“Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”
Bercermin dari hadis dan sabda Nabi Muhammad SAW, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Hukum (FH) Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Maskun SH LLM ini termotivasi untuk terus menebarkan kebermanfaatan bagi orang lain.
Tumbuh di pinggir Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, ia mengungkapkan bagaimana dirinya mulai tertarik dengan dunia hukum yang berangkat dari ironi klasik berbagai problematika hukum, permasalahan hak waris, kenakalan remaja, dan berbagai persoalan yang menjadi bagian dari kondisi lingkungan masyarakat di sekitarnya kala itu.
Bagi pria yang akrab disapa Maskum ini, belajar hukum bukanlah pilihan umum di masa itu. Mayoritas orang lebih memilih berkuliah di bidang kedokteran, teknik, atau ekonomi yang dianggap lebih populer.
Ditambah, belum ada Fakultas Hukum di Kendari pada saat itu. Keputusan Maskun untuk berkuliah di Ilmu Hukum dan merantau ke Makassar membuka babak baru baginya.
Sejak semester satu, Maskun bercerita banyak orang yang berkunjung kepadanya untuk mencari informasi atau menanyakan permasalahan hukum. Hal tersebutlah menyadarkannya informasi hukum saat itu masih sangat terbatas, dan masyarakat mulai membutuhkan pengetahuan hukum yang sebelumnya kurang tersedia.
Beranjak dari kesadaran itu, Maskun bermaksud mendalami ilmu yang dipelajarinya ini. Salah satu yang dilakukannya ialah bergabung dengan organisasi-organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Senat Fakultas, hingga organisasi pencinta alam pernah ia geluti semasa menjadi mahasiswa dulu.
Melakukan pendampingan terhadap masyarakat dan merespon berbagai macam isu serta pergerakan mahasiswa saat itu semakin menarik dirinya menyelami ilmu hukum. “Itu adalah bagian dari proses yang mematangkan sense saya terhadap berbagai isu. Di HMI saya belajar banyak mengkonstruksi cara berpikir yang logis dan kritis,” tuturnya.
Setelah menyelesaikan S-1 dalam waktu lebih dari tiga tahun 10 bulan, Maskun sangat berdedikasi menjadi seorang akademisi hukum. Ketertarikannya pada Hukum Lingkungan terus berlanjut, ia juga banyak menaruh perhatian pada persoalan Hukum Internasional, khususnya permasalahan cyber.
Hingga kini, pria kelahiran 1976 itu memiliki banyak karya dan tulisan seputar Hukum Lingkungan dan Hukum Internasional yang mendorongnya meraih gelar Guru Besar di FH Unhas pada 2022 lalu.
Sebagai seorang akademisi dan praktisi, Maskun juga senang melakukan riset dan penelitian kolaboratif. Baginya, hal ini memiliki banyak efek positif, baik kepada dirinya sendiri maupun bagi mahasiswa yang terlibat.
Seiring perkembangan zaman, Maskun melihat sajian mengenai hukum di media masih terbilang sedikit dibandingkan keterlibatan orang yang belajar hukum. Ia kemudian membangun “Harmoni Hukum”, sebuah kanal YouTube edukasi untuk membantu masyarakat memahami dan merespons berbagai persoalan yang sedang terjadi melalui perspektif hukum.
Harmoni Hukum mulai aktif sejak 2021 lalu, dan diproduksi langsung oleh Maskun dan berkolaborasi dengan beberapa mahasiswa serta alumni FH Unhas. Tak hanya berfokus pada persoalan lingkungan dan cyber, channel Harmoni Hukum juga banyak menyajikan konten tematik dari berbagai isu yang up to date saat ini.
Pria kelahiran Abeli ini, mengungkapkan salah satu hal sulit dalam merintis kanal ini yakni membuat pembahasan hukum cenderung monoton dan sangat textbook mampu memantik atensi masyarakat. Peralihan layar vertikal, seperti reels dan Tiktok juga menjadi salah satu tantangan yang Harmoni Hukum hadapi saat ini.
“Nantinya kami membuat terobosan konten baru yang lebih eye catching dan easy to listening. Kita akan mengemas narasi-narasi yang lebih dinamis sehingga kemudian bisa lebih banyak memantik atensi orang dan lebih atraktif,” jelasnya.
Selayang pandang perjalanan Maskun hingga hari ini tak lepas dari peran keluarga dan sosok Ibu yang dikaguminya. Dirinya memotret figur kesederhanaan Ibu sebagai motivasi selama berproses dan untuk survive sebagai perantau untuk tetap bergaul, belajar, dan bersahabat dengan baik.
Bagi Maskun, keluar dari zona nyaman merupakan salah satu opsi yang harus dipilih saat ini. Dengan semangatnya menebarkan kebermanfaatan dan berkolaborasi, ia terus berusaha merespons berbagai persoalan hukum dan menghadapi tantangan zaman melalui “Harmoni Hukum”. Maskun berharap dapat berdampak lebih kedepannya.
“Semua orang harus dan mau untuk berubah ke arah yang lebih baik. Dengan begitu, segenggam masa depan sudah ada di tangan kita. Kalau tidak berani keluar dari comfort zone saat ini, maka kita harus berani hanya besar di tempat sendiri,” tutupnya.
Discussion about this post