pakan ternak dari daun kelor yang mengandung nutrisi tinggi. Seperti yang dilakukan oleh Mahasiswa S3 Peternakan Universitas Hasanuddin (Unhas), Nursyam Andi Syarifuddin dalam disertasinya di tahun 2018 yang berjudul “Pemanfaatan Daun Kelor (Moringa oleifera) Guna Meningkatkan Libido Dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali”.
Dalam wawancaranya bersama Reporter Identitas Unhas, Wardah Athirah ia menceritakan bahwa awal penelitiannya menerima tantangan dari promotornya, Prof Dr Ir Abdul Latief Tolleng Msc. Dari diskusi yang dilakukan bersama, ia berpesan bahwa untuk doktor itu harus ada hal baru yang berdampak ke masyarakat. “Nah, kebetulan di kampung saya di Soppeng banyak kelor yang banyak digunakan tapi untuk ternak masih terbatas, juga teringat penelitian Prof Latif yang melakukan penelitian tentang kelor, tapi bedanya pada sapi betina,” Ungkap Nursyam.
Dalam penelitian sebelumnya, daun kelor ini digunakan untuk meningkatkan angka kebuntingan sapi betina, tujuan akhirnya meningkatkan angka kebuntingan. Namun, faktor yang mempengaruhi kebuntingan bukan hanya pada sapi betina, tapi juga sapi jantan khususnya dari kualitas semen atau spermanya. Karenanya, ia mencoba inovasi dengan menggunakan kelor sebagai makanan ternak khususnya pada pejantan sapi Bali.
“Sebenarnya jika kita telusuri, daun kelor ini sudah ada ribuan tahun lalu tapi belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, barulah di tahun 90-an seorang Peneliti asal Prancis, Lowel Kubli mempublikasikan hasil penelitiannya yang berisi bahwa daun kelor mengandung nutrisi yang tinggi dan lengkap serta mudah dibudidayakan,” tambahnya.
Kelor itu dikenal sebagai tanaman ajaib (The miracle tree) karena kandungan nutrisinya khususnya suplementasi mineral Zn yang tinggi yang berfungsi meningkatkan libido, volume dan kekentalan semen, motilitas, serta memperbaiki karakteristik sperma pejantan sapi bali. Pada manusia, kelor digunakan dalam pengobatan, seperti di India memiliki pengobatan air veda yang berasal dari daun kelor yang dapat menyembuhkan banyak penyakit. Budidaya kelor belum umum dilakukan oleh masyarakat, sehingga saat penelitian ia menggunakan kelor yang tumbuh secara liar.
“Prosesnya dimulai dengan pembuatan pakannya, karena ini basisnya penelitian, apa yang menjadi perlakuan harus seragam sehingga saya menggunakan daun kelor yang masih muda. Pertama dengan pengambilan daun, sebenarnya dalam pengambilan tidak ada spesifikasi khusus, hanya saja caranya dengan mengambil keseluruhan daun dan menyisakan masing-masing 3 daun dari atas dan bawah karena daerah pucuk kadar airnya rendah dan sudah tua,” pungkasnya.
Setelah itu, proses memisahkan tangkai dan daunnya kemudian di keringkan di dalam ruangan. Proses pengeringan ini tidak boleh terkena sinar matahari karena dapat merusak sebagian vitamin yang terkandung di dalam daun, yang dikonsumsi oleh sapi jantan. “Tapi untuk pemanfaatan kelor bisa saja dalam bentuk segar. Bahkan dibeberapa tempat seperti di Nusa Tenggara itu sudah memanfaatkan sebagai sumber hijauan secara langsung untuk semua jenis ternak,” tambah Nursyam.
Sehingga penelitian Nursyam, mendapatkan hasil bahwa konsumsi daun kelor sebanyak 1,50gram BK/kg pada sapi bali jantan meningkatkan libido, kekentalan semen, gerakan massa, motalitas, serta memperbaiki karakteristik sperma pejantan sapi bali dan meningkatkan perkawinan.
Ia berharap kelor ini bisa tetap dimanfaatkan oleh masyarakat baik sebagai pakan dalam bentuk kering dan segar atau dalam bentuk Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB), pakan tambahan atau suplemen yang sangat untuk ternak yang disajikan untuk ternak seperti permen. Pada kalangan petani popular dengan istilah permen kambing, karena dikonsumsi oleh ternak seperti permen dengan dijilat. UMMB ini yang saat ini masih terus dikembangkan oleh Nursyam.
Wardah Athirah
Discussion about this post