“Dia itu orangnya pendiam tapi jalan otaknya”
Demikianlah perkataan Prof Tanri Giling, ipar Prof Arifin Amril saat diwawancara di Laboratorium Tanaman Pakan, Senin (26/09). Menurutnya, Prof Arifin adalah seseorang yang santai, tidak banyak susah, serta suka membantu. Tak heran, sosoknya dijadikan sebagai motivator bagi banyak orang.
Prof Dr Ir M Arifin Amril M Sc merupakan Dosen Purna Bakti Fakultas Peternakan Unhas. Perjalanan menempuh pendidikan sarjana berawal di Universitas Hasanuddin, kemudian lanjut magister di University of the Philipine Los Banos, Filipina dan berhasil meraih gelar doktor di Washington State University, Amerika Serikat.
Pria kelahiran 1947 ini melekat sebagai figur yang bertanggung jawab. Tidak hanya menghidupi keluarga inti, juga memperhatikan kehidupan anggota keluarga lain. “Sewaktu dari Filipina atau Amerika ada tasnya (oleh-oleh) langsung diberikan ke saya. Ia tidak pernah perhitungan,” sambungnya.
Prof Arifin juga pernah membangun masjid di Filipina bersama Almarhum Prof Syamsuddin Rasyid. Masjid tersebut dibangun berkat bantuan dari Islamic Development Bank sebagai tempat beribadah mahasiswa muslim yang melanjutkan pendidikan di Filipina.
Pria berdarah Mandar ini memulai karirnya sebagai Dosen Unhas sejak 1970-an dan pensiun pada 2012 di umur 65 tahun. Berbagai pencapaian telah diraihnya selama menjadi dosen, beberapa di antaranya sebagai Ketua Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Kepala Laboratorium Herbivora, dan Kepala Laboratorium Industri Pakan.
Salah satu momen berkesan selama mengabdi di Unhas, ketika Prof Arifin memelihara 30 ekor sapi perah yang didatangkan langsung dari New Zealand. Hasil dari usaha ternak tersebut, diperoleh susu sapi perah yang kemudian dibagikan ke perumahan dosen dan pegawai Unhas.
Kala itu menjadi momen yang masih terpatri di kalangan dosen hingga sekarang, mengingat perawatan sapi perah lebih kompleks dan intens dibanding jenis sapi yang lain.
“Walupun keterbatasan alat waktu itu terlebih menganalisa susu dan menganalisa protein, tapi kita bisa mengeksekusi itu berkat ide-idenya,” kenang Prof Syamsuddin Hasan, sekretaris Prof Arifin saat menjadi Ketua Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak.
Jebolan Amerika Serikat tersebut juga dikenal sebagai dosen yang baik dalam mengajar dan membimbing mahasiswa, seorang peneliti tangguh, dan pekerja keras. Tak heran, ia masuk dalam jajaran Anggota The Southeast Asian Ministers of Education Organization (Seameo).
“Saya banyak belajar dari beliau karena beliau jebolan Amerika, bahasa inggrisnya bagus. Kalau Prof Arifin menulis itu (dalam bahasa inggris) cepat lancar. Pengalaman luar negerinya juga hebat,” lanjut Syamsuddin.
Kurang lebih 40 tahun mengabdi di Unhas, sederet prestasi dan pencapaian yang pernah diraih Arifin Amril berhasil menjejaki hati setiap orang yang pernah membersamainya. Meski dikenal pendiam, namun ia mampu menghasilkan sebuah ide yang tidak terpikirkan orang lain.
“Bisa dikatakan teladan dan panutan untuk semua dosen di nutrisi sebagai ketua jurusan, begitu pun dosen senior di jurusan nutrisi dan makanan ternak, maupun di Fakultas Peternakan,” ujar Prof Ismartoyo, salah satu dosen senior peternakan yang pernah meniti karir bersama Arifin Amril.
Tepat pada 8 Agustus lalu, Prof Arifin Amril menghembuskan nafas terakhirnya. Ia meninggal karena faktor usia yang sudah menginjak 75 tahun. Perjalanan dan perjuangannya selama menggeluti dunia pendidikan patut menjadi contoh bagi generasi-generasi setelahnya.
Miftahul Janna