Senin, 8 Desember 2025
  • Login
No Result
View All Result
identitas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
identitas
No Result
View All Result
Home Headline

Menyelami Tradisi Gowok Melalui Perjalanan Hidup Nyi Sadikem

7 Desember 2025
in Headline, Resensi
Buku Nyi Sadikem. Foto: Tangkapan Layar

Buku Nyi Sadikem. Foto: Tangkapan Layar

Editor Azzahra Dzahabiyyah Asyila Rahma

Seorang gowok terlatih untuk membantu para pemuda dalam mempersiapkan diri memasuki dunia pernikahan. Sebelum mereka bersanding dengan istri mereka kelak, para pemuda yang masih hijau itu harus mendapatkan pelatihan dalam menjalani kehidupan berumah tangga.

Kutipan itu menggambarkan kehidupan seorang gowok, bagian dari tradisi Jawa kuno. Sosoknya adalah perempuan berusia sekitar tiga puluh tahun yang mengajarkan para pemuda cara menyiapkan diri menjadi suami dan kepala rumah tangga.

Ia tidak hanya seorang pengajar, tetapi juga penjaga nilai tentang tanggung jawab dan kematangan dalam pernikahan.

BacaJuga

Berebut Jenazah, Kisah Anak yang Diperebutkan Agama

Hindari Penurunan Performa Akademik dengan Sarapan

Nyi Sadikem berkisah tentang perempuan yang lahir di antara dua dunia, Eropa dan Nusantara. Namanya Elizabeth van Kirk, anak dari seorang pribumi yang dijadikan gundik oleh lelaki Belanda. 

Dengan kulit putih dan wajah seindah porselen, Elizabeth tampak seperti boneka hidup yang elok dipandang. Namun, di balik itu, tersimpan luka panjang tentang asal-usul dan harga diri.

Perjalanan hidupnya berputar di antara tiga nama, yaitu Elizabeth van Kirk, Moerni, dan akhirnya Nyi Sadikem. Nama-nama tersebut menandai tiga kehidupan berbeda, membawa babak baru tentang bagaimana seorang perempuan bertahan di tengah pergantian nasib.

Buku ini menyingkap wajah pernikahan di masa kolonial yang kerap lebih politis daripada romantis. Di kalangan priayi, pernikahan kerap dijadikan alat kekuasaan, sementara praktik pergundikan dianggap hal biasa. 

Ayah Elizabeth sendiri menjadi bagian dari sistem yang memperlakukan perempuan sebagai pelengkap status.

Kisah hidup Elizabeth dipadati rangkaian luka yang tidak berkesudahan. Ia menghadapi kehilangan, kekejaman, hingga pengkhianatan. 

Dari sana, tampak sisi ganda Elizabeth yang rapuh oleh nasib namun tegar dalam bertahan.

Setelah meninggalkan rumah masa kecilnya, Elizabeth bertemu dengan Mak Miat, seorang dukun beranak yang menampungnya. Di rumah sederhana itu, ia diberi nama baru, Moerni yang menandai kelahiran ulang.

Luka demi luka akhirnya menuntun Moerni pada pilihan hidup yang tak biasa. Ia menjadi seorang gowok di Temenggungan setelah berpisah dari anak keduanya, Rahajeng. 

Dari sanalah, kisah tentang Nyi Sadikem bermula, seorang perempuan yang mencari makna hidup dari peran tetapi justru sering disalahpahami.

Nama Nyi Sadikem muncul dari pertemuannya dengan Ndara Poerboningrat, bangsawan pribumi yang pernah memiliki pengasuh bernama Sadikem. Dari nama itulah lahir identitas baru bagi Moerni, sebagai perempuan dewasa yang kini dikenal sebagai Nyi Sadikem.

Perubahan nama itu membawa Nyi Sadikem pada masa kejayaan. Namanya harum di Temenggungan, hingga para orang tua mengirim putri-putri mereka untuk belajar padanya menjadi gowok yang berwibawa.

Melalui perjalanan hidup Nyi Sadikem, Sobat iden diajak menyelami betapa sulitnya menjadi perempuan pada masa itu. Ia menunjukkan bahwa gowok bukan sekadar sosok pelengkap dalam budaya, melainkan perempuan yang hidup dengan pergulatan batin dan tanggung jawab moral.

Kekuatan utama dalam Nyi Sadikem terletak pada keteguhan tokohnya. Meski didera banyak penderitaan, ia tetap berdiri tegak dan memilih hidup untuk dirinya sendiri.

Penulis buku ini, Artie Ahmad, mengemas kisah itu dengan tempo cepat dan penuh detail. Setiap peristiwa datang silih berganti, tanpa memberi waktu bagi tokohnya untuk bernafas.

Bagi Sobat iden yang tertarik pada isu ketimpangan gender dan kelas sosial di masa kolonial, Nyi Sadikem menjadi pilihan tepat karena menawarkan pengalaman membaca yang kuat dan menyentuh. 

Bahasanya yang sederhana namun bernuansa jawa tradisional, membuat kisah ini terasa hidup dan dekat.

Karya ini juga menjadi jendela langka untuk mengenal tradisi gowok yang nyaris terlupakan. Melalui kisah Nyi Sadikem, kita diajak memahami sisi lain budaya Jawa yang kaya makna namun kerap disalahpahami.

Syahidah Raudah Aulia

Tags: BukuGowoknovelNyi SadikemPerempuan
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Prof Andi Zainal Abidin Farid, Guru Besar Hukum yang Mencintai Sejarah

Next Post

Pesantren Kilat Psikologi Unhas, Kaprodi Tekankan Peran Lingkungan dalam Pembentukan Akhlak

TRENDING

Liputan Khusus

Ketika Kata Tak Sampai, Tembok Jadi Suara

Membaca Suara Mahasiswa dari Tembok

Eksibisionisme Hantui Ruang Belajar

Peran Kampus Cegah Eksibisionisme

Jantung Intelektual yang Termakan Usia

Di Balik Cerita Kehadiran Bank Unhas

ADVERTISEMENT
Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Kirimkan Karyamu
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 - identitas Unhas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2024, identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In