“Karena kita tidak bisa melakukan sesuatu tanpa mimpi-mimpi tinggi.”
Tahun 1980-an lalu, seorang anak perempuan dipaksa berada dalam situasi dilematis. Saat itu, ia baru lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) di sebuah desa di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Namun, ia terhimpit antara tuntutan lingkungan sebagai seorang gadis untuk segera menikah, atau meraih mimpinya untuk melanjutkan sekolahnya di universitas Kota Besar, Universitas Hasanuddin.
Tekanan dari lingkungan, bahkan dari kakeknya sendiri, tidak menyurutkan semangat Prof Dr Farida Patittingi SH MHum untuk melanjutkan pendidikannya di Makassar, yang menjadi awal perjalanannya hingga menjadi Wakil Rektor III Bidang Sumber Daya Manusia, Alumni, dan Sistem Informasi Unhas saat ini hingga 2027 kelak.
Farida bercerita, hal tersebut tidak luput dari dukungan orang tuanya. Walaupun memiliki pendidikan pas-pasan, orang tua Farida sangat mengutamakan pendidikan, baik itu seorang laki-laki maupun perempuan. Menurut ibunya yang bahkan tidak lulus Sekolah Dasar, pendidikan penting untuk peningkatan kualitas diri.
Potensi wanita penggemar musik tersebut memang sudah terlihat sejak ia kecil. Berbagai lomba akademik hingga lomba menyanyi dan olahraga ia menangkan. Pencapaian itu menjadi dasar orang tuanya mempercayakan Farida untuk melanjutkan langkahnya untuk berkuliah.
“Keinginan untuk belajar itu besar. Dulu, Unhas menjadi suatu universitas yang sangat di idam-idamkan. Apalagi di kampung, merantau saja sudah terasa seperti keputusan yang sangat besar,” ujarnya saat diwawancara, Jumat (30/9).
Saat menentukan pilihan jurusan untuk kuliah, Farida memilih Fakultas Teknik sebagai pilihan pertama. Namun, ternyata ia dikehendaki memasuki Fakultas Hukum. Tetapi, semangat belajar selalu hadir dalam dirinya. “Ketika saya terlibat dalam sesuatu, saya selalu memberikan yang berbeda dan berusaha menjadi yang terbaik, dalam artian bisa menginspirasi dan memberi contoh, bukan memamerkan diri,” ungkapnya.
Farida mengatakan bahwa ia ingin membuktikan kalau perempuan itu juga bisa jika diberikan kesempatan, justru mampu berprestasi lebih baik dibanding laki-laki.
Dekan Fakultas Hukum dua periode dari 2014-2022 itu menganggap budaya patriarki yang mengekang perempuan masih sangat kental hingga sulit untuk mengambil langkah-langkah penuh resiko. Apalagi dalam hal kepemimpinan. Namun menurutnya, jiwa itu dapat dilatih dari hal-hal kecil seperti memimpin barisan di pramuka bahkan menjadi ketua kelas. Ia yakin, niatan kuat dari diri sendiri adalah modal besar untuk terus berkembang.
Bahkan saat ini, saat menjadi WR III Bidang Sumber Daya Manusia, Alumni, dan Sistem Informasi Unhas pun, Farida masih memiliki segudang mimpi, untuk pribadi dan Unhas tentunya. Ia menganggap SDM adalah pusat dari seluruh keorganisasian suatu lembaga. Maka dari itu bidang ini harus selalu dipacu ke depan, dipersiapkan melalui pelatihan hingga upaya peningkatan dan penjenjangan pendidikan.
Lebih lanjut, menurutnya, alumni adalah bagian yang terintegrasi untuk pembangunan kampus, karena itu kualitas harus dibangun dan buktikan bahwa Unhas adalah kampus yang berkualitas.
“Dalam bidang sistem informasi, tantangan kita adalah menyempurnakan tata kelola yang berbasis digital. Menuju Unhas WCU, seluruh komponen tersebut tentunya harus selalu beriringan, bagus, dan maksimal. Namun tentunya, segala pencapaian itu dapat diraih jika terdapat sinergitas dari seluruh komponen universitas,” kata wanita berkacamata itu.
Saat ditanya mengenai titik terendah, Farida menegaskan bahwa pola pikir pemenang harus selalu ditanamkan agar saat realita membawa ke situasi paling buruk sekalipun. Anggap semua yang terjadi adalah hal untuk memacu diri sendiri. Penyemangat paling hebat sesungguhnya adalah diri masing-masing.
Dalam pemilihan rektor kemarin pun, walaupun hanya sampai tiga besar, Farida tidak pernah merasa bahwa itu adalah kegagalan. Baginya, di posisi apapun ia bisa melaksanakan niatan utamanya untuk Unhas, mengabdikan diri untuk memberikan kebermanfaatan.
“Tidak ada yang disebut kegagalan, karena sesungguhnya itu adalah cambuk semangat untuk berkembang lebih baik lagi,” tegasnya.
Terlebih bagi para perempuan, Farida menekankan bahwa gender apapun bisa menjadi pemimpin. Sangat banyak figur dan contoh yang membuktikan kualitas kepemimpinan perempuan.
“Semangat dapat dijaga dari niat yang baik, ikhtiar kuat, sehingga dapat dilalui dengan jalan yang indah,” pungkasnya.
Anisa Luthfia Basri