Usai salat subuh, wilayah Unhas masih temaram, dingin dan sepi. Namun sejumlah orang berseragam jingga sudah berada di berbagai area kampus. mereka adalah Clining Sevice (CS). Berbekal sapu lidi dan gerobak sampah, dengan cekatan mereka membersihkan sampah dan kotoran. Pemandangan tersebut kerap kali ditemui setiap hari Senin hingga Sabtu. Hal ini dilakukan untuk kenyamanan civitas akademika Unhas.
Tau kah kamu? Untuk meningkatkan kenyamanan itu, Unhas pernah menerapkan program 5K (Kebersihan, Keamanan, Ketertiban, Keindahan, dan Keyamanan). Program ini dibentuk pada 15 Maret 2003, di mana bukan hanya memaksimalkan peran CS tapi juga Satuan Pengaman (Satpam). Dilansir dari bundel PK identitas Unhas edisi April tahun 2003, dalam upaya mendukung Program 5K, Unhas menggalakkan penataan fisik berbagai fasilitas, mulai dari pengecatan gedung hingga menyediakan 60 tong sampah yang tersebar di seluruh fakultas.
“Usaha penyadaran kebersihan di kampus ini dilakukan dengan penyediaan banyak tong sampah dan pengecatan kembali beberapa tembok yang kotor,” ujar Pembantu Rektor III, Prof Ambo Ala MS selaku koordinator Program 5K.
Namun, upaya tersebut dinilai kurang efektif karena terfokus pada pembenahan fisik dan mengabaikan budaya bersih. Ditambah lagi kampus seluas 240 hektar ini hanya dibersihkan oleh 14 CS. Dosen sosioligi Unhas, Drs Rmli AT Msi menganggap, tak cukup dengan melahirkan aturan saja, tapi juga pengawasan secara ketat untuk membuang sampah pada tempatnya.
Selain mengupayakan aspek kebersihan, Unhas juga mengeluarkan aturan baru pada Mei 2003, isinya mengatur tentang pengelolaan beberapa tempat parkir yang selama ini tidak dimanfaatkan secara optimal dan memisahkan parkira motor dan mobil. Berlaku secara menyeluruh di Unhas sebagai upaya penertiban guna menghindari parkir liar yang mengganggu pemandangan dan kenyamanan.
“Dari evaluasi program seratus hari gerakan ini, terlihat bahwa telah banyak perubahan ke arah lebih baik untuk segi keamanan kampus ini,” komentar Koordinator Bidang Ketertiban dan Keamanan Unhas, Drs Andi Sangkuru MS.
Memasuki akhir Mei 2003, semangat mematuhi aturan tersebut mulai kendor. Batu-batu besar yang sengaja diletakkan untuk menjadi penghalang, pada akhirnya digeser oleh mahasiswa agar bisa memarkir motornya. Bahkan daerah yang sebelumnya ditertibkan, jejeran sepeda motor kembali tampak dalam beberapa pekan saja. Belum lagi tamu kampus yang tidak menuruti himbauan maupun teguran satpam dengan dalih ‘urusannya hanya sebentar.
Meski begitu, Prof Ambo tak menyerah. Pada tanggal 1 September 2003, ia menerapkan stikerisasi dalam menerbitkan kembali kendaraan bermotor. Sayangnya setelah tiga bulan, kebijakan ini menemui kegagalan. Disebabkan penjualan stiker belum merata, banyaknya jalan yang yang dapat diakses untuk masuk ke wilayah kampus, serta aktivitas warga yang tinggal di belakang kampus dan menggunakan pintu kampus sebagai akses untuk keluar masuk. Belum lagi sanksi yang diberikan hanya teguran sehingga kurang menghasilkan efek jera.
Setelah setahun berjalan, program yang awalnya menuai simpati ini pun dibubarkan. “Program ini telah berakhir dan kembali ke penanggung jawab semula yaitu Kepala Bidang II (Syamsul Arifin-Red),” ungkap Ambo dalam bundel identitas edisi Mei 2004.
Hasilnya yang tidak maksimal adalah akibat dari pelaksanaannya yang kian lama kian kendor. Pada akhirnya, dinilai hanya sentralistik, sebab kondisi kampus masih jauh dari perwujudan 5K tersebut. “Hasil Program 5K masih jauh dari harapan,” komentar salah satu mahasiswa Fakultas Peternakan dan Kehutanan Adi.
Mengenai pemaksimalan peran Satpam yang menjadi salah satu latar belakang diluncurkannya program ini, Kepala Satpam Unhas pada masa itu, Drs Bambang berkomentar bahwa pihaknya akan tetap melakukan yang terbaik dalam menjalankan tugasnya. “Sebelum dan saat pelaksanaan Program 5K, kami tetap menjalankan tugas sebaik mungkin. Apapun program yang nantinya disiapkan, kami tetap melaksanakan tugas menjaga keamanan dengan baik,” tegasnya.
Terlepas dari program 5K, lingkungan yang bersih, aman, indah, tertib dan nyaman tak hanya tangung jawab kampus tapi semua elemen termasuk diri sendiri.
Devi Trianna Ramadhani
Discussion about this post