Universitas Hasanuddin (Unhas) sebagai kampus negeri tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk belajar dan mengajar, tetapi juga menyediakan berbagai fasilitas dan layanan dalam menunjang kegiatan akademik, pengembangan diri, dan kebutuhan mahasiswa lainnya. Untuk itu, Unhas menyediakan layanan psikologi, yang dikenal sebagai Pusat Bimbingan dan Konseling (PBK). Lokasinya berada di Lantai Dasar Perpustakaan Pusat Unhas.
Sejak PBK berdiri pada tahun akademik 1975/1976, mahasiswa Unhas tidak lagi risau akan masalah yang dihadapinya selama masa studi. Lembaga Pusat Bimbingan dan Konseling (PBK) hadir sebagai penyedia bantuan psikologis.
Melalui PBK, mahasiswa dapat melakukan konseling untuk membantu mengelola stres, tekanan akademik, dan lain sebagainya. Tak hanya mahasiswa, tenaga pendidik (tendik) pun dapat merasakan fasilitas tersebut. Apalagi dalam pemanfaatannya tidak dipungut biaya.
Lembaga ini menangani berbagai macam masalah yang terjadi pada mahasiswa ataupun tendik di Unhas. Mulai dari gangguan dalam proses belajar mengajar, gangguan psikologis seperti kehilangan arah, problematika asmara, problematika hubungan dosen dan mahasiswa terutama masalah pemberian nilai, korban ketidakadilan dosen, serta masalah seksual.
Dari awal berdiri yang kemudian dipimpin oleh dr Soeparto Harjohusudo, layanan ini turut menyertai perkembangan Kampus Merah hingga sekarang. Meskipun PBK adalah layanan yang krusial, keberadaan PBK masih jarang diketahui mahasiswa sehingga tidak banyak yang memanfaatkan layanannya.
Membuka terbitan identitas 1992, ada sekitar 30-50 orang perbulan yang menggunakan layanan PBK tersebut. Lalu pada 2001, terdapat sekitar 10 pengunjung yang datang tiap pekannya. Dilansir dari identitasunhas.com, berdasarkan data dari PBK Unhas disebutkan jumlah pengunjung PBK dalam lima tahun terbilang fluktuatif. Pada 2017, sebanyak 66 orang tercatat mengunjungi PBK, seterusnya pada 2018 sebanyak 40 orang, 2019 sebanyak 58 orang, 2020 dengan 18 orang, kemudian 2021 sebanyak 65 orang.
Saat ini, pengguna layanan bimbingan dan konseling masih terbilang sepi lantaran stereotipe yang masih tertanam kuat di masyarakat perihal kesehatan mental sejak dahulu hingga sekarang. Tak hanya stereotipe, kurangnya pemanfaatan layanan ini disebabkan informasi keberadaan lembaga belum tersebar dengan masif, sehingga masih banyak mahasiswa dan tendik yang belum mengetahui keberadan dan kegunaan layanan ini. Sejak 1992, Kepala PBK saat itu, Drs A Tadjuddin B Rum, mengakui keberadaan PBK masih terbilang kurang dilirik.
Beberapa berita bersumber dari identitas, permasalahan yang sering ditemui dari banyaknya mahasiswa yang belum mengetahui keberadaan lembaga layanan tersebut ialah kurang masifnya penginformasian. Dikutip dari berita identitas pada 2001, masih banyak mahasiswa yang belum tahu terkait PBK.
Kini, PBK menjadi salah satu divisi dari Pusat Layanan Psikologi (PLP) Unhas. Bagi Sivitas Akademika Unhas, konseling gratis diberikan sebanyak dua kali, jika lebih dari itu maka akan dikenakan biaya.
Jika dulunya mahasiswa perlu mendaftarkan diri sehari sebelum konsultasi dengan personil atau pegawai yang ada, kemudian klien akan dilayani secara bergiliran oleh dua orang petugas. Namun saat ini, sebelum menggunakan fasilitas pelayanan tersebut, mahasiswa diarahkan untuk mengisi formulir konseling lalu menyepakati jadwal konseling dengan administrator.
Meski telah puluhan tahun berdiri, kurangnya pemahaman dan penggunaan PBK Unhas oleh sebagian besar mahasiswa dan tendik menjadi PR yang harus diselesaikan untuk memastikan fasilitas ini benar-benar bermanfaat untuk Sivitas Akademika Unhas. PBK semestinya menjadi aset berharga dalam mendukung kesejahteraan mahasiswa dan tendik.
Olehnya itu, PBK harus terus berbenah, apalagi perihal eksistensinya dan stereotipe negatif yang melekat pada konseling juga perlu dihilangkan. Hal tersebut tentu dapat ditaktisi dengan banyak cara, salah satunya sosialisasi yang meluas tentang pentingnya merawat dan menjaga kesehatan mental khususnya mahasiswa. Sebab, kesehatan mental yang baik berpotensi meningkatkan kesejahteraan sivitas akademika dan turut membantu menciptakan lingkungan kampus yang lebih sehat secara mental dan akademis.
Miftah Triya Hasanah