Program Magister Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin mengadakan webinar nasional dengan tema “Peluang dan Tantangan Pemuda Menghadapi Era Disrupsi” melalui aplikasi zoom, pada Rabu, (28/10/2020).
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber, diantaranya rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, Guru besar Sosiologi UGM, Prof Dr Heru Nugroho, Menteri Pemuda dan Olahraga periode 2009-2012, A. Alifian Mallarangeng Ph D, serta gurbernur Jawa Barat, H Ganjar Pranowo SH M IP.
Rektor Dwia dalam sambutannya mengatakan, jika ia sebagai Rektor merasa bangga karena Program Magister Sosiologi bisa menyelenggarakan webinar nasional tentang perubahan sosial dan politik. Rektor Dwia juga berharap agar apa yang disampaikan oleh pemateri-pemateri nantinya bisa menjadi pemantik kepada mahasiswa untuk bisa berbuat dan berkonsentrasi lebih baik lagi buat bangsa dan negara.
“Sekalipun kita libur, tetap semangat nasionalisme dan patriotisme mendorong kita untuk tetap bertemu dan bersilaturahim, membicarakan hal-hal yang strategis buat bangsa dan negara kita.” ungkapnya.
Melanjutkan materinya, Rektor Dwia memaparkan bahwa masalah kepemudaan adalah masalah yang sangat penting. Jika bersandar pada angka demografi maka pemuda adalah satu tiang penyangga dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Alasan lain mengapa masalah kepemudaan penting karena saat ini kita dihadapkan pada situasi yang kritis. Di mana sedang terjadi suatu persoalan yang sangat kompleks dalam kehidupan, seperti situasi tentang revolusi industri 4.0 yang membawa berbagai goncangan dalam kehidupan.
Dwia menambahkan jika tantangan lain yang akan dihadapi pemuda sekarang adalah kecerdasan buatan (Artificial Intelegence/A.I). Pertanyaan bagi pemuda adalah apakah harus menjadikannya lawan? Karena bisa saja akan banyak pekerjaan bahkan peran manusia jadi tergantikan oleh teknologi robot.
Menjadi pemuda yang unggul di era disrupsi menurut Dwia setidaknya harus mempunyai beberapa kemampuan yang menjadi elemen vital saat ini. Diantaranya operasional global, kemampuan bahasa, kemampuan interpersonal, komunikasi tertulis, inklusi, belajar, kemampuan rekayasa, media sosial, dan berpikir analitis.
Beralih ke pemateri yang ke-dua, Heru Nugroho menjelaskan bagaimana kaum muda menyongsong masa depan Indonesia. Dijelaskan jika generasi milenial lebih percaya pada informasi UGC (user generated content) daripada informasi searah, lebih suka ponsel dari pada televisi, wajib memiliki sosial media, kurang suka membaca secara konvensional, cenderung tidak loyal, lebih peka terhadap teknologi, dan cenderung lebih malas serta konsumtif.
“Saya kasihan sama anak muda. Karena sekarang mereka harus berlari dua kali lebih cepat daripada ketika saya dulu masih muda,” curah Heru.
Lebih lanjut, Heru juga mepaparkan jika pemuda di masa sekarang kemungkinan akan menghadapi dua masalah, yaitu pertambahan kuantitas pemuda itu sendiri atau pertambahan angkatan kerja yang terus berlangsung, dan kedua adalah perubahan struktur ekonomi dengan perkembangan kapitalisme tahap kontemporer atau disrupsi.
“Perubahan sikap, perilaku dan budaya dibutuhkan dalam menghadapi dunia kerja. Negara memberi ruang intensif yang lebih besar bagi kaum muda yang memiliki prestasi,” sambungnya.
Pemateri ketiga, A. Alfian Mallarangeng Ph D memaparkan jika ada empat kementrian yang berhubungan langsung dengan pemuda, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang berperan bagi persiapan pemuda untuk menghadapi tantangan masa depan melalui kurikulum, struktur sekolah dan perguruan tinggi, dan aspirasi bagi pelajar atau mahasiswa. Kemudian Kementerian Sosial (Kemensos) yang bertujuan untuk memberikan jaringan kepada pemuda yang bisa diharapkan membantu ketika terjadi bencana, dengan menggerakkan bantuan sosial melalui tenaga pemuda, seperti karang taruna.
Selanjutnya adalah Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) melalui pemberian pasar kerja ataupun balai latihan kerja bagi pemuda usia kerja. Terakhir Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang dalam konteksnya adalah organisasi kepemudaan seperti KNPI, termasuk kegiatan ekstrakulikuler seperti pramuka.
“Terus terang negara sebenarnya tidak tau apa maunya pemuda. Karena negara saat ini hanya berjalan tanpa peta jalan. Hingga sejauh ini belum ada studi tentang pemuda atau juga tidak pernah ada saluran input dari pemuda,” jelas Alfian.
Pemateri terakhir, Ganjar Pranowo memulai materinya dengan menjelaskan ada beberapa tantangan internal dari perubahan eksternal yang terjadi di masa sekarang. Diantaranya radikalisme, korupsi, pelemahan ekonimi, krisis pangan, pengangguran, dan konflik sosial.
Ganjar memaparkan, ada beberapa peran organisasi kepemudaan dalam pemerintahan. diantaranya mendorong terciptanya kepemimpinan politik yang sehat, kompetisi politik yang demokratis dan menjunjung tinggi hukum, memberikan edukasi politik kepada pemuda, bersikap plurarisme dalam menyikapi heterogenitas bangsa, serta menjaga keutuhan NKRI.
“Waktu saya masih muda, pas demo itu kalimatnya kasar-kasar. Nah, sekarang ini demo malah lebih gaul dan ternyata lucu untuk diamati. Seperti kertas-kertas yang dibawa mahasiswa itu sebenarnya sudah menjadi bukti adanya disrupsi dari pemuda-pemuda masa kini,” ungkap Ganjar.
Ganjar menambahkan jika generasi muda adalah motor penggerak perubahan, sekaligus memastikan bahwa proses perubahan sesuai dengan tuntutan jaman dalam konteks pembaruan dan pembangunan bangsa.
M113
Discussion about this post