• Login
No Result
View All Result
Identitas Unhas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Tajuk
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Tajuk
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
No Result
View All Result
Identitas Unhas
No Result
View All Result
Home Headline

RWE, Wadah Pemberdaya Perempuan

Oktober 26, 2018
in Headline, Lintas
RWE, Wadah Pemberdaya Perempuan

foto : dokumentasi pribadi

Editor Ayu Lestari

Kita harus rela membuang kehidupan yang telah kita rencanakan, demi memiliki kehidupan yang menanti kita  – Joseph Campbell dalam novel berjudul Origin, karya Dan Brown.

Kelompok Pemberdayaan Perempuan yang dikenal dengan Rural Women Empowerment (RWE) ini berawal dari kegiatan sosial bertema “Sebulan Mengabdi di Pedalaman (SBMP)” Kelompok ini diusung oleh Komunitas 1000 Guru Sulsel. Melalui kegiatan sosial tersebut, saya akhirnya berkesempatan mengunjungi masyarakat Dusun Bahonlangi di Kabupaten Bone.

BacaJuga

Ulik Kereta Api Trans Sulawesi

Pa’commo, Inovasi Pakan Tikus Laboratorium Berbentuk Pelet

Hari itu, Jumat. Setelah adzan shalat ashar dikumandangkan, saya, Kak Darma, Kak Ros, Kak Mita, dan Kak Subhan berangkat dari Kota Makassar menuju Kota Malino. Pertemuan ini menjadi perkenalan pertama kami.

Setengah perjalanan, kami istirahat sejenak di rumah Mama Leli. Tempatnya di Kecamatan Erelembang. Senja mulai nampak. Medan perjalanan ke pegunungan tidak memungkinkan untuk kami tempuh di malam hari. Sehingga kami memutuskan untuk menginap saja di rumah Mama Leli.

Rumah Mama Leli memang sudah sering menjadi tempat persinggahan para relawan RWE. Di sini, kami makan malam bersama sembari ditemani cuaca yang sangat dingin. Saking dinginnya, setiap kali berbicara, mulut kami mengeluarkan asap. Menjelang tidur, kami membalut diri dengan selimut tebal, juga berimpitan untuk menghangatkan badan.

Sebelum melanjutkan perjalanan, kami terlebih dahulu shalat subuh. Lalu sarapan, dan menghabiskan teh hangat yang disuguhkan Mama Leli. Setelah semuanya sudah siap, kami akhirnya melanjutkan perjalanan.

Kendaraan yang kami tumpangi melaju, dengan membawa beberapa hadiah perlombaan untuk ibu-ibu dan anak-anak di Dusun Bahonlangi.  Setelah menghabiskan perjalanan cukup lama, kami akhirnya tiba juga.

Kami memarkir kendaraan di ujung jalan, di Kampung Erelembang. lalu berjalan melalui pendakian curam menuju Gunung Bahonlangi. Bahonlangi adalah nama sebuah gunung yang kemudian diambil menjadi nama dusun di sana. Warga lebih mengenalnya dengan sebutan Dusun Lapparia, sehingga Bahasa asli warga di sana juga disebut Bahasa Lapparia.

Seratus meter ke depan, kami disambut tanah lapang. Tak ada aspal maupun jalanan butas, yang ada hanyalah  pepohonan dan jalanan berlumpur. Kami juga melewati jalanan berkerikil, dan  anak sungai. Kami rihat sejenak, lalu melanjutkan kembali perjalanan.

foto : dokumentasi pribadi

Naik Turun Lewati Lembah, menjadi lagu yang mengiringi perjalanan kami. Kami bertambah semangat dengan papan tulis dan kompor gas yang kami bawa. Kami ingin segera tiba untuk bertemu, berbagi pengetahuan, serta kreatifitas bersama warga Bahonlangi.

Setelah melewati delapan sungai, hutan pinus, dan jalanan berlumpur, kami berjalan lagi. Di depan sana terlihat warga melambaikan tangan kepada Kak Darma “Halo Kak Darma, singgah di rumah,” ajaknya. Kak Darma membalas dengan bahasa khasnya “Iye Daeng, saya lanjutklan dulu ke rumah Daeng Anti, saya tunggu ki di sana, sama-sama belajar,” balasnya.

Kami terheran melihat Kak Darma yang begitu akrab dengan warga setempat. Mungkin karena kunjungan rutin bulanannya, sehingga hubungan itu terjalin baik. Bahonlangi seperti keluarga dan rumah tempat kami pulang.

foto : dokumentasi pribadi

Dua desa telah terlewati, penuh keakraban dan keceriaan. Kami melanjutkan perjalanan lagi. Hingga tibalah kami di depan rumah kayu bercat hijau. Seorang ibu keluar dari rumah bercat hijau itu.”Mamak!” sapa kak Darma, setelah melihat ibu itu. Kami akhirnya dipersilakan masuk.

Lima menit telah kami habiskan dengan mengobrol bersama Mamak dan Daeng Anti. Kudengar sebentar lagi akan ada kujungan dari Camat Bonto Cani. Sang camat baru akan berkunjung setelah sekian lama bejanji. Entah mimpi apa ia semalam. Hehe

foto : dokumentasi pribadi

Hari itu kami langsung memulai kelas. Ada tiga kelompok, masing-masing terdiri 6-7 orang ibu-ibu, juga perwakilan seorang guru dari tim RWE. Dua Kelompok asyik dengan materi pengembangan pembuatan kalimat dan elaborasi kata. Dan satu kelompok lagi masih belajar mengeja huruf A,B,C,D, E hingga Z. Setelah belajar, kami melakukan penyerahan kompor gas secara simbolik. Kompor gas itu merupakan hasil penjualan prakarya ibu-ibu Bahonlangi bulan lalu, dan akan dimanfaatkan sebagai alat pembuatan kerupuk ubi dan talas, yang juga hasil tanam warga Bahonlangi. Selain itu, juga akan dilakukan pengolahan beras merah unggulan organik.

Setelah itu, kita membahas bagaimana pengolahan, pengemasan, dan penjualan beras merah organik yang memiliki rasa segar dan nikmat. Hasil unggulan beras merah setelah dikemas akan dijual dengan harga 32 ribu per kilogramnya. Penjualan ini dilaukan di kota. Harapan besar kami membuat program ini, agar ibu-ibu bisa produktif serta meningkatkan perekonomian keluarga.

foto dokumentasi pribadi

Harapan besar tim RWE dan Komunitas 1000 Guru Sulsel untuk memajukan Dusun Bahonlangi, melalui pendidikan yang bisa mengubah pola pikir masyarakat, kreatifitas yang dapat membantu perekonomian keluarga, serta keadilan hak yang seharusnya diperoleh dari aset pemerintah untuk dimanfaatkan warga. Tujuan mulia itu yang kami harapkan bisa terakomodir dengan baik. Upaya yang dilakukan adalah konsistensi dengan semangat tim RWE, diiringi niat dan doa yang baik.

Pendampingan masyarakat untuk mendapatkan haknya merupakan tanggungjawab moril orang-orang berpengetahuan serta sesame manusia. Kesadaran itu penting, dan konsistensi untuk mewujudkan itu pun paling utama. Terkhusus  rendahnya perhatian pemerintah di dusun-dusun pedalaman, kiranya menjadi refleksi penyadaran untuk penggunaan anggaran yang seharusnya menjadi hak masyarakat desa.

 

Semoga beberapa paragraf ini dapat menjadi refleksi untuk Camat Bahonlangi dan teman-teman pembaca sekalian. Jika kau ingin beristirahat, ke Bahonlangi lah. Jika kau ingin bermanfaat, ke Bahonlangi lah. Jika kau ingin rumah, ke Bahonlangi lah. Banyak-banyak lah menyadarkan pikiran dan hati kita. Pesan seorang Aristoteles “Education the mind without educating the heart is no education at all”.

 

Penulis : Nisrina Atikah Hasdar,

Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Hukum Unhas,

Volunteer RWE, 1000 GURU SULSEL.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: catatan perjalananRural Women Empowerment
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Prof Dwia: Unhas Sudah Mendeklarasikan Diri sebagai Universitas Anti Korupsi

Next Post

Mencari Titik Terang PR Ormawa

Discussion about this post

Trending

Ilustrasi orang tawuran. Sumber: IDENTITAS/Rizka Ramli

Empat Hari Pasca Bentrok, Sema Kema Fapet Unhas Rilis Siaran Pers

Maret 22, 2023
0

Mahasiswa saling lempar batu saat bentrok. Sumber: IDENTITAS/Arf

Buntut Bentrok Dua Fakultas, Aktivitas Akademik Secara Daring di FIKP Diperpanjang

Maret 19, 2023
0

Ilustrasi mahasiswa bentrok. Ilustrasi: IDENTITAS/Arf

Ketua Pengawasan Keamanan Unhas Ungkap Kronologi Bentrok FIKP dan Fapet 

Maret 25, 2023
0

Unhas Gelar Musyawarah Pemilihan MWA, Prof Andi Alimuddin Terpilih Sebagai Ketua

Unhas Gelar Musyawarah Pemilihan MWA, Prof Andi Alimuddin Terpilih Sebagai Ketua

Maret 20, 2023
0

Liputan Khusus

Lembaga Pusat Peningkatan Reputasi, Jembatan Unhas Menuju Kelas Dunia

Mahasiswa Asing Terkendala Bahasa Indonesia

Dampak Traumatis Akun Kampus Cantik

Posting Gambar Beresiko jadi Korban Kekerasan Seksual

Menyingkap Tabir Akun ‘Kampus Cantik’

K3 Harus Jadi Budaya di Kampus!

Issu Identitas Unhas

Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Editors
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Cyber Media Guidelines
  • Privacy Policy
© 2023 - Identitas Unhas
Penerbitan Kampus
  • Logo Jagodangdut
  • Logo 100kpj
  • Logo Intipseleb
  • Logo Viva
  • Logo Vlix
  • Logo Vivanews
  • Logo Suaramerdeka
  • TvOne
  • Logo Onepride
  • Logo Oneprix
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Tajuk
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial

Copyright © 2012 - 2017, Identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In