Memperingati Hari Perempuan Sedunia, Forum Mahasiswa Magister Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas dan Keluarga Mahasiswa Sosiologi (Kemasos) FISIP Unhas menggelar Webinar Series bertemakan “Melihat Perempuan Dalam Gerakan Sosial di Indonesia”. Kegitan ini turut menghadirkan Pembina Herbal Medis Persada (HEMP) Indonesia, Alzira Shaqila Firdausi Salahudin sebagai pembicara melalui Zoom, Selasa (23/3).
Sebagai salah satu pendiri HEMP, adapun alasan pendiriannya akibat kekhawatiran dengan botanical. Tidak hanya itu, ia berharap pertanian di Indonesia agar memiliki tanaman yang sehat.
Ia bahkan bertanggung jawab untuk memberikan pengetahuan berlandaskan literature untuk menjaga konsumsi masyarakat Kemudian, berpikir bebas dalam keadaan kondusif dan tidak menyalahgunakan ganja.
“Sebenarnya HEMP didirikan lebih ke arah tanaman, karena banyak sekali tanaman di Indonesia seharusnya bermanfaat. Tetapi, sejarah pengetahuannya ditutup dan munculnya kendala dengan undang-undang,” tambah Alzira.
Visi dari HEMP adalah membangun ekosistem pengelolaan tanaman herbal di Indonesia. Program kerjanya sendiri meliputi penelitian adat dan budaya terhadap jejak ganja di Indonesia, pendidikan untuk kesadaran kritis kepada masyarakat, serta komunikasi dengan pemerintah dan melakukan advokasi serta memperjuangkan terpenuhinya HAM yang berkeadilan terkait dengan pemanfaat tanaman ganja.
“Visi misi HEMP ialah membantu orang-orang yang saat ini menjadi budak dari obat-obatan itu sendiri. Obat-obatan sekarang hanya mempertahankan kondisi organ tubuh manusia, tetapi tidak dapat mengembalikan tubuh manusia kembali seperti semua. Sementara yang saya temui di botanical, semua makhluk hidup dapat diperbaiki unsurnya,” ujar Alzira.
Lebih lanjut, Alzira menjelaskan hal-hal yang dilakukan sekarang. Di antaranya penelitian terhadap segala spek yang menyelimuti tanaman herbal, terutama yang dapat mendorong percepatan industri herbal di Indonesia, membangun sistem bisnis yang menjadi sumber pendapatan utama anggaran perjuangan, pendidikan pembenargunaan herbal yang kontekstual dan sejarah dengan adab sebagai masyarakat Indonesia, dan lain sebagainya.
D akhir pemaparan, Alzira mengungkap perspektifnya tentang peran perempuan pada HEMPl. “Saya melihat manusia memiliki kapasitas. Saya berpikir harus lebih bisa dibanding laki-laki, sebab kepintaran itu tidak bisa dibatasi oleh gender. Menurut saya perempuan jauh lebih hebat, bisa kita lihat pahlawan dari Aceh yang kebanyakan adalah perempuan,” tutupnya.
M203