Usia yang menua seringkali dikaitkan dengan risiko penyakit tertentu. Karena itu banyak anak muda yang cenderung mengabaikan kesehatan sebab berpikir tidak akan terkena penyakit serius. Padahal, studi terbaru menunjukkan bahwa sejumlah penyakit yang terkait dengan usia tua kini banyak dialami generasi yang lebih muda.
Berdasarkan data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menunjukkan bahwa saat ini perkembangan Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia kian mengkhawatirkan. Pasalnya peningkatan tren PTM diikuti oleh pergeseran pola penyakit. Jika dulu penyakit jenis ini biasanya dialami oleh kelompok lanjut usia, maka kini mulai mengancam kelompok usia produktif.
Lantas mengapa fenomena tersebut terjadi, dan bagaimana cara agar anak muda bisa lebih peduli dengan kesehatannya? Berikut wawancara khusus Reporter PK identitas Unhas, Achmad Ghiffary M, bersama Dosen Ahli Epidemiologi sekaligus Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas, Dr Wahiduddin SKM MKes, Rabu (23/08).
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan PTM?
Pada ilmu epidemiologi, penyakit itu terbagi atas dua yaitu penyakit menular dan tidak menular. Penyakit menular itu penyebabnya sudah jelas karena disebabkan oleh mikroorganisme tertentu sedangkan yang tidak menular faktor risikonya sangat banyak. Penyakit tidak menular (PTM) ini seperti jantung, stroke, diabetes melitus, dan lainnya. Anak muda rentan terkena PTM karena aspek gaya hidup yang kurang sehat.
Gaya hidup seperti apa yang membuat anak muda saat ini rentan terkena penyakit?
Banyak hal, misalnya seperti merokok, mengonsumsi alkohol, melakukan diet yang kurang sehat, pola konsumsi yang tidak bagus sehingga menyebabkan obesitas, serta kurangnya beraktivitas fisik. Trennya saat ini, perilaku-perilaku tersebut banyak dilihat pada usia remaja yang dapat membuat mereka mengalami PTM
Apakah ada perbedaan pola hidup antara kelompok usia muda di masa dahulu dengan sekarang?
Kita bisa melihatnya pada aktivitas fisik. Dahulu, anak mudanya aktif beraktivitas fisik, mereka rajin bergerak dan berolahraga. Sekarang hampir semua kegiatan remaja cenderung sendentary (tidak banyak bergerak), kebanyakan santai, main gawai, kemudian ketika mereka mau ke suatu tempat pun pastinya mereka menggunakan alat bantu, seperti motor atau mobil. Saat ini banyak fasilitas yang membuat anak muda kurang melakukan aktivitas fisik.
Apakah ada korelasi antara perkembangan teknologi dengan gaya hidup anak muda yang kurang sehat?
Ada peran teknologi yang bisa dikatakan berkontribusi terhadap peningkatan risiko mengalami PTM. Contohnya, anak muda saat ini mengonsumsi makanan tidak sehat seperti junk food. Mereka dengan mudah dapat memesan menu tersebut lewat aplikasi tanpa harus berpindah tempat. Jadi bisa kita katakan juga kalau ada perubahan pola konsumsi anak muda akibat ketersediaan makanan seperti itu.
Bagaimana cara anak muda bisa lebih peduli dengan kesehatannya sendiri?
Mereka harus sadar akan upaya pencegahan penyakit itu sendiri. Kita mengenal Five Lever Prevention (Lima kegiatan pencegahan) yang diawali dengan healt promotion, dimana mereka harus sadar akan upaya-upaya kesehatan, menjaga faktor risiko, melakukan gaya hidup sehat, menjaga pola konsumsi, dan rajin beraktivitas fisik. Jadi apabila merokok, mereka harus sadar dan berhenti. Itu adalah cara sederhana yang bisa dilakukan.
Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa 95,5% masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah termasuk anak muda, bagaimana cara mengatasi hal ini?
Hal itu kembali kepada kesadaran kita bahwa betapa pentingnya sayur dan buah, itukan untuk memenuhi kebutuhan serat dan vitamin. Inilah yang mencengangkan sebab ketersediaan sayur dan buah di negara kita ini cukup besar, namun tingkat konsumsi masyarakat Indonesia sangat rendah.
Apa yang harus pemerintah lakukan agar bisa mengatasi masalah tersebut?
Pemerintah harus membuat regulasi yang tegas terhadap perilaku menyimpang anak muda yang kurang sehat, seperti tidak boleh mengonsumsi alkohol di usia tertentu, serta melarang penjualan rokok terhadap anak-anak dan remaja. Mereka juga bisa membangun tempat yang membuat anak muda bisa melakukan aktivitas fisik. Selain itu pemerintah harus terus menyeruakan tentang pola hidup sehat melalui peraturan yang dikeluarkan.
Apakah kampus terkhusus Unhas bisa berperan aktif dalam mengentas masalah ini?
Selama dua tahun ini, Unhas bisa disebut sebagai kampus sehat karena beberapa fakultas sudah bekerja sama dengan dinas kesehatan, termasuk Kementerian Kesehatan dalam mendukung pendeteksian dini terhadap kesehatan sivitas akademik. FKM sendiri memiliki Pusat Pelayanan Terpadu (Pospindu) PTM, sehingga mahasiswa bisa melakukan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolestrol, dan lainnya. Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang kami lakukan. Selain Pospindu PTM, kami juga rutin menggelar senam sehat sebanyak dua kali seminggu. Hal ini dimaksudkan agar memastikan sivitas akademik memiliki aktivitas fisik.
Apa harapan anda kedepannya terkait fenomena ini?
Kita berharap agar ini bisa segera teratasi dengan berbagai upaya pengendalian dan pencegahan PTM. Sehingga mereka yang berada di usia muda bisa dalam kondisi yang sehat dan produktif. Anda bisa bayangkan misalnya di usia muda mereka kena stroke, itu bisa menyebabkan mereka kehilangan produktivitasnya. Maka dari itu kita juga berharap bahwa masalah ini membuat kita menjadi sadar akan kepentingan kesehatan.
Data Diri Narasumber:
Nama: Dr Wahiduddin SKM Mkes
Tempat tanggal lahir: Watansoppeng, 7 April 1976
Pendidikan:
S1 Kesehatan Masyarakat (Epidemiologi) Universitas Hasanuddin (1999)
S2 Kesehatan Masyarakat (Epidemiologi) Universitas Hasanuddin (2003)
S3 Epidemiologi Genetik Universitas Airlangga (2019)