Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia (IMSI) Unhas menyelenggarakan Webinar Nasional, Selasa (29/12). Kegiatan bertemakan “Problematika Bahasa: Eksistensi Bahasa Indonesia di Era 4.0″ ini berlangsung melalui Zoom Meeting.
Dipandu oleh salah satu mahasiswa Departemen Sastra Indonesia Unhas, Musliha, kegiatan tersebut mengundang Guru Besar, Prof Dr H Muhammad Darwis MS dan dosen Departemen Sastra Indonesia Unhas, Rismayanti SS MHum.
Pada kesempatannya, Darwis menyampaikan contoh fenomena berbahasa Indonesia yang menjadi problematika. “Sebagai salah satu identitas bangsa, bahasa Indonesia seringkali menjumpai permasalahan. Contohnya, gedung-gedung modern di kota besar tidak diberi nama sesuai struktur bahasa Indonesia,” ujarnya.
Darwis menambahkan, bahasa Indonesia tergerus oleh bahasa asing. Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia belum ditanggapi sebagai produk budaya yang membanggakan. Sebaliknya, masyarakat melihat bahasa asing sebagai produk budaya yang membanggakan dan mencirikan identitas sebagai warga dunia modern.
“Bahasa Indonesia belum ditanggapi sebagai produk budaya yang membanggakan, itulah penyebab tergerusnya. Contoh kecil dapat kita lihat dari format penamaan hotel yang tidak menggunakan struktur bahasa Indonesia,” ungkap Darwis.
Lebih lanjut, Rismayanti SS MHum menyatakan, problematika bahasa Indonesia kini meliputi lisan dan tulis. Menurutnya, hal itu disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat tentang Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
“Problematika terjadi pada lisan dan penulisan bahasa Indonesia. Penyebab utama adalah minimnya pengetahuan masyarakat tentang Ejaan yang Disempurnakan (EYD) sehingga menimbulkan anggapan keliru,” ungkap Risma.
Risma menambahkan, generasi millenial kerap hadir dengan istilah baru. Oleh karena itu, berbagai gaya bahasa muncul dan dijadikan sebagai bahasa sehari-hari. “Pun begitu, istilah baru yang muncul harus tetap memperhatikan moralitas bahasa,” tegas Risma.
M222